Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Runner, Photo/Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. sejak 2021 menyukai dunia lari di usia setengah abad. target bisa Full Marathon. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Melihat Warung Mbok Yem Di Puncak Gunung Lawu, Warung Tertinggi di Indonesia

18 September 2023   22:15 Diperbarui: 18 September 2023   22:19 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warung Mbok Yem/Foto dokpri

Warung Mbok Yem & Warung disekitarnya, Menjadi Warung Tertinggi di Indonesia

Bagi pendaki yang pernah mendaki ke gunung Lawu, nama Mbok Yem sudah tidak asing lagi. Bahkan, mereka yang belum mendaki gunung Lawu sekali pun punya cita-cita pengen ke warung dan makan di warung Mbok yem. Ditambah lagi embel-embel warung tersebut merupakan warung tertinggi di Indonesia. Gimana nggak bangga bisa makan dan minum di warung dengan ketinggian 3, 150 Mdpl.

Untuk bisa mampir ke Warung Mbok yem memang super ekstra tenaga. Karena keberadaan warung tersebut tidak bisa dilalui dengan kendaraan umum. Bahkan dengan pesawat sekali pun. Kita harus mendaki dengan medan yang sangat menguras tenaga hingga melewati pos 5 dan Pasar Dieng atau lebih sering disebut pasar Setan.

Begitu juga dengan gue. Mendengar nama "Warung Mbok Yem" sudah lama banget. Setiap teman-teman pendaki selesai mendaki gunung Lawu, pasti langsung memamerkan foto-foto ketika makan pecal dan ngopi di depan warung Mbok yem. Hasrat untuk bisa berada di warung tersebut pun muncul. Oneday, kalau mendaki Gunung Lawu, gue akan mampir ke warung tersebut.

Warung Mbok Yem/Foto dokpri
Warung Mbok Yem/Foto dokpri

Setelah terhambat beberapa kali mendaki gunung Lawu, akhirnya Akhir Agustus lalu, keinginan pun terkabulkan. Gue bersama 4 teman mendaki gunung Lawu via jalur Cetho. Gunung Lawu yang digadang-gadang memiliki aroma mistis yang kuat ternyata aman-aman saja saat gue melakukan pendakian. Meski diberi penglihatan dan pendengaran yang lebih peka. Namun saat berada di Gunung Lawu semua berjalan dengan lancer hingga sampai turun ke basecamp dan pulang ke rumah.

              Waktu mendaki Lawu, gue dan teman-teman mendirikan tenda di pos 5 Maksud hati mau ngecamp di Menjangan gagal total karena beberapa teman tidak sanggup melanjutkan pendakian hingga Menjangan. Pos 5 sudah paling bener mendirikan tenda. Karena mereka tiba di pos 5 saja sudah malam. Ya, tepatnya jam 8 malam dengan energi yang mulai lunglai.

Keesokan paginya, kami melanjutkan pendakian hingga puncak. Kami melintasi semua jalur sampai Pasar Dieng  kemudian ketemu lah dengan deretan warung-warung yang diantaranya adalah Warung Mbok Yem. Selama ini gue berfikir kalau di puncak Lawu itu hanya ada warung Mbok Yem. Ternyata keliru. Selain Mbok Wakiyem alias Mbok Yem, diistu ada beberapa warung yang juga menjual aneka jenis makanan yang sama. Mulai dari Nasi Pecel, Soto, gorengan hingga minuman Kopi, teh atau wedang. Jenis makanan dan minuman yang sama. Hanya penjualnya yang berbeda.

Warung Mbok Yem/Dokpri
Warung Mbok Yem/Dokpri

Warung-warung yang ada disekitar Warung Mbok Yem justru yang menolong perut kami yang sudah kelaparan. Berhubung antrian pendaki yang hendak makan cukup panjang di warung Mbok Yem, kami memilih alternative lain mencari makan di warung yang ada di sebelah Mbok Yem. Tampak lengah dan kami pun langsung di layani. Perut kenyang dan staminan kembali terisi.

Warung Mbok Yem memang fenomenal. Karena menjadi pelopor penjual makanan di gunung Lawu. Tidak tanggung-tanggung keberadaan warung tersebut hampir berada di puncak Lawu. Hanya 15 hingga 20 menit lagi pendaki sudah yiba di puncak Lawu. Tidak heran kalau banyak pendaki berkunjung ke Warung Mbok Yem ketika hendak muncak atau setelah muncak. Kalau mendirikan tenda disekitaran warung Mbok Yem, berarti staminan mereka tergolong kuat karena mampu mendaki hingga mendekati puncak.

temon, monyet mbok Yem/dokpri
temon, monyet mbok Yem/dokpri

Fakta Tentang Mbok Yem

  • Seperti banyak diberitakan, Mbok Yem hanya turun gunung setahun sekali. Tepatnya menjelang Lebaran. Selebihnya, Mbok Yem beserta anak atau kerabatnya memilih tinggal di Warung tersebut.

  • Warung Mbok Yem beserta warung-warung lainnya yang ada di Argo Dalem mendapat penerangan tenaga listri dari Panel Surya. Panel Surya bekerja dengan cara menangkap sinar matahari lalu mengubahnya menjadi energi listrik. Tidak heran, ketika masuk ke warung Mbok Yem, disana tersedia Rice cooker, tv, kulkas serta benda-benda yang berhubungan dengan listrik.

  • Di depan warung Mbok Yem ada seekor Monyet. Namanya Temon. Usianya pun sepertinya sudah tergolong tua. Hanya saja, Temon sering mengganggu dan diganggu para pendaki yang melintas atau yang ingin ke warung Mbk Yem. Temon akhirnya beraksi dengan mengambil barang milik pendaki yang mendekat. Terkadang juga ada yang kena serangan Temon. Tidak heran kalau, anak atau kerabat Mbok Yem selalu mewanti-wanti pendaki agar tidak mendekati Temon. Termasuk anak kecil yang mencoba ingin bermain dengan Temon langsung di tegur. "Jangan mendekat! Jangan mendekat! Kalau terjadi apa-apa bukan tanggung jawab kami."

  • Temon tergolong agresif bagi orang baru. Atau juga karena Temon tidak leluasa bergerak. Untaian rantai melilit perutnya pun cukup menyiksa bagi hewan yang tergolong liar, rantai pendek membuat pergerakannya terbatas. Secara pribadi, gue kasihan sama Temon. Karena dia bukan jenis hewan piaraan melainkan hewan liar yang layak untuk bebas.

  •  Usia Mbok Yem sudah diangka 60-an. Mungkin sekitar 65 tahunan. Usia yang tergolong senja. Namun, belia masih tetap kuat dan aktif melayani permintaan pendaki yang tidak pernah sepi di warungnya. Tapi, banyak yang bilang Mbok Yem agak Judes alias cerewet. Ya, mungkin cerewetnya ibu-ibu terhadap anaknya, ya

 

             


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun