Mohon tunggu...
Irham Bashori Hasba
Irham Bashori Hasba Mohon Tunggu... Lainnya - Sekilas Tentang Irham Bashori Hasba

Irham Bashori Hasba adalah pegiat sosial masyarakat, suka ngamati dan menuliskannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Dulla [Gila]

7 Agustus 2017   01:19 Diperbarui: 8 Agustus 2017   00:12 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://tatangmanguny.files.wordpress.com/2011/01/penjual-sayuran-18902-e1299402876246.jpg?w=660

Dasar Dulla yang terbiasa menerima ejekan, baik di jalan maupun di pasar, karena keadaannya. Tapi ia tak putus asa.  Ia benar-benar ingin naik haji. Seperti Pak Haji Rajak, Haji Sadly, Haji Ali dan Haji Dulla nanti. Ia mencoba masuk bank lain yang tidak seberapa jauh dari bank-bank sebelumnya. Siapa tahu di bank ketiga masih ada orang baik yang mau menerimanya naik haji.

"Pak, saya....saya.... mau setor naik haji. Dimana ya, pak?" tanyanya ketika berada di pos satpam di balik pintu masuk bank ketiga, "Bisa bapak bantu saya?"

Satpam yang diajak bicara tertawa. Ia meganggap lucu pedagang yang datang dan belum menurunkan pikulan dari pundaknya. Mana bisa orang seperti itu mampu naik haji. Sinting kali, ejek satpam itu di dalam hati. Lalu petugas keamanan itu menuntun Dulla keluar pintu masuk dan menyuruhnya pergi.

Dulla menggigit bibir. Ia bingung mengapa semua orang tidak mempecayainya. Padahal ia mau bayar ongkos naik haji. Ia tidak main-main, apalagi dikatakan sinting. Uangnya banyak, malah lebih untuk ongkos naik haji. Apa karena keadaannya yang menyebabkan orang menilai rendah dan sinting lagi.

Dulla tidak putus asa. Ia mengambil tempat duduk di bawah pohon Akasia di tepi trotoar, sambil lalu menunggu-nunggu siapa tahu masih ada orang baik. Orang yang mau menolongnya mengantarkan ke tempat penyetoran ongkos naik haji. Sebab, kata si Wiji, anak tetangganya, tempat menyetor ongkos naik haji yang baik di bank sebelah utara. "Nah, itu kan banknya?" Pikir Dulla masih penuh harap.

Begitu besar harapannya untuk bisa menemukan orang yang bisa menolongnya, ia tidak segan-segan mendatangi seorang lelaki yang baru turun dari BMW. Kepada lelaki itu, ia menyampaikan maksudnya dengan sungguh-sungguh. Sebagai penguat pernyataannya, ia membuka kantong-kantong yang sedang dipikulnya. "Ini uangnya, Pak!" gumamnya penuh semangat.

Lelaki itu tertegun memperhatikan barang-barang yang ditunjukkan Dulla. Sebelumnya, Ia mengira Dulla hendak menawarkan barang dagangan. Begitu tahu yang ditunjukkan adalah uang, ia pun percaya. Orang tua ini benar-benar ingin menyetor ongkos naik haji. Ia harus dibantu sebelum ketahuan orang-orang jahat.

Maka sebagai pimpinan bank, ia punya prinsip "Pengunjung adalah Raja" sebagai mana prinsip dagang "Pembeli adalah Raja."Ia harus berpegang pada prinsip itu, tidak boleh membeda-bedakan nasabah. Seperti apapun keadaan nasabah, yang penting bukti riilnya, ada uang yang akan dipercayakan ke banknya,. Ia harus memberikan pelayanan terbaik. Termasuk kepada lelaki tua berbaju kumal, bersandal jepit tipis dengan timbul tubuh kerempeng. Siapa menyangka lelaki rendahan seperti itu bawa uang banyak dan hendak bayar ongkos naik haji. Sungguh kejadian yang menakjubkan.

"Mari bawa uang bapak langsung ke kantor saya," ajak lelaki itu sungguh-sungguh, "Saya akan mengurus keperluan bapak!."

"Terima kasih. Terima kasih." Sambut Dulla girang seraya memikul barang-barangnya. Ia tidak banyak ulah, langsung mengikuti lelaki baik hati itu ke ruang kerjanya.

Tentu saja kehadiran Dulla menarik perhatian semua orang. Baik petugas bagian resepsionis, kasir, pengunjung lain, satpam dan lain-lainnya hanya memperhatikan adegan diluar kebiasaan itu. Tapi mereka tidak terkutik, sebab pimpinan mereka yang membawa lelaki penjual sayur itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun