Sehari sebelum gempa terjadi, aku dan teman-teman baru saja turun dari gunung Gede jalur Putri yang berlokasi di Cianjur. Beberapa ruas jalan yang sempat aku lewati mengalami rusak akibat gempa.
Di area Gunung gede jalur Putri juga banyak tanah yang retak. Bahkan gapura di pos 1 yang menjadi iconic di jalur Putri runtuh akibat guncangan gempa tersebut.
Sekelita aku melihat foto-foto dan video saat aku sedang berada di gapura tersebut. Sedih! Karena gapura tersebut kini hanya tinggal kenangan.
Kalau Pun dibangun kembali, wujudnya pasti tidak sama persis dengan wujud sebelumnya.  Bahkan, retakan tanah di puncak Gunung gede sempat terekam pendaki yang sedang berada di puncak Gunung Gede saat gempa terjadi. Â
Sejujurnya, ketika sedang mendaki Gunung Gede (17 November), cuaca memang sedang tidak bersahabat. Selama 2 malam nge-camp di Alun-Alun Suryakencana, kami menghadapi badai hujan dan badai angin yang super duper kencangnya. Dari pagi hingga malam hujan tidak berhenti. Bahkan tenda kami nyaris rubuh dihantam angin badai yang maha dahsyat.
Sempat terpikir dalam benakku, seandainya terjadi gempa ketika kami sedang berada di Gunung gede ini, apa yang akan kami lakukan? Eh, ternyata pikiran itu terwujud. Syukurnya, posisi kami sudah tidak di atas gunung melainkan sudah kembali ke rumah.
Pelajaran hidup yang sangat berharga dari tragedi ini adalah, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan. Sebagai manusia kita hanya bisa pasrah dan berserah pada sang Khaliq.
Dia yang memiliki rencana sedangkan manusia tidak akan pernah tahu rencana apa yang akan terjadi. Hanya dengan Pasra dan doa agar kiranya kita senantiasa diberi perlindungan sang Pencipta.
Oiya, pendakianku ke Gunung gede akan tayang di channel Youtube-ku sore nanti. Seperti itulah kondisi dan keadaan jalur Putri saat mendaki. Hujan dari berangkat hingga turun selalu menemani.