Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sesat Pikir Pendukung Jokowi JK dan Darth Vader Meme

18 Juni 2014   09:59 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:17 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca artikel "Inilah Peta Kekuatan Prabowo dan Jokowi" yang di lansir oleh indonesiasatu.kompas.com memang sedikit mengejutkan.

Secara singkat, artikel tersebut berisikan ringkasan profil demografis pemilih antara masing masing kubu Calon Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto.  Secara umum, pasangan Jokowi - JK memperoleh suara 'terbanyak' apabila dibandingkan dengan pasangan Prabowo - Hatta Rajasa.

Sebagian besar pemilih merasa bahwa survey yang dilakukan oleh Indo Barometer ini seperti terkesan mengada ada, dikarenakan faktor pendidikan para calon pemilih. Survey mencatat secara 'sedikit' mengejutkan bahwa keunggulan pihak Jokowi -JK justru pada tingkat pemilih dengan apa yang dikatakan sebagai kelompok masyarakat berpendidikan rendah dengan maksimal tamat SMA, sementara pihak Prabowo- JK justru lebih unggul di kelompok masyarakat yang pernah mengenyam pendidikan tinggi.

Mengikuti komentar yang terdapat pada artikel tersebut, saya jadi sedikit tersenyum sekaligus bertanya tanya. Pasalnya banyak dari komentar yang mengatakan ketidaksetujuan yang malah salah kaprah secara subyektif. Ada kesan negatif yang ditimbulkan bahwa mereka yang memilih Jokowi JK berasal dari para pemilih yang "kurang pintar", sementara yang "pintar" memilih Prabowo JK. Ketidak puasan tampak lebih banyak dari sisi para pendukung Jokowi JK, dimana mereka yang menyempatkan diri untuk berkomentar disana merasa berpendidikan, bahkan ada yang sampai mencantumkan gaji bulanannya.

Pendapat pribadi jelas menyalahkan pola berpikir seperti ini. Para pemilih Jokowi JK bukanlah "orang tidak pintar" , terkait dengan hasil survey yang dilakukan oleh Indo Barometer sendiri.Tidak serta merta menyalahkan hasilnya, namun menyalahkan cara berpikir mereka yang 'sempat berkomentar' disana.  Kenapa merasa tidak terima dengan hasil tersebut sementara sebetulnya bangku pendidikan tinggi bukanlah suatu tolak ukur atau parameter tertinggi tentang kepandaian?

Tampaknya cara berpikir ala jaman dahulu lah yang membuat banyak orang terjebak disana. Dan melihat banyaknya protes yang dilakukan justru dari pihak pendukung Jokowi JK, tampaknya jargon "Revolusi Mental" memanglah satu yang diperlukan bagi sebagian besar dari para pendukung yang justru mengecilkan dirinya sendiri ini.  Dan bahkan secara tidak langsung justru telah menunjukkan 'kebodohan' dirinya sendiri, dengan menganggap bahwa suara mayoritas pemilih Jokowi JK tidak mewakili dirinya.

Yang lebih menarik lagi, ternyata kaum Hawa mendominasi pasangan Jokowi JK.  Sesuatu yang ( lagi lagi) menguntungkan pasangan Jokowi JK.  Faktor emosional buying, faktor jumlah, menjadi satu alasan penting mengapa para pemilih wanita benar benar wajib diperhitungkan dalam suatu pemilihan Presiden.

Walaupun pada akhirnya pun kata 'menang' belum tentu berarti apa apa apabila kembali berkaca pada pemerintahan SBY, dimana banyaknya pemilih wanita pada saat itu memang menjadi satu faktor kekuatan kemenangan SBY pada pemilihan yang silam. Sosok, itulah yang dilihat.

Hasil Polling yang dilakukan oleh blog keroyokan tercinta Kompasiana malam ini pun tampak terlihat 'aneh'. Tidak dan belum berarti apa apa, namun pergerakan pemilih Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa pun memasuki jumlah mencengangkan sebanyak 60.24 % , pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebanyak 37.7 % dan pasangan Darth Vader - Meme dengan 'hanya'  2.682 %.

Tampaknya, peminat 'pemikiran' atau pasangan calon Prabowo - Hatta yang dikategorikan 'sesat pikir' oleh seorang Kompasianer memang ada dan banyak di Kompasiana sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun