Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Photographer, Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menikmati Sepi di Hari Raya Nyepi

12 Maret 2024   09:00 Diperbarui: 12 Maret 2024   11:35 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya, saya pun mengenakan pakaian ala orang Bali. Ogoh-Ogoh sendiri merupakan pawai menggotong boneka atau patung Ogoh-Ogoh dengan aneka rupa menyeramkan.

Konon katanya, Wujud Ogoh-ogoh adalah simbol dari perilaku buruk manusia yang akan dimusnahkan sebagai tanda dari mensucikan diri umat Hindu sebelum memasuki Hari Raya Nyepi.

Oh iya, tidak lupa juga, sebelum Nyepi, hampir semua super market dan mini market dipadati pengunjung untuk memborong sandang pangan dan aneka cemilan. Karena, keesokan harinya, Umat Hindu tidak diperbolehkan melakukan aktivitas apapun selama hari raya Nyepi.

Saya benar-benar terkesima dengan rangkaian acara tersebut. Terkesimak dengan upacara Melasti yang sangat syahdu juga pawai ogoh-Ogoh yang ngeri-ngeri sedap. Karena, ada beberapa warga yang kesurupan saat membopong patung Raksasa berwajah menyeramkan itu. Untungnya saya juga nggak ikut kerasukan.

bali/foto dokpri
bali/foto dokpri

Lalu, masuklah hari raya Nyepi. Momen yang saya tunggu-tunggu selama ini. Saya merasakan langsung seperti apa Nyepi di Bali bersama keluarga orang Bali.

Saya memilih berdiam diri di dalam kamar sambil menikmati makanan yang telah disediakan teman saya. Sedangkan keluarga teman saya melakukan kegiatan sembahyang.

Malam harinya, suasana di sekitar rumah teman saya tampak sepi dan gelap gulita. Rumah teman saya pun ikutan gelap karena tidak diperbolehkan menyalakan cahaya apapun.

Meski saya dan teman sedikit bandel menyalakan handphone untuk melihat informasi dan berkirim pesan dengan teman di luar. Agar tidak ketahuan pecalang, kami menutupi hape dengan bantal agar cahanyanya tidak mantul keluar.

Nyepi itu benar-benar sepi. Hening dan nikmat sekali rasanya berada di keheningan.

Menurut saya, Nyepi itu banyak sisi positifnya. Kita diajakrkan untuk merenung, intropeksi diri juga menjauh dari hiruk pikuk duniawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun