Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Menjinakkan Apache: Antara Legenda, Mistis dan Kenyataan (1)

27 Agustus 2016   04:49 Diperbarui: 29 Agustus 2016   09:26 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rehat sejenak menjelang maghrib. Dokumen pribadi

 Dengan sebuah  catatan, gak begitu tertarik untuk menjajal kemampuan varian motor bebek atau matic mereka. Sebuah pendapat subyektif yang memang berdasar pada sebuah kecintaan 'meremas'  kopling dan postur tubuh yang lebih mirip beruang sirkus ketimbangbalerina ternama. Jadi ya kudu sadar diri juga kan ? Gak boleh maksa. 

Selama 2 hari perjalanan di tanggal 23 -24 Agustus yang lalu, ada 2 varian dari TVS yang berhasil dijajal kemampuannya. Saat kami berkumpul dan diberikan briefing singkat , memang mata selalu melirik nakal  ke TVS Apache 200 4V. Memang itu inceran nya. Namun untuk bisa lebih obyektif dalam memberikan penilaian, ukuran CC yang 'sedikit' lebih kecil pun dirasa wajib menjadi sebuah referensi awal.  TVS Apache RTR 180 menjadi sesi awal test ride ini

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Perjalanan dari Dealer TVS Dewi Sartika menuju ke pabrik TVS di kerawang secara subyektif di gambarkan seperti 'neraka' , Kostum jaket safety riding yang sedikit kekecilan, helm full face yang mencekik leher ( dan pipi ) , panasnya udara Jakarta dan kemacetan  terlebih sempat terpisah dari rombongan bikin enggak nyaman.

Yang lebih kurang menyenangkan lagi justru datang dari unit test ride nya sendiri. Disini gak akan bisa fair untuk memberikan penilaian karena kesiapan unit test ride Apache 180 yang ala kadarnya tersebut.  Seorang biker harus mampu mengenali tunggangannya, baik dengan kelebihan maupun kekurangannya, dan disini saya justru gagal melakukannya.  Apache 180 yang dicoba bukanlah yang terbaik kondisinya. Pengendalian ,sistem suspensi yang liar,sistem pengisian kelistrikan yang trouble pun menjadi sebuah catatan.

 Saya yakin,  sebetulnya bukan inilah karakter sebenarnya dari sebuah TVS Apache 180,tapi sebuah catatan penting untuk TVS Motor juga karena 'sensasi' berkendara inilah yang terpatri di kepala saat ini : Unit yang minim maintenance dengan kemampuan yang penuh dengan 'tantangan'.

ilustrasi RTR 180
ilustrasi RTR 180
Sesi kedua test ride adalah setelah  sempat rehat sejenak di sebuah gerai minimarket sebelum Factory Visit PT. TVS Motor Company  di Kerawang.Beruntung , seorang rekan Kompasianer, Mas Arief Khunaifi pun menawarkan untuk menukar guling jajal unit TVS Apache RTR 200  4V yang dia bawa sebelumnya.

 Wahini yang ditunggu tunggu. 

Unit berwarna abu abu matte yangi kekinian dan galak ini menyenangkan. Suspensi dan handling yang baik, akselerasi dengan 'grunt' yang seru. 

Sebagai catatan, TVS Apache RTR 200 4V ini memberikan moda pengaturan pemberitahuan pemindahan  gigi , atau bahasa jawa koek keren nya lebih dikenal dengan kata shift light sesuai dengan karakter pengendara nya. Denan kata lain, kita bisa utak atik sedikit setting shift light di speedometer digital dengan cara yang mudah banget. Tetap mengikuti pakem tentunya, yang tidak membiarkan kita'menyiksa' mesin secara berlebihan.

Ini berkaitan dengan performa, akselerasi dan tentunya efisiensi bahan bakar. Asikkan?

Sejatinya,motor 'lanang' yang mewah dan bahkan berani memakai Pirelli Street Demon dengan grip ciamik sehingga bikin kita semakin berani rebah saat cornering ini jadi unggul apabila tidak terkendala  di dua hal . Gak tau kenapa, bahkan di unit yang tergolong baru sekalipun ini untuk memasukkan gigi posisi netral sangat sulit. Sepertinya anda harus benar benar berperasaan halus atau entah bagaimana cara nguliknya ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun