“Mungkin dia lapar, lupa sarapan di rumah tadi pagi.” Gumam Bahar dalam hati.
Bahar masih penasaran dengan gadis mahasiswi yang berlalu di koridor kampus.
“Itu siapa ya? manis banget.” Ucap Bahar dalam hati sambil memainkan sebuah bolpoin di secarik kertas di tangan kanannya. Matanya masih tertuju ke sudut ruang kelas seolah menunggu seseorang.
Kampus mulai ramai dengan lalu lalang mahasiswa. Pohon ketapang menjadi salah satu tempat favorit untuk menunggu jadwal kuliah. Tersedia banyak tempat duduk, nyaman, dan terlindung dari panasnya sinar matahari.
“Hei, kamu mahasiswa baru ya?” seorang mahasiswa bertanya kepadaku. Dari rambutnya yang gonrong, mungkin dia sudah semester akhir. Jika mahasiswa yang lain memakai sepatu, tidak dengan dirinya yang santai menggunakan sandal khas pendaki gunung.
“Iya Kak, saya maba. Ada apa Kak?” tanyaku sambil mengangkat dagu, memalingkan pandangan ke arah wajahnya, takut dianggap tidak sopan, padahal masih seorang maba.
“Tolong beritahu teman kelasmu, semua maba wajib ikut kegiatan pengkaderan kepemimpinan!” Dengan nada agak keras , kening mengerut, dan berlalu meninggalkanku.
Aku melihat jam tangan, jarum pendek menunjuk angka 10, waktu mata kuliah perdana di kelas lantai satu. Saat berjalan masuk ke ruang kelas, sepasang bola mata indah terkunci di tatapku.
“Ini cewe’ yang tadi, rupanya aku sekelas dengannya.” Aku sengaja mengambil kursi tepat di sampingnya.
“Aneh, baru kali ini ada cewe’ tak melirik sekali pun, padahal aku ada di samping kanannya”. Berbisik di hatiku sembari menatap ke arah gadis itu.
“Maaf, bisa pinjam pulpen-nya?” tanyaku sambil menunduk, takut melihat indah bola matanya.