Mohon tunggu...
Basel Onn
Basel Onn Mohon Tunggu... Lainnya - Basel Onn XI IPS 1 - SMAN 28

Basel Onn - SMAN 28

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ibu

28 November 2020   23:44 Diperbarui: 28 November 2020   23:51 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini adalah hari dimana aku dijemput kakakku di kosan. Aku kuliah di universitas ternama di Jogja yang sudah pasti kalian tau tanpa harus ku sebutkan. Hari ini aku pulang ke Jakarta karena libur semester setelah dua tahun kuliah tanpa pulang. "Oi dek! ini barang mau dibawa pulang semua?" tanya kakakku. "Iya, bawa aja semuanya ke mobil." Ucapku.

Kami pun menempuh perjalanan pulang yang cukup jauh dari Jogja ke rumah kami yang berada di Jakarta dengan mobil. Selama perjalanan, hanya sedikit percakapan yang terjadi diantara kami. Percakapan yang terjadi tidak jauh-jauh dari basa-basi biasa yang berujung pada keheningan dan awkward. Mengingat kami sudah dua tahun tidak bertemu dan hanya berkomunikasi melalui telepon.

Keheningan pun terpecah ketika aku menanyai tentang keluarga kita dirumah. "Oh iya kak ngomong-ngomong, keadaan ibu bagaimana ya? Sudah lama banget ga denger suaranya. Tiap kali ngajak video call ga pernah diangkat." Tanyaku. Tapi seketika kakakku langsung mengubah topik pembicaraan. 

"Dek tau ga? Aku ada cerita serem banget semenjak kamu kuliah ke Jogja." Ujar kakakku. "Oalah... yaudah cerita aja, mumpung perjalanan juga masih jauh banget" "Oke, dengarkan baik-baik ya" Jawab kakakku. Seketika hawa mobil yang full ac terasa panas, tatapan kakak yang tadinya fokus menyetir menjadi serius dan tidak bercanda dengan cerita yang akan dibawakannya.

Cerita Pun Dimulai, kakakku bercerita bahwa semua kejadian ini dimulai sejak tahun pertama aku kuliah di Jogja. Saat itu ia baru pulang dari kantor tempat ia bekerja. Seperti biasa, ia pulang ke rumah tepat jam delapan malam. Tapi, semenjak aku kuliah di Jogja, Sikap ibu yang awalnya kurang perhatian kepada kami dan hanya memfokuskan diri kepada kepada pekerjaannya mendadak menjadi perhatian. 

Tiap kali ia sampai di rumah, ibu selalu menyambutnya dengan pelukan dan senyuman lebat disertai tawaran untuk makan malam. Kakakku awalnya menganggap ibu seperti kesambet dan kerasukan setan. Tapi, kakakku akhirnya memaklumi dan menganggap kalau ibuku sudah sadar dan semua hal tersebut adalah hal biasa yang dilakukan orang tua kepada anaknya.

Hari ke hari, ibuku selalu melakukan hal tersebut kepada kakakku, disambut dengan pelukan dan senyuman. Sampai suatu ketika, kakakku merasa risih akan perhatian yang diberikan ibu kepadanya, senyuman yang awalnya terlihat manis dan tulus lama-kelamaan berubah dan terlihat creepy dan makanan yang awalnya terasa enak dan menggiurkan berubah menjadi menjijikan dan terasa mual untuk dimakan yang membuat kakakku berfirasat tidak enak seperti mendapat teror tiap malamnya. Kakakku pun memutuskan untuk pulang dengan jam yang tidak beraturan, yaitu jam dimana ibuku seharusnya sudah tidur. Yang berawal pulang tepat jam 8, menjadi pulang jam 10 bahkan 12 malam.

Pada awalnya, rencana kakakku untuk pulang terlambat berjalan lancar dan selalu disaat ibuku sudah tidur. Namun, pada akhirnya ibuku malah menunggu kakakku sampai pulang, meskipun sudah jam 12 malam. Dan responnya tetap sama "Halo nak, Sudah makan?" Begitulah kira-kira kata-katanya yang dilontarkan dengan senyuman yang cukup menyeramkan.

Kakakku yang sudah tidak tahan dengan sikap ibuku akhirnya memberanikan diri untuk mencoba berbicara kepada ibuku. Kakakku bilang kepada ibuku untuk berhenti melakukan hal-hal tersebut yang biasa ia lakukan, kakakku merasa kalau ia bukan anak kecil lagi yang butuh untuk ditungguin pulang tiap harinya. 

Ibuku yang mendengar hal tersebut hanya tersenyum lebar sambil berkata, "Kok kamu kayak ga suka gitu ya? adikmu lagi kuliah di Jogja loh, Ibu lakuin itu semua buat kamu." Kakakku hanya bisa terdiam dengan jawaban tersebut seperti ada sesuatu yang masuk ke dalam mental kakakku sehingga ia hanya bisa menurut.

Kakakku yang merasa makin stress dengan tindakan ibuku akhirnya berusaha untuk tidak menggubris pertanyaan ibuku yang selalu ditanyakannya tiap kakakku pulang. Cara ini terhitung berhasil, karena kakakku setiap pulang hanya perlu masuk kamar dan tidak perlu melihat ibuku lagi. Tapi, masalah semakin menjadi ketika kakakku menyadari sesuatu. Saat kakakku lagi tidur, ia merasa kebelet dan bangun untuk buang air kecil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun