Terjatuh
Didalam dekapan ibu bumi yang merangkulku dengan kedua tanganya
Jubah merahku tak tampak lagi sinarnya, hanya robekan dan cabikan dari hati yang tak berteriak tak mengungkap
Dalam dekapan ibu bumi sepotong hati digenggam hingga tak terasa luka-luka hitam tanpa senyuman
Rindu akan dia yang mengalahkan geliat nafsu dan dosa dosa pada diri insan yang menguatkan iman
Rindu akan dia yang mengubahku hingga tak terhingga puji-puji kupanjatkan kepada Tuhan langit dan Sang Nabi
Tapi tak bisa kurajut asa dalam balutan rasa rindu
Malaikat langit pun tertunduk, menangis meratapi diri yang telah bersimbah luka dalam genggaman ibu bumi
Dalam dekapan ibu bumi sang pengembara tersenyum dalam luka selagi berkata “Hamba hanya bisa menitipkan rindu ini padamu Wahai cahaya”
Sang Malaikat langit pun mengangguk, mengiyakan permintaan sang pengembara.
Namun tak disangka raut wajah pemilik semesta alam menampak hingga bintang-bintang pun bersujud menghadapnya
“Sampaikan rindu ini untuknya wahai cahaya”
“Apalah daya seorang pengembara yang telah terluka dalam dekapan ibu bumi tanpa jubah merah yang tak tampak lagi sinarnya”
Ibu bumi pun menyerahkan jiwa dan raga sang pengembara kepada Tuhan langit
“Baginda, lukanya terlanjur membusuk, harapnya penuh dengan keputusasaan laksana air jernih dalam segelas tinta hitam”
Tuhan langit pun membawanya kembali ke tanah pertiwi
Dia membangkitkanya dengan Kuasa dan CintaNya
Sang pengembara tersadar, kini dia dalam genggaman Tuhan langit, hatinya pun berbisik
“Apakah malaikat-malaikat itu telah menyampaikan rinduku kepadanya?”
Tuhan Langit Maha Mendengar bisikan sahaya Nya, dalam sekejap malaikat langit berkumpul menghadapNya
“Kami telah menyampaikan rindu yang dia titipkan kepada putri yang sempurna”
Sang pengembara bersimpuh seraya menutup wajahnya yang berlinang air mata bahagia
“Terima Kasih kupanjatkan kepadaMu Tuhan Langit, Jika Engkau menghendaki, hamba memohon kepadaMu lindungilah dia, sempurnakan akhlaknya, jauhkan dia dari segala perangai yang dapat menjauhkan dia dari jalanMu, Tuhan”
Tuhan langit merangkulnya selagi berkata
“ Cinta adalah anugrahKu, Ku turunkan ke dunia supaya ia tumbuh. Jika ia datang diatas tanah kering tandus ia akan tumbuh lalu mati. Jika ia datang pada hati yang keruh dan budi yang rendah, ia akan tumbuh dalam kesengsaraan yang menyakitkan lalu menjadi bencana yang merusakkan dan akhirnya terpuruk dalam kehinaan. Tetapi jika ia datang pada hati yang bening, bersih dan luas seluas semesta maka ia akan mewariskan kemuliaan dan ketakwaan pada Ku”
“Aku melihat hati bening itu pada dirimu sahayaKu, sambut dia dengan hangatnya restuKu padamu jika engkau mampu memperbaiki diri dan menjadi insan paripurna laksana nabiKu”
Sang pengembara bangkit, rasa sakit akan rindunya telah terbayarkan, lalu dia mengambil jubah merah baru pemberian Tuhan Langit yang dirajut dengan harapan dan masa depan yang bersinar laksana cahaya Nya
-prop-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H