Meski demikian, Menteri Perdagangan M.S Hidayat menyetujui "usulan" Muhammad Chatib tentang penerapan diameter nozzle bahan bakar khusus mobil LCGC. Usulan tersebut sejatinya menjelaskan akan penerapan diameter pengisian bahan bakar spesifik bagi mobil yang mendapatkan fasilitas ala LCGC, sehingga pada akhirnya nanti mobil mobil tersebut tidak lagi dapat menggunakan bahan bakar bersubsidi seperti Premium sendiri.
MS. Hidayat meminta waktu 3 bulan untuk persiapan, bahkan didalam wawancara ke media dia menjajikan bahwa sebelum akhir masa jabatannya nanti "aplikasi" tersebut sudah akan berjalan sehingga pada akhirnya kebijakan LCGC sendiri tidak "membunuh" negara melalui pengambilan porsi bahan bakar subsidi yang jelas peruntukannya bukan untuk mereka.
Agak ngeri ngeri sedap membayangkan aplikasi proyek tersebut , apabila mengingat pemberlakuan "proyek" Radio Frequency Identification yang digawangi oleh Pertamina dan PT Inti akhirnya gagal total penerapannya. Â Proyek yang proyeksinya menelan biaya sebesar 800 Milyar Rupiah ini pada akhirnya pun kandas. Â Dahlan Iskan akhirnya menghentikan proyek tersebut saat perhitungan pun tidak tercapai.
Lagi lagi dana mubazir yang "dipaksakan" sekedar untuk mengalihkan perhatian masyarakat umum mengenai keberatan mereka tentang proyek LCGC yang akhirnya hanya akan menimbulkan semakin parahnya kemacetan di jalan dan membengkaknya dana subsidi.
Kenapa hal hal seperti ini dan pelaksanaan teknisnya tidak dilaksanakan terlebih dahulu dengan sebuah uji lapangan yang baik, bukan pada saat penjualan LCGC pun sudah dilakukan? Tampak seperti pertanyaan yang super klise apabila bertanya tentang kebijakan pemerintah.
Penilaian subyektif penulis pun jatuh ke MS. Hidayat. Sedari awal mendukung dan kini mendekati masa "non aktif" menyetujui bahkan menjanjikan wacana proyek baru tentang cara pembatasan ala "nozzle khusus LCGC" ini?
Sebaiknya yang dilakukan segera adalah merapatnya KPK ke mereka mereka yang ada dibalik kebijakan LCGC , terutama yang  terlihat mencolok pro kebijakan ini bagaikan para Sales ATPM. Baik itu  Menteri Perindustrian M.S Hidayat,  Wapres Boediono ataupun lainnya.
Tidak sulit kok melihatnya, apabila mau benar benar menuju kesana.
Sumber :