Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Photographer, Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Semangat Terus, Usia Hanyalah Sebuah Angka

30 Juli 2024   16:48 Diperbarui: 30 Juli 2024   17:34 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang tadi, seorang kurir pengantar paket berteriak dari depan pintu pagar rumah,"Paketttttt!!!". Seketika saya langsung keluar dari dalam rumah dan menghampiri si abang pengantar paket. Paket bungkusan berukuran sedang diserahkan pada saya. Terlihat jelas pada cover paket yang dikrim oleh jasa kurir JNE. 

Dibungkus dengan sangat rapi dan ditambah keterangan pada lakban lebar bertuliskan "FRAGILE, Handle with care."  Pertanda kalau JNE sangat peduli dengan keresahan konsumen jika barang yang mereka terima tidak dalam keadaan baik-baik saja. Oleh karena itu, JNE selalu memberi keterangan "handle with care".

Buru-buru saya Kembali masuk ke dalam rumah, mengambil gunting untuk membuka isi paket. Rasa penasaran masih begitu menghantui pikiran saya. Karena, seingat saya, tidak ada belanja online dalam hitungan minggu ini. Sebelum membuka, saya mengaktifkan kamera hape dan menyalakan video untuk merekam aktivitas unboxing saya. Konon katanya, merekam video saat unboxing menjadi salah satu kewajiban custumer sebagai barang bukti jika terjadi kesalahan saat belanja online, agar barang yang salah bisa dikembalikan alias retur. Bukan kesalahan pada jasa pengiriman JNE,ya.

Ketika bungkusan sudah terbuka, rasa kaget dan ekspresi gembira tidak bisa saya sembunyikan. Ternyata isi paket tersebut berupa sebuah medali yang dikirimkan dari pihak penyelenggara Pocari Sweat Run 2024. Kebetulan, tanggal 20 Juli lalu, saya mengikuti event race Pocari Sweat untuk kategori Half Marathon (21K) secara virtual. Seminggu setelah event berlangsung baru deh, medalinya dikirim.

Ada rasa bangga yang saya ucapkan untuk diri saya sendiri. Karena, saya masih bisa mengikuti event race Half Marathon  untuk yang kedua kalinya. Berlari sejauh 21K itu benar-benar nyata saya lakukan. Meski sudah menerima medali HM sebagai wujud nyata kalau saya dinyatakan berhasil menempuh garis finish dengan catatan waktu 2 jam 47 menit 47 detik.

 Tapi, terkadang saya sendiri masih tidak percaya kalau saya bisa dan mampu melakukannya. Karena, usia saya bukan lah muda lagi. Usia saya sudah memasuki setengah abad. Begitu banyak orang-orang terdekat saya meragukan kemampuan saya. Mereka sering mencela, meremehkan bahkan underestimate pada saya Ketika melihat saya berlari.

              "Ingat umur. Jangan dipaksa. Sudah tua! Nggak usah olahraga terlalu berat."

foto dokpri
foto dokpri

Semua cemo'oh seperti itu hanya saya jadikan motivasi untuk penyemangat diri saya. Tidak hanya teman-teman, bahkan dari keluarga sendiri pun menganggap kalau olahraga berlari itu olahraga berat. Padahal semua olahraga bisa dilakukan sebatas kemampuan kita saja tanpa ada unsur paksaan dari siapa pun. Jika dilakukan dengan rasa gembira, maka semua akan baik-baik saja.

Saya mengakui, Ketika awal pertama mencoba berlari, ada rasa berat yang saya rasakan. Untuk mencapai 1 KM saja rasanya mau mampus. Nafas serasa mau copot. Detak jantung berpacu begitu kencangnya. Keringat mengucur pun kayak habis mandi tanpa handukan. Tubuh saya basah kuyup.

Melihat kondisi saya yang begitu memprihatinkan, teman pelari yang sudah menikmati dunia lari bertahun-tahun lamanya memberikan tips bagaimana berlari yang baik. Berlari tidak harus kencang. Berlari lah senyaman mungkin. "Perlahan-lahan saja. Kemudian, berlatihlah secara konsisten."

Saya pun mencoba tips yang diberikan sang sahabat. Saya tidak peduli dengan kecepatan orang lain yang penting saya terus berlatih. Saya harus melawan ego saya. Karena musuh terberat kita yang sesungguhnya adalah ego diri kita sendiri bukan orang lain. Disini saya terus memacu semangat kreativitas saya untuk terus berlatih berlari. Perlahan tapi pasti akhirnya saya mampu menempuh jarak 3KM tanpa rasa ngos-ngosan yang berlebihan.

Setiap kali berolahraga lari, saya tidak pernah lupa mengabadikan aktivitas saya lewat kamera hape. Mulai dari foto hingga video. Itu saya lakukan untuk melihat sejauh mana progress yang telah saya gapai. Tidak lupa juga memposting ke sosmed pribadi saya untuk memotivasi orang lain berolahraga. Meski ada beberapa teman yang memberi support tapi, tidak sedikit juga yang mencela dan menganggap saya sok atlet karena sering memposting aktivitas olahraga saya. Lagi-lagi semua itu saya jadikan penyemangat agar saya bisa konsisten menjalani hidup sehat dengan berolahraga.

foto dokpri
foto dokpri

Awalnya, berlari sejauh 1KM saya mengalami kesulitan, tapi setelah berlatih dengan konsisten dengan semangat yang on point,  berlari sejauh 5KM pun akhirnya bisa saya tempuh dengan finish happy. Yes! Kerja keras tidak pernah mengkhianati hasil.  Saya mampu berlari sejauh 5KM itu sebuah pencapain yang sangat besar bagi saya si manusia "tidak sehat ini".  Saya mulai rajin ikut race. Mulai dari 5K, 10K hingga HM (21K). Semua berhasil saya lakukan dengan Finish strong and happy!

Jika di flashback ke belakang, saya adalah salah satu mahluk Tuhan yang tidak pernah bersyukur diberi Kesehatan fisk, jasmani dan Rohani. Bertahun-tahun saya menjalani pola hidup tidak sehat dengan rasa bangga. Tidak pernah olahraga, junk food freak, suka begadang, perokok berat, suka clubbing dan minum-minuman beralkohol. Dulu, saya bangga memiliki pergaulan yang luas. Kebanyakan dari mereka adalah teman-teman "tidak sehat" saya. Karena, bertemunya juga di tempat clubbing atau di tongkrongan warkop tempat  "basian" anak dugem.

Sampai akhirnya, mungkin Tuhan jengah melihat pola tingkah kehidupan saya. Tuhan memberikan saya penyakit yang membuat saya hampir lumpuh. Syaraf kejepit dibangian tulang ekor. Sakitnya minta ampunnnnnn! Setiap bergerak pasti diiringi dengan jeritan kesakitan. Bahkan dokter sempat memvonis, saya bakalan lumpuh. Sebenarnya, sebelum dokter memvonis, saya sudah mengalami gejala-gejala tersebut.

 Setiap mau bangun tidur, saya harus dibantu istri agar bisa bangun dan berdiri. Jalan tertaih-tatih. Jalan saya pun sudah tidak normal lagi alias pincang karena menahan rasa sakit. Sangat tersiksa dan menyiksa hidup saya. Sampai akhirnya, disuatu malam, saya berfikir. Apakah ini bukti nyata Tuhan menegur saya? Apakah saya harus lumpuh baru insyaf?

Mungkin Tuhan kasihan dan memberikan satu kesempatan lagi bagi saya agar bisa merubah gaya hidup saya. Tiba-tiba seorang dokter menyarankan saya untuk berlatih berenang. Konon katanya obat paling manjur menyembuhkan Syaraf kejepit adalah berenang. Awalnya saya tidak suka berenang dan tidak pandai berenang. Dengan semangat dan tekad yang kuat saya terus berlatih berenang demi penyakit yang saya derita bisa angkat kaki dari tubuh saya.

Berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun saya melakukan olahraga renang membuat tubuh saya semakin sehat. Penyakit yang saya rasakan perlahan-lahan menghilang. Saya yang awalnya tidak suka olahraga, akhirnya kecanduan berenang. Saya bersyukur pada Tuhan dengan mengirimkan dokter yang menganjurkan saya berenang yang menjadi pintu gerbang awal saya menjalani hidup sehat. Kebiasaan merokok seketika berhenti. 

Tidak pernah begadang, tidak minum dan menghindari kehidupan malam. Circle pertemanan saya pun perlahan-lahan berubah. Dari yang suka dugem berubah menjadi orang-orang yang suka olahraga.

gunung Raung/dokpri
gunung Raung/dokpri

              Dari olahraga berenang saya mulai merasakan tubuh saya semakin fit. Mencoba menerima tantangan aktivitas outdoor dari teman yaitu, mendaki gunung. Ajakan teman untuk mendaki gunung menjadi tantangan bagi diri saya sendiri. Apakah saya mampu? Sementara, saya tidak pernah mendaki gunung. Sampai akhirnya, di tahun 2014, saya berhasil menggapai puncak gunung Rinjani sebagai gunung pertama yang saya daki. 

Berkat tekad, semangat dan kemauan yang kuat untuk berinovasi, akhirnya saya bisa mematahkan stikma kalau mendaki gunung hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah sering mendaki. Meski awalnya saya terseok-seok dan mengalami kelelahan teramat sangat saat mendaki. Berkat Kerjasama dan dukungan dari teman-teman pendaki, saya berhasil menggapai puncak. Keberhasilan saya menggapai puncak ternyata menjadi cibiran bari mereka yang tidak suka dengan sebuah pencapaian orang lain. Lagi-lagi saya dicibir. Dianggap mengantar nyawa ke gunung. 

Dianggap gila. Karena sata mendaki itu usia saya sudah hampir 40 tahun. Dianggap usia uzur bagi mereka yang tidak suka dengan aktivitas saya. Tapi, berkat cibiran demi cibiran, hingga kini, saya bisa menggapai 20-an puncak gunung yang anda di Indonesia.

gunung rinjani/dokpri
gunung rinjani/dokpri

Dari berenang, mendaki gunung dan akhirnya saya kecantol dengan dunia lari. Hingga kini, saya masih terus memiliki energi dan semangat yang kuat untuk terus berlari dan mendaki. Saya masih merekam dalam memori pikiran saya tentang semua proses yang saya alami. Dari yang sulit berjalan gara-gara syaraf kejepit, kini saya berani ikut kompetisi berlari. Dari berlari 1KM, kini saya bisa berlari sejauh 21KM.

Semua pencapaian-pencapaian itu tidak lah instan. Bukan simsalabim! Semua saya lakukan dengan tekad, kerja keras dan memotivasi diri agar terus bergerak terus berinovasi. Usia bukan menjadi penghalang untuk terus maju. Yang penting kobarkan semangat pada diri sendiri. Karena, tidak ada satu orang pun yang bisa merubah anda selain diri anda sendiri. Meski usia saya sudah mencapai setengah abad, tapi semangat dan memiliki energi yang kuat menjadi modal saya untuk terus berkarya.

gunung ciremai/dokpri
gunung ciremai/dokpri

Sama halnya dengan jasa kurir JNE yang telah menemani separuh perjalanan hidup saya sepanjang 33 tahun ini. Usia tidak menjadikan penghalang untuk terus berinovasi dan bergerak. Kerja keras dan membangun kepercayaan pada konsumen menjadikan JNE sebagai sahabat dalam pengiriman paket apa saja ke kerabat, sahabat juga keluarga saya.

foto dok JNE
foto dok JNE

   

             

               

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun