"Horor? Tentang apa horornya?" dia mulai penasaran.
       "Sebenarnya ini kisah nyata,sih. Pengalaman waktu liburan ke Bromo bersama teman-teman. Penginapan yang kami tempati ternyata angker."
       "Apa? Kisah nyata? Wah, seru, nih. Boleh lae kirim sinopsisnya."
       "Oke. Nanti kalo sudah nyampe rumah aku kirim,lae."
Nyampe rumah, gue langsung cari file sinopsis horor tersebut. Sempat bingung juga disimpan dimana. Karena, kisah tersebut sudah lumayan lama gue alami sampai lupa memberi nama filenya apa. Akhirnya naskahnya ketemu dengan judul "Losmen Angker dibawah Kaki gunung Bromo".
File langsung  dikirim dalam bentuk sinopsis panjang dan pendek. Beberapa hari kemudian Lae Agus menelpon. "Lae, kayaknya ceritanya bagus,nih. Bisa dibuat Plot-nya, lae?"
Jujurly, gue sempat kaget juga. Ini serius? Soalnya gue belum pernah menulis skenario untuk film layar lebar. "Ini kesempatan emas untuk lae. Ayo, kita coba."
       Karena di kasih kesempatan dan di support dengan baik, gue pun bersemangat untuk mengerjakannya. Kembali mengingat-ingat alur cerita yang gue alami bersama teman-teman. Kemudian, di pertemuan berikutnya, gue dan Lae Agus bertemu kembali. Kali ini dalam bentuk penandatanganan kontrak kerjasama serta pembayaran fee untuk menulis naskah.
Next Chapter : Lika-Liku dalam proses Pengerjaan Naskah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H