Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Runner, Photo/Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. sejak 2021 menyukai dunia lari di usia setengah abad. target bisa Full Marathon. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cerita tentang Mobil Ambulance

22 Oktober 2023   19:14 Diperbarui: 22 Oktober 2023   20:01 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang ada dibenakmu ketika mendengar kata "mobil ambulance"? Atau apakah kamu pernah berurusan dengan mobil ambulance? Juga, apa yang akan kamu lakukan ketika saat di jalan mendengar suara sirine ambulance? Cuek saja atau langsung meminggirkan kendaraanmu dan mempersilahkan mobil ambulance melaju?

Jujur, gue punya pengalaman yang sangat mendalam dengan mobil ambulance. Oleh karena itu, setiap kali mendengar suara sirine ambulance, gue langsung menepikan kenadaran gue agar ambulance bisa melaju dengan cepat. Karena, dalam Undang_Undang pun, tertulis kalau kita wajib memprioritaskan ambulance melintas karena kondisi darurat.

Pengalaman mendalam pertama yang gue alami adalah ketika masih duduk dibangku SMP, waktu itu mobil ambulance datang kerumah mau membawa ibu ke Rumah Sakit. Waktu itu kondisi ibu memang dalam keadaan sakit yang harus dibawa ke Rumah Sakit pakai ambulance. Melihat mobil ambulance datang ke rumah, anak yang masih berusia 14 tahun langsung berfikiran negatif. Dalam bayangan gue waktu itu ibu dalam keadaan sekarat sehingga dibawa ke rumah sakit pakai ambulance. Isak tangis pun pecah. Aku dan adik meraung-raung minta ikut menemani ibu. Tapi, karena usia yang masih kecil tidak diperbolehkan ikut. "Nanti, kalau sudah di RS kita akan menjenguk ibu," ucapk kakakku.

foto dokpri
foto dokpri

Setelah ibu di dalam mobil, mobil ambulance melaju meninggalkan rumah dengan suara sirine yang menyala. Isak tangi masih tetap tidak bisa reda. Kakak-kakakku membujuk agar berdoa ketimbang menangis.

Mungkin sudah firasat, seminggu setelah ibu di RS, siang hari, saat pulang sekolah, gue melihat mobil ambulance berhenti di depan rumah. Kali ini isak tangis kembali pecah. Karena Ambulance membawa kembali ibu dalam kondisi sudah meninggal dunia. Rasanya dunia mau runtuh melihat jasad ibu terbujur kaku di balik kain putih.

              Sejak saat itu, ada rasa trauma setiap kali melihat dan mendengar suara sirine ambulance. Memoriku membawaku kembali ke masa-masa SMP-ku ketika ibu dibawa ke RS dan kembali ke rumah dalam keadaan sudah tak bernyawa. Mobil ambulance menyimpan memori mendalam dan pahit bagikut.

Itu sebabnya, kenapa gue paling marah jika melihat di sosmed ada pengendara mobil atau motor yang cuek dan mengabaikan suara sirine ambulance. Bukannya meminggirkan mobilnya eh, malah terus melaju dibalik suara sirine meraung-raung minta jalan.

Kejadian memilukan kembali terjadi padaku juga keluarga.

              Bukan September 2023 kemarin, Nantulang gue (Bibi atau tante) istri dari Tulang (Paman atau Om) sedang sakit dan dirawat di rumah sakit kota Duri. Karena perlengkapan medis di RS tersebut masih terbatas maka, Nantulang gue mau di rujuk ke RS Riau. Dari kota Duri Nantulang dibawa pakai ambulance menuju RS Riau. Di dalam ambulance, selain Nantulang yang terbaring tak berdaya, ada 2 menantunya yang menemani. Sementara sepupu gue nyusul pakai motor.

Na'as-nya, 20 menit setelah Ambulance meninggalkan RS Duri, mobil ambulance yang ditumpangi Nantulang dan menantunya mengalami kecelakaan. Dari arah berlawanan, ada truk tangki minyak melaju dengan cepat tanpa mempedulikan ambulance sedang melaju juga didepannya. Bukannya memperlambat kecepatan, truk tangki tersebut justru tetap dalam kecepatan tinggi. Seketika terjadi tabrakan (laga kambing).

Tragisnya lagi, Semua penumpang yang ada di dalam ambulance terpental keluar termasuk Nantulang yang terbaring di tempat tidur khusus pasien. Posisi Nantulang gue terlempar sampai ke jalan raya yang mengakibatkan pendarahan di kepala karena terbentur aspal. Terjadi pendarahan yang mengakibatkan nantulang meninggal di tempat.

foto dokpri
foto dokpri

              Mendapat kabar duka ini seluruh keluarga terkejut. Karena dalam WAG keluarga, kami yang bersaudara masih saling mendoakan agar proses pemindahan Nantulang dari Duri ke RS Riau dilancarkan juga agar penyakitnya bisa ditangani dengan baik oleh dokter. Ternyata Tuhan berkehendak lain, belum sampai ke RS Riau, ajal sudah menjemput Nantulang. Sangat sedih dan tragis.

Bahkan, saudara yang mendampingi Nantulang pun mengalami luka-luka yang serius. Mulai dari patah tulang hingga luka berat yang butuh perawatan. Proses evakuasi pun dilakukan dan penyerahan jenazah juga dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter. Tragis!

              Begitulah pengalaman mendalam yang gue alami yang berhubungan dengan mobil ambulance. Untuk anda yang belum merasakan seperti apa orang-orang yang ada di dalam mobil ambulance, sebaiknya berempatilah untuk mengalah jika melihat dan  mendengar suara sirine ambulan disekitarmu. Izinkan mereka melintas. Karena di dalam mobil tersebut ada kecemasan yang terjadi yang berhubungan dengan nyawa. Jika dibalikkan kejadiannya, anda atau sanak saudara anda yang ada di dalam ambulance, apa yang akan anda lakukan?

Semoga kita memiliki empati dan hati nurani.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun