Selanjutnya saya terpaksa harus melewatkan beberapa ruangan, sebab ruangan tersebut memang sedang tidak di buka. Sementara itu waktu sudah menunjukan pukul tiga siang, maka saya juga harus buru-buru karena sebentar lagi museum akan ditutup pada pukul setengah empat.Â
Dua ruangan terakhir yang saya kunjungi adalah Ruangan Emas Moneter dan Ruangan Numismatik. Dua ruangan ini adalah favorit saya. Pada Ruangan Emas Moneter ditampilkan tumpukan emas (sepertinya hanya replika) yang ditutup oleh kaca tebal, saya cukup penasaran, maka sayapun membaca rangkuman yang ada.Â
Dijelaskan bahwa emas-emas yang ditumpuk ini adalah cadangan devisa yang suatu waktu jika terjadi krisis dapat dicairkan sewaktu-waktu. Terdapat pula kotak berisi emas replika yang dapat dipegang, saya mencoba mengangkatnya hanya dengan satu tangan dan itu rasanya berat sekali.Â
Ruangan terakhir yaitu ruangan numismatik. Ruangan mempunyai pintu layaknya bunker uang pada bank. Ruangan ini menyimpan berbagai koleksi uang Rupiah dari masa ke masa, semuanya lengkap tersimpan di ruangan itu.Â
Tidak hanya itu saja, terdapat lemari dengan bukaan horizontal yang menyimpan berbagai koleksi uang dari negara lain. Saya jadi takjub karena koleksinya itu memang benar-benar lengkap.
Tibalah pukul setengah empat. Mau tidak mau saya pun harus kembali ke lobi untuk mengambil barang kemudian pergi meninggalkan museum. Benar-benar pengalaman yang menyenangkan. Senang rasanya dapat berwisata edukasi melalui kunjungan Museum Bank Indonesia. Bagaimana? Apakah kalian tertarik dengan museum ini? Jika pemirsa ada waktu luang saya sarankan untuk mengunjungi Kota Tua dan museum ini, dijamin menambah wawasan dan menghilangkan stress pemirsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H