Mumpung masih berada di kota Wonosobo, saya menyempatkan eksplore kota tersebut. Mulai dari objek wisata hingga kulinernya. Salah satu kuliner yang direkomendasikan teman lewat jalur whatsup adalah Mie Ongklok.
"Cobain Mie Ongklok Longkrang, deh. Mumpung masih di Wonosobo."
Sewaktu masih di Dieng, saya kerap kali melihat restoran atau warung bertuliskan Mie Ongklok. Sempat penasaran arti Ongklok itu apa? Dalam hati, mungkin artinya "jongkok" (saya ngarang nih..). karena hampir semua warung yang jual Mie Ongklok rata-rata seperti duduk lesehan sehingga saya langsung mengira kalau Mie Ongklok sama dengan Mie lesehan/jongkok. Ngarang bebass.
Rasa penasaran semakin membuncah karena sewaktu masih di Dieng belum sempat mencicipi, saya pun langsung membuka google map mencari lokasi Mie yang direkomendasikan teman saya yang ada di Wonosobo. Eh, ternyata jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat saya menginap. Hanya berjalan kaki sekitar 10 menit, saya dan teman sudah tiba disana.
Kebetulan saya datang pada jam makan siang membuat tempat yang tidak begitu lebar terlihat penuh oleh pengunjung. Kami sempat ngantri untuk mendapatkan tempat duduk dengan diberi nomer antrian. Untungnya nggak ngantri sampai lama sampai akhirnya mendapat tempat duduk. Saya sengaja memilih tempat duduk dekat dengan kasir karena bersebelahan juga dengan open kitchen-nya. Jadi, saya bisa leluasa melihat dan merekam proses pembuatan mie Ongklok itu.
Setelah minta izin untuk mengambil gambar, teman saya dengan sigap masuk ke bagian kitchen dan merekam setiap proses pembuatan. Sementara saya mulai mengorder Mie Ongklok yang disandingkan dengan sate. Ada dua pilihan untuk sate. Ada sate ayam ada juga sate sapi. Saya memilih sate sapi.
Dari tempat saya duduk, saya memperhatikan proses pembuatannya. Mulai dari sayuran kol dan daun kucai yang direndam di air mendidih dengan menggunakan keranjang anyaman bambu, lalu disaring setelah menunggu beberapa menit. Kemudian Mie dimasukkan ke dalam panci panas juga beberapa detik. Mie yang dipakai mie khas Wonosobo. Setelah dimasukkan ke dalam mangkok, mie dan sayuran tersebut disiram pakai kuah kental yang disebut kuah Lo. Olahan kuah kental tersebut dibuat dengan mencampur bumbu rempah, udang ebi juga gula jawa yang membuat rasanya sedikit manis juga dicampur bumbu kacang yang membuat semakin gurih.
Oiya, saat memesan Mie Ongklok saya juga ditawari untuk memilih makanan pendamping yaitu sate. Pilihannya sate ayam atau sapi. Katanya makan mie ongklok lebih afdol kalau dipadu padankan dengan sate. Saya pun ngikuti saja apa yang dianjurkan.
Mie Ongklok dan Sate Sapi sudah berada di depan mata. Saya mulai mencicipinya perlahan-lahan. Saya mencoba menikmati setiap suapan yang masuk ke dalam mulut. Meski namanya Mie Ongklok tapi, rasa dan teksturnya cukup familiar di lidah saya. sebagai anak Medan, saya merasa kalau mie ini ada miripnya dengan Mie rebus khas Medan. Kuahnya juga sama-sama kental. Hanya saja mie Ongklok lebih manis ketimbang Mie Kuah medan. Saat dimakan dengan sate sebenarnya tidak ada yang berbeda. Tanpa dampingan sate juga mie Ongklok tetap nikmat bagi saya.
Overall, Mie Ongklok cukup rekomendasi lah untuk kuliner khas Wonosobo. Anda bisa mencoba saat berkunjung kesana. Soal harga juga cukup ramah di kantong.
Sebagai catatan kenapa dinamakan Mie Ongklok. Konon katanya diambil dari alat masaknya keranjang anyaman kecil terbuat dari bambu yang dinamakan Ongklok. Maka, jadilah sebutan mie Ongklok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H