Mohon tunggu...
Muhammad Aliem
Muhammad Aliem Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Badan Pusat Statistik.

Alumni Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Program Magister Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Saya masih dalam tahap belajar menulis. Semoga bisa berbagi lewat tulisan. Laman facebook : Muhammad Aliem. Email: m. aliem@bps.go.id

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mendeteksi Investasi dari PMTB

22 November 2019   19:26 Diperbarui: 23 November 2019   17:31 1785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Berita Resmi Statistik 5 November 2019, BPS

Tunggu. Kita hela nafas panjang dulu. Ini sedikit berat. Siapkan camilan dan secangkir kopi atau teh. Tidak terlalu berat sih bagi orang-orang yang sudah expert. Hanya bagi saya yang masih tertatih untuk terus berlatih.

PMTB ini singkatan dari Pembentukan Modal Tetap Bruto. Salah satu komponen dari Produk Domestik Bruto (PDB)  menurut pengeluaran. PDB itu didekati dari dua sisi, yakni dari sisi produksi atau lapangan usaha dan dari sisi konsumsi atau pengeluaran.

Sumber : Berita Resmi Statistik 5 November 2019, BPS
Sumber : Berita Resmi Statistik 5 November 2019, BPS
Ada enam komponen dalam PDB pengeluaran. Yang masih dominan dalam  menopang perekonomian Indonesia yakni komponen pengeluaran rumah tangga (PK-RT). Dari struktur PDB, komponen ini masih perkasa dengan kontribusi sebesar 56,52 persen pada triwulan III tahun 2019.

Baik. Kita kembali ke PMTB. Kontribusi PMTB ini merupakan yang terbesar kedua setelah PK-RT. Pada struktur PDB, kontribusi PMTB sebesar 32,32 persen. Komponen ini juga tumbuh 4, 21 persen pada kuartal ketiga tahun ini.

Sumber: Berita Resmi Statistik 5 November 2019, BPS
Sumber: Berita Resmi Statistik 5 November 2019, BPS
Sebenarnya sih, untuk melihat seberapa besar investasi itu bisa dilihat dari komponen PMTB. Untuk komponen penyusun PMTB ini terdiri dari 6 hal, yakni Bangunan; Mesin dan Perlengkapan; Kendaraan; Peralatan lainnya; CBR; dan produk kekayaan intelektual.

Jika kita lihat tren pertumbuhan PMTB pada kuartal ketiga dari tahun 2017 cenderung mengalami perlambatan. Jadi istilahnya melambat ya bukan menurun. Ini fakta yang mencengangkan. Eh, nggak juga sih.

Pada kuartal ketiga 2017, PMTB tumbuh 7,08 persen. Lalu tumbuh 6,96 persen pada kuartal ketiga 2018. Dan melambat lagi pada periode yang sama tahun ini menjadi 4,21 persen. Ini jika dibandingkan secara year-on-year (tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya). Perode kuartal ketiga tahun ke t dibandingkan dengan periode kuartal ketiga tahun ke t-1.

Dari keenam komponen PMTB, Mesin dan Perlengkapan masih menjadi komponen yang tumbuh tertinggi sebesar 7,79 persen. Bangunan tumbuh 5,03 persen, CBR tumbuh 3 persen, sedangkan tiga komponen lainnya mengalami kontraksi.

Apa? Kontraksi? Memangnya Ibu hamil? Hehehe.

Kontraksi di sini maksudnya adalah tumbuh negatif.

Kemudian untuk istilah melambat itu begini : Masih tetap tumbuh positif hanya saja besaran angka pertumbuhannya itu lebih kecil dibandingkan periode sebelumnya. Misal nih, untuk komponen PMTB pada kuartal ketiga 2018 kan tumbuh 6,96 persen. Sedangkan pada kuartal ketiga 2019 hanya tumbuh 4,21 persen. Ini secara y-on-y ya.

Selanjutnya, komponen kendaraan tumbuh negatif 6,34 persen. Komponen peralatan lainnya tumbuh negatif 1,13 dan Produk kekayaan lainnya  tumbuh negatif 4,14 persen.

Kalau kita bandingkan periode kuartal ketiga dengan kuartal kedua tahun ini (q-to-q), PMTB tumbuh 5,52 persen. Sebenarnya, komponen Mesin dan Perlengkapan bisa tumbuh 16,17 persen secara q-to-q.

BPS mencatat beberapa fenomena pada PMTB di kuartal ketiga ini. Diantaranya yakni pertumbuhan barang modal jenis mesin yang berasal dari impor tumbuh melambat, sementara yang berasal dari domestik mengalami kontraksi.

Barang modal jenis kendaraan baik yang berasal dari domestik maupun impor mengalami kontraksi. Meski demikian, impor kendaraan jenis lokomotif dan kapal terbang masih meningkat.

Pertumbuhan PMTB ini juga masih dipengaruhi oleh pembangunan infrastruktur di berbagai daerah di Indonesia. Walaupun harus diakui pengaruhnya pada peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak begitu signifikan.

Fenomena berikutnya, realisasi investasi BKPM meningkat dibandingkan kuartal ketiga tahun lalu. Ini dikutip dari Berita Resmi Statistik (Beres) tentang pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga tahun 2019. Silakan unduh gratis di web BPS. Gratis!

Sumber: Berita Resmi Statistik 5 November 2019, BPS
Sumber: Berita Resmi Statistik 5 November 2019, BPS
Data ini dapat menjadi petunjuk bagi pemerintah dalam menentukan prioritas pembangunan ekonomi. Apalagi kondisi investasi dalam negeri sedang mengalami tren perlambatan. 

Regulasi investasi mesti memberikan kemudahan kepada para investor. Tetapi tetap dalam semangat membangun ekonomi hijau. Pembangunan dengan meminimalisir pengrusakan lingkungan. 

Selain itu, pemerintah mesti lebih serius lagi terhadap kebijakan impor. Jangan sampai neraca perdagangan terus tekor. Impor terhadap barang modal yang memang tidak diproduksi dalam negeri. Dengan tetap memprioritaskan barang hasil produksi dalam negeri dan menggenjot ekspor barang industri. 

Barru, 22 November 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun