Mohon tunggu...
Muhammad Aliem
Muhammad Aliem Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Badan Pusat Statistik.

Alumni Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Program Magister Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Saya masih dalam tahap belajar menulis. Semoga bisa berbagi lewat tulisan. Laman facebook : Muhammad Aliem. Email: m. aliem@bps.go.id

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Meledak di Kompasiana

22 Oktober 2020   19:39 Diperbarui: 22 Oktober 2020   19:42 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tiga tahun yang lalu, tepatnya pada awal tahun 2017, saya membuka akun di sini : Kompasiana. Sebuah tempat meledakkan segala kecemasan. Wadah untuk mengeluarkan semua kebisingan di kepala.

Diantara artikel yang tersimpan cantik di Kompasiana, sebagian besar berhubungan dengan pekerjaan saya sebagai seorang ASN di Badan Pusat Statistik. Gudangnya data. Rugi kiranya jika saya tidak menuliskan fakta yang diperoleh para petugas data BPS.

Tidak sedikit tulisan yang lahir dari keresahan setelah melihat data-data statistik. Tentang cita-cita negara yang mulai kehilangan arah. Dirampas para koruptor. Akibatnya, pembangunan tak merata. Ups, tunggu. Ini terlalu serius, Ferguso. Hehe.

Kita kembali ke narasi utamanya: Tentang Kompasiana dan segala pengalaman menikmati tulisan para Kompasianer. Dan kesan selama menulis di sini. Di Kompasiana.

Boleh dibilang, saya membuka akun Kompasiana karena ikut-ikutan teman. Setidaknya, saya mengikuti coretannya sejak 2011. Artikelnya daging semua. Dan sebagian besar menjadi pilihan editor yang kemudian nangkring di posisi Headline. Artikel Utama.

Dia itu salah satu Kompasianer yang selalu saya tunggu tulisannya. Meski belakangan larut dalam kesibukannya d kantor. Saya sebut saja inisial namanya : Kadir Ruslan. 

Awalnya, saya suka menulis genre cerpen. Entah itu cerpen atau hanya goresan biasa saja. Cerita tanpa makna. Apalagi mengikuti aturan penulisan cerpen. Mungkin jauh sekali. Maafkan saya. 

Apapun yang bergelora dan berbisik di kepala, saya usahakan untuk menulisnya di Kompasiana. Atau di blog pribadi saya. Lebih banyak sih di Kompasiana. 

Sekalian aja numpang ngetop, tapi belum kesampaian hingga sekarang. Akun saya saja masih centang hijau. Mungkin nggak bakalan centang biru. Entahlah. Saya sadar bukan seorang ekspert. Dan tulisan saya biasa saja.  Hehe.

Jika membuka profil saya, Anda akan menemukan satu-dua atau lebih tulisan puisi. Ah, itu mengingatkan saya pada suatu masa di zaman putih-biru. Bangku SMP. Saat itu, saya sering menulis puisi. Berlanjut hingga kuliah. Lalu berhenti saat sudah menjadi abdi negara. Alamak, Kompasiana mengungkit jiwa pujangga dalam diri yang kehilangan arah. 

Sebenarnya, saya juga suka membuka dan membaca artikel cerpen di Kompasiana. Beberapa penulis centang biru menjadi pilihan. Selalu ditunggu-tunggu setiap gelap sudah menyelimuti dunia. Ditemani penerangan lampu. Dihibur suara gesekan daun bambu dan bunyi jangkrik merdu. 

Waduh. Ini nulis apa sih? Kesana-kemari tanpa topik yang jelas ya? Maafkan saya wahai pembaca budiman.

Kompasiana sudah membersamai para Kompasianer dan pembaca selama 12 tahun. Saya masih terbilang baru di "rumah" ini. Baru tiga tahun dengan artikel yang belum genap 200. Belum banyak. Maunya sih seperti Couple Om Tjipta dan istrinya yang kompak mengisi halaman Kompasiana. 

Sekali lagi, selamat bagi Kompasiana. Terima kasih bagi orang-orang kompeten di dalamnya. Sungguh ini "rumah" yang selalu membuat rindu untuk pulang. Tidak sekadar mengintip. Tetapi membuka dan memeriksa satu persatu ruangan di dalamnya. 

Jujur, Kompasiana merupakan sekolah bagi saya. Tempat belajar dan berlatih sekaligus. Belajar dari para penulis andal. Semisal Om Krishna Pabicara. Semua artikelnya mengandung "umpan", eh, maksudnya ilmu semua. 

Mungkin saya tidak menyebutkan semua penulis favorit yang selalu saya ikuti. Banyak sekali. Yang saya sebut diantaranya di atas itu hanya mewakili saja.

 Terima kasih para Kompasianer. Terima kasih Kompasiana sudah sudi menerima saya dengan artikel yang tidak seberapa. Dengan pilihan diksi ya ng biasa-biasa saja.

Ke depan, besok-lusa, saya tidak hanya akan menulis satu jenis artikel. Semua kebisingan di kepala akan bermuara di sini: Kompasiana. Bisa dari pengalaman keseharian, puisi, kritikan atas sesuatu, dan opini-opini yang berlandaskan data-data valid dan tepercaya.

Hampir saya lupa. Saya selalu tersenyum sendiri dengan perasaan berbunga saat artikel saya diberi gambar oleh Kompasiana. Itu artinya, artikel menjadi pilihan dan mungkin akan bertengger di bagian Headline. Alamak. Saya jadi malu.

Jaya terus Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun