Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Photographer, Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Lika-Liku Mencari Kuliner Mangut Lele Mbah Marto di Jogja

17 Januari 2023   10:00 Diperbarui: 17 Januari 2023   19:15 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lele Diasapi Foto Dokpri

Jauh sebelum berangkat ke Yogyakarta, nama Mangut Lele Mbah Marto sudah masuk ke dalam daftar list kuliner yang wajib untuk dicicipi. Meski gue bukan pecinta Lele tapi, demi teman-teman, apa pun akan kami jabani bersama termasuk makan Mangut Lele Mbah Marto. Dan Mangut Lele masuk ke daftar list di urutan terdepan.

Hari kedua di kota Yogyakarta, gue dan teman-teman menuju Pantai Parangtritis, Pasir Gumuk dan kemudian kuliner ke Mangut Lele Mbah Marto. Meski Parangtritis sudah beberapa kali gue kunjungi tapi yang namanya traveling, once is never enough. Sekaligus ke Mangut Lele yang rutenya masih satu arah. Dari penginapan kami sengaja berangkat pagi hari ke Pantai Parangtritis agar tidak terlalu terik mataharinya. Juga, saat jam makan siang perut sudah lapar-laparnya biar bisa langsung diisi dengan Mangut Lele dan pasukannya yang lain.

Lele/foto dokpri
Lele/foto dokpri

Usai menikmati pantai dan bermain Gumuk pasir, langsung deh kami tancap gas mencari lokasi warung Mbah Marto. Mengandalkan google map kami mengideri seputaran kawasan Parangtritis. Awalnya tidak ada yang aneh karena si Google voice bener-bener mengarahkan mobil yang dikemudi sesuai jalur map yang tertera. Tapi, setelah keluar masuk perkampungan, rasa curiga mulai muncul. 

"Masak iya sih, lokasinya masuk perkampungan begini?" Tanya gue penasaran. Ya, 11 12 dengan teman-teman yang lain juga sama-sama ragu dan tidak tahu keaslian lokasinya. Apalagi ketika google voice menyatakan lokasi yang kami tuju sudah sampai. Kami semakin kaget. Kok warungnya seperti ini? Beda dengan di gambar dan video yang bertaburan di sosmed.

Meski ada tulisan Mangut Lele Mbah Marto Asli. Tapi, lagi-lagi kami membandingkannya dengan foto-foto yang ada di sosmed. "Kayaknya bukan yang ini,deh." Ujar teman meragukan. Karena, penasaran, gue turun dari mobil dan langsung menanyakan pada seorang pria paruh baya yang memang sejak tadi sudah memandu kami untuk masuk ke warungnya. Tapi, lagi-lagi kami ragu dan akhirnya kami mengurungkan masuk dan kembali mencari pakai google map letak Mangut Lele Mbah Marto yang asli. Ternyata masih ada lokasi yang lain. Kami pun meninggalkan warung tersebut. (Meski diakhir kisah, kami akhirnya tahu kalau pria paruh baya tersebut adalah anak Mbak Marto yang  buka warung Mangut Lele juga.)

Setelah bergerilya kembali mencari lokasi warung yang asli, akhirnya kami menemukan warung tersebut. Memang lokasinya hamper sama dengan warung sebelumnya keluar masuk perkampungan yang jalurnya lumayan kecil. Tapi, kali ini bener-bener warung Mangut Lele Asli.

Setelah mobil diparkirkan, kami melihat dapur terbuka yang dikepuli asap tebal. Ternyata disitu sedang terjadi pengasapan lele yang jumlahnya lumayan banyak. Konon katanya ada sekitar 450 ekor lele yang harus dipanggang dan diasapi setiap harinya. Dan semuanya ludes terjual. "Masuk saja kalau mau memoto atau buat video," ujar pria paruh baya dengan ramahnya. Gue dan teman-teman pun langsung mengabadikannya lewat foto dan video.

Kemudian, kami diarahkan ke warung Mbah Marto yang harus berjalan beberapa meter lagi."Warungnya sebelah sana,"tunjukknya. Kalau sudah tiba dilokasi Mangut Lele Mbah Marto, kita juga harus hati-hati. Jangan salah masuk warung lagi. Karena ternyata disekitaran warung Mbah Marto, masih ada warung Mangut Lele lainnya yang menjual menu yang sama. Dan, lagi-lagi penjual warung tersebut masih ada hubungan kerabat dengan mbah Marto (masih anaknya juga).

 Kami masuk ke rumah berukuran sederhana yang sudah dipenuhi pengunjung yang juga hendak makan siang disitu. Antriannya lumayan ramai. Hampir semua meja terisi pengunjung yang sedang menikmati makanan. Kami digiring menuju dapur lewat pengeras suara. Edan, warung sekecil ini ada pengeras suaranya,lho. Kayak memandu turis yang sedang ikut tour wisata.

menu mangut lele? Foto dokpri
menu mangut lele? Foto dokpri

Memasuki ruangan berukuran sekitar 4 x 4 dengan warna dasar hitam pekat karena kepulan asap tebal yang senandiasa memenuhi dan menempel didinding ruang dapur jadi warna hitam dominan di dapur. Asal ngepul terkadang bikin sesak nafas. Di dapur kecil itu juga sudah ada beberapa pengunjung yang antri memilah milih menu makanan yang berjejer rapi di sudut ruangan.  Setidaknya ada sekitar 6 baskom besar berisi menu makanan yang siap untuk disantap. Ada Mangut Lele, Gudeg, Krecek, Telur dan Tahu Areh, Ayam Opor, Sayur daun singkong dan lain-lain. Semua diletakkan di atas dipan bambu yang lebih mirip lincak.

Melihat menu-menu di depan mata rasanya lapar mata mulai menggoda. Menggoda untuk mencicipi semua. Tapi ingat! Yang lapar bukan mata tapi perut. Keinginan perut dan keinginan mata itu berbeda. Tidak heran kenapa banyak orang sering berlebihan mengambil makanan Karen ayang diikuti lapar mata bukan perut. Sehingga sering makanan tersisa lalu terbuang karena perut sudah tidak mampu menerimanya. Itulah fungsinya mengontrol keingan perut dan kemauan mata.

Di warung ini memang mengusung self servie untuk memilih menu yang hendak kita makan. Jadi kita bebas mau mengambil seberapa banyak makanan yang ingin kita santap. Tapi ingat! Lagi-lagi, jangan lapar mata.

Selesai memilah milih menu, kami kembali ke ruangan yang masih tersisa beberapa meja kosong. Mbak-mbak penjaga warung pun menawarkan minuman apa yang ingin kita minum. Semua melayani dengan ramah dan baik.  Kami pun langsung menyikat habis makanan yang sudah kami pilih. Hmmm, bener-bener luar biasa nikmatnya!

Hanya hitungan beberapa menit lauk di atas piring langsung ludes. Antara lapar dan nikmat berkolaborasi untuk menuntaskan isi piring. Perut pun langsung kenyang. Mangut Lele Mbah Marto benar-bener pas dilidah. Pedasnya dapat, asinnya dapat, gurihnya dapat pokoknya paket komplit. Untuk satu porsi menu yang dipilih dibandrol sekitar 25 ribuan saja. Minuman dingin dan panas sekitar 5000-an. Ya, Worth it lah untuk menu nikmat itu.


Jadi, kulinet Lele Mangut Mbah Marto dinyakatan sukses mengenyangkan perut kami. Sampai jupa cerita kuliner lainnya di Jogja! Anyway, Yogyakarta atau Jogja, sih? Kok gue lebih suka nyebut Jogja ya? Kalau kamu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun