Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Runner, Photo/Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. sejak 2021 menyukai dunia lari di usia setengah abad. target bisa Full Marathon. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Akhirnya Kesampaian Mendaki Gunung Lawu via Cetho. Ternyata Tidak Seseram yang Dibayangkan

8 September 2023   20:28 Diperbarui: 8 September 2023   20:37 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
air mancur sebelum pos 1?foto dokpri

Mulai dari pos 1 hingga pos 3, kami masih bersama-sama. Gue sering menunggu ketika mereka keteteran. Tapi, memasuki pos 4, mereka menyuruh gue duluan k epos 5 agar bisa mencari tempat untuk mendirikan tenda. Meski, di setiap pos dari Pos 4 gue selalu menunggu mereka tiba di pos tersebut. Namun, mungkin terlalu lama menunggu sampai akhirnya badan menggigil. Kenapa menggigil, karena gue menunggu di luar sementara tenda ada di carrier mereka.

pos 2/ foto dokpri
pos 2/ foto dokpri

Gue melanjutkan   sampai sabana mendekati pos 5. Lagi-lagi mereka belum juga muncul. Cukup lama menunggu sementara udara semakin dingin dan badan semakin menggigil. Mengganti baju yaayangkan, gue ng basah juga jaket tipis ke jaket tebal. Karena angin dan udara cukup dingin menjelang sore hari.

 2 jam menunggu akhirnya mereka tiba di pos 5 pukul 8 malam.  Udara yang dingin membuat kami langsung pasang tenda. Kemudian menyalakan kompor dan memasak mie rebus. Malam itu perut cukup kenyang dengan asupan mie rebus seadannya, tapi nikmatnya luar biasa. Selesai makan, ngobrol dikit sambil merokok kemudian tidur. Benar-benar nggak ada waktu berbasa basi lagi untuk ngobrol karena kami sama-sama kelelahan. Tidur adalah solusi terbaik untuk menghilangkan segala kelelahan. Apalagi besok pagi kami akan melanjutkan pendakian menuju puncak Lawu.


Tunggu cerita selanjutnya ya...  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun