Kini, Sang Guru Besar yang jadi Sengkuni sedang tampak mengasah pedangnya setiap bertemu seorang yang dianggap satria piningit bagi sebagian rakyat Indonesia. Joko Widodo namanya. Â Sibuk menghadang, seakan siap merajamnya apabila bertemu di jalan. Buat saya pribadi, ini hanyalah pelajaran politik saja.
Bermain peran. Kali ini kebagian jatah antagonis.  Ya logis saja, peran apalagi yang bisa dimainkan saat peran Betara  Guru sukses diambil oleh Almarhum Gus Dur. Peran Betara Kala? Diambil secara keroyokan, oleh mereka yang mengambil untung sebesar besarnya dari kata Reformasi sendiri.  Seperti seluruhnya telah ditulis dalam Kitab Jitabsara ala politik saja.
Cercaan, hinaan dan tudingan tudingan miring terhadap Jokowi oleh Amien Rais sebetulnya sudah layak dan pantas menjadi pelajaran politik kita. Tidak ada kata kesempurnaan  didalam politik. Tidak pernah ada.
Flawless Figure itu tidak ada. Siap dan mampukah kita, dalam berdemokrasi dan turut terlibat dalam politik baik pasif maupun aktif untuk mengerti akan hal ini ?
Dalangnya mana? atau siapa, lebih tepatnya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H