Akhirnya, dia mengurus BPJS dibantu kakaknya. Kemudian dengan rujukan BPJS, dia dianjurkan berobat ke RS Bandung. Rasanya lega banget ketika dia berkirim WA sudah dirawat di RS Hasan Sadikin Bandung. Thanks God! Pikirku, dengan dirawat di RS secara otomatis kondisi kesehatannya dipantau dengan intensif oleh tim medis. Dan ternyata selama ini dugaan kalau dia sakit Maag keliru. Justru dia mengalami sakit paru-paru setelah mendapat hasil cek laboraturium. Wah, ini butuh perawatan intensif selama 6 bulan minum obat tanpa henti. Atau mungkin dia menderita dua penyakit maag dan paru-paru. Entah lah.
        "Aku sudah boleh pulang,Bang." Kata Asep disambut gembira olehku. "Kata dokter bisa rawat jalan selama obat masih ada. Kalau obat habis tinggal beli di apotik." Katanya lagi. Meski dianjurkan pulang, aku sempat menyarankan agar dia tetap tinggal di Bandung, dirumah kakaknya supaya kalau ada apa-apa tidak susah dibawa kembali ke RS-nya. Tapi, dia kekeh mau pulang ke Tasik. Oiya, di Tasik hanya ada Ayah dan kakaknya. Ibunya sudah lama meninggal.
Karena kesibukan yang juga padat, komunikasi pun tidak begitu intens. Hanya sesekali bertanya kabar. Sampai akhirnya, di akhir bulan Desember 2021, aku kembali menanyakan kondisi kesehatan Asep. Dia memberi kabar yang kurang enak. "Kayaknya sakitku kumat lagi,bang. Sesak nafas dan nafsu makan berkurang."
Sempat bikin shock juga. Kenapa bisa kambuh? Apakah dia kurang menjaga pola hidup atau abai dengan obat-obatan. "Disini susah bang. Mau makan saja susah. Nggak ada yang masakin. Rumah kakak saya jauh. Jadi, makan seadannya saja."
        "Waduh, itu bukan solusi, Sep. Selama proses penyembuhan kamu harus makan yang bergizi. Karena tubuhmu butuh asupan gizi dan vitamin yang banyak agar imun tubuhmu bertumbuyh dengan baik." Â
        "Aku harus ke Bandung lagi,Bang. Mau berobat ke RS lagi."
Hmm, sebenarnya dari awal aku sudah menyarankan agar dia tinggal di Bandung supaya mudah di kontrol kalau terjadi apa-apa. Apalagi di Bandung dia punya kakak yang mungkin lebih siap merawatnya. Sementara di tasik dia nyaris tidak ada yang merawat. Mengandalakn belas kasihan kakaknya yang juga jauh dari rumah orangtuanya. Sedangkan ayahnya juga sudah tua dan sakit-sakitan. Miris memang.
Setelah itu, aku pun disibukkan kembali dengan kegiatan akhir tahun juga awal tahun 2022 yang sudah ter skejul. Tapi, disela-sela kesibukanku di awal tahun, aku sempat berkirim pesan via WA ke Asep.
        "Gimana kondisi kesehatan,Sep?"
Hanya centang satu yang artinya tidak dibaca. Aku pikir dia masih dalam perawatan sehingga tidak sempat buka WA. Hingga minggu kedua dibulan Janurai 2022, aku kembali mengirim pesan singkat.
        "Sep, sudah sehat?"