Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Photographer, Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Diary

"Tuhan, Jodohku Dimana?"

19 Oktober 2022   10:49 Diperbarui: 19 Oktober 2022   10:58 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bukan Tidak Mau Menikah, Tapi Jodohku Dimana?"

Kemaren, temanku tiba-tiba menelpon dengan nada kesal. Tumben nih orang nelpon dengan emosi diambang batas kewajaran. Tidak seperti biasa kalau menelpon, dia selalu mengawali dengan suara tawa yang menggelegar dan pecah. Meski diawali hanya dengan tawa tapi geu sudah faham kemana arah obrolan kami kelak. Seperti ada kontak batin atau telepati, gue langsung menjawab dengan tawa yang pecah juga. Kemudian, kami tertawa berjamaah hingga hitungan beberapa detik baru deh obrolan dimulai. Biasanya, kalau diawali dengan tawa pasti berbuntut ke ghiba. Tapi, kali ini beda. Belum ada aba-aba "hello", dia sudah menyambar dengan umpatan demi umpatan.

              "Kak Jill sehat?" Tanya gue bercanda ala-ala Kak Jill yang sempat viral.

              "Gue lagi nggak bercanda, Ver."

              "Kak Jill kenapa?" masih gue jawab dengan candaan.

              "GUE BUKAN KAK JILL!!"

Hmmm, berati bener, dia sedang in the bad mood. Gue langsung mengurungkan candaan. Pasang wajah dan suara serius.

              "Lo kenapa?"

              "Kesal.."

              "Kesal kenapa?

              "ARRRRGGGHHHHH!!!!!!" dia berteriak. Hmm, jangan-jangan lagi period nih betina. Umpat gue dalam hati.

              "Gak perlu teriak-teriak. Gue matiin nih telpon." Ancam gue.

              "Gue kesal, Ver!"

              "Iya, I know. Sebab musababnya apa?"

Lalu, dia bertutur panjang kali lebar tanpa ada satu kata pun gue potong. DIsini gue memposisikan diri gue sebagai pendengar supaya gue faham apa permasalahan yang tengah dihadapinya sehingga sampai emosi jiwa teramat sangat. Jika saatnya diminta berkomentar gue baru berbicara.

Intinya dia kesal karena masih ditanya,"Kapan nikah? Keburu tua lo. Ntar susah dapat anak"

"Boro-boro mikirin anak,Ver. Mikirin jodoh gue saja gue sudah pusing kok malah ngancam susah dapat anak." Umpat teman gue kesal.

Menurut teman gue, ini sudah kesekian ribu kalinya ditanya soal kapan menikah. Sementara, dia tuh bukan tidak mau menikah tapi jodohnya yang belum nongol. Sejujurnya, bagi mereka yang belum menikah, pertanyaan itu sangat menyakitkan. Apa pun gendernya, jika ditanya,"Kenapa lo belum menikah?" itu sama dengan elo menelanjangi mereka di depan umum. Seharusnya, mulut di rem dikit jika melihat perempuan atau laki-laki yang usianya sudah cukup mature tapi masih bujangan atau single. Atau hapus dalam daftar question list elo setiap bertemu dengan orang single. Yakin lah, di lubuk hati yang paling dalam, keinginan untuk menikah itu pasti ada. Bahkan menjadi BIG DREAM mereka. Hanya saja, ada alasan atau penyebab kenapa keinginan tersebut masih belum terwujud.

"Dari usia 20 tahun gue sudah pengen banget menikah,Ver. Tapi sampe usia gue sudah memasuki angka 40 lebih, gue nggak tau jodoh gue kemana dan dimana. Kesannya gue kayak nggak laku ya,Ver" Kata teman dengan suara lirih.

"Gue tidak pernah jual mahal. Gue tidak pernah mematok kriteria calon suami harus A, B,C,D dll.. yang penting seiman saja. Biar proses menikahnya nggak ribet." Lanjutnya.

Gue faham betul, dari awal berteman sampe sekarang gue tau kalo teman gue itu sangat mendambakan pasangan hidup.  Dan, jujur, teman gue ini juga secara fisik masih baik-baik saja. Tidak ada yang underrated. Secara finansial dia oke banget. penghasilannya cukup baik dengan posisi jabatan yang juga baik. Dia tidak sombong dengan pencapaiannya. Justru gue akui dia sangat humble dan ramah pada siapa saja. Makanya gue juga bingung kenapa jodohnya jauh?

Dia dulu sering berhayal kalau menikah dan punya anak kelak, dia pengen punya rumah yang minimalis. Nggak perlu besar tapi hommy dengan halaman nan luas agar anak-anaknya bisa bermain di halaman. Dia juga berkhayal kalau sudah menikah tidak mau tinggal di Jakarta. Tidak baik untuk mental anak-anaknya. Tinggal di kota kecil menajdi impiannya.

Tapi sayang, hingga kini dia masih single dan tinggal di Jakarta. Nggak tau, apakah dia masih masih menunggu jodohnya datang meski usianya terus bertambah.

"Sebenarnya, untuk usia gue yang sekarang ini, gue sudah desperated akan jodoh gue. Gue tidak tahu, dimana Tuhan menyembunyikan Jodohku. Atau jangan-jangan Tuhan tidak menyediakan jodoh untukku,Ver?" Isaknya.

Terkesan simple, tapi sangat memilukan, bukan?

Sebenarnya banyak orang yang mengalami kisah yang sama dengan teman gue di atas. Bahkan, hingga saat ini, banyak banget teman-teman gue yang masih single. Ada yang memang memutuskan tidak mau menikah karena berkali-kali mengalami patah hati sehingga tidak percaya akan relationship. Tapi banyak juga yang masih fighting untuk menemukan jodohnya. Bahkan, ada juga yang berada diambang putus asa akan jodoh sehingga mereka mencoret wish list "MARRIED" dalam daftar kehidupannya. Mereka memilih menikmati hidup dengan kesendirian but happy. Tidak heran kalau ada slogan "I'm Single but I'm Happy." . Meski gue tahu, sebenarnyadi lubuk hati mereka yang paling dalam masih tetap ada dambaan kehadiran pasangan hidup.

Hidup ini memang sebuah teka teki yang sulit dipecahkan. Karena kunci jawabannya ada di tangan Sang Pencipta. Terbukti, gue punya teman yang usianya sudah tembus angka 50 tahun. Sempat putus asa dengan jodohnya. Bahkan, pasrah dengan status single-nya.  Eh, justru di usia tersebut dia menemukan jodohnya. Ya, di saat sudah tidak mengharapkan apa-apa tentang jodoh, Tuhan justru memberikan jodoh yang terbaik untuknya.  

Apakah teman-teman yang lain juga harus seperti itu? Harus pasrah dan berserah sampai akhirnya nanti Tuhan memberikan yang terbaik? We don't know.

Yang pasti, Rencanamu bukan rencanaNya.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun