Banyak orang yang berstatus single beranggapan, dengan menikah maka semua pertanyaan "kapan dan kapan" itu akan kelar alias selesai. Anda keliru darling! Pertanyaan itu akan selalu ada dan terus menghantui kehidupan anda meski anda sudah menikah. Trust me!
Setelah mengupas tentang status single, lanjang, jomblo atau belum menikah, sekarang saya mau mengupas tentang status Married atau menikah.
Dibaca ya....
Biasanya, seseorang memutuskan untuk melepas masa lajangnya lalu melangkah ke jenjang pernikahan tentu ada sebabnya. Baiklah, saya akan menjabarkan sebab musababnya versi saya. Saya yang bukan pakar pernikahan, melainkan berdasarkan penglaman saya, pengalaman kerabat juga teman-teman dilingkungan terdekat saya. Sebab-sebabnya adalah;
1. Yakin Dengan Pilihan
Karena sudah cukup yakin dengan pilihannya, biasanya si Single alias si Lajang mulai berpikir kearah hubungan yang lebih serius. Apalagi mereka sudah pacaran (masa pengenalan) selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Mereka pun semakin mantap untuk melangkah ke kenjang pernikahan. Biasanya pasangan ini akan terlihat lebih Bahagia dengan pernikahannya. Karena hubungan mereka benar-benar dilandasi rasa cinta dan sayang serta bumbu-bumbu lainnya.
Biasanya, perempuan yang sudah menginjak usia 25 tahun, pertanyaan,"kapan menikah" sudah mulai begaung-gaung layaknya sirine ambulance. Melewati usia 20-an dan memasuki gerbang angka 30-an, suara sirine dengan bunyia,"Kapan menikah" semakin kencang. Kadang-kadang bikin pusing kepala. Ditambah lagi kalau di usia segitu kamu masih belum juga memiliki pacar. Sampai minta di combalingin pun rela asal ada laki-laki yang mau pacarana trus menikah dengan kamu.Â
Tapi, apes, si jodoh masih ngumpet saja. Akhirnya, ketimbang dibombardir, Ketika ada cowok yang mendekati serasa mendapat durian runtuh. Ajakan menikah pun disambut dengan lapang dada. Bahkan kamu yang ngotot minta dinikahi. Urusan belum mengenal karakter pasangan itu urusan nanti deh. Kan banyak pengantin berujar," kita pacarannya nanti setelah menikah saja..." Yakin dengan prinsip itu? Lha, orang yang sudah pacarana lama lalu menikah saja masih sulit mengenal karakter pasangannya. Hingga akhirnya cerai berai.
Begitu juga dengan lelaki, biasanya akan mulai berkeinginan menikah Ketika mereka sudah memasuki usia 30 tahun. Sudah memiliki pekerjaan tetap juga sudah memiliki penghasilan sendiri. Tapi, ada juga yang sudah usia 30 tahun bahkan lebih tapi masih asyik dengan kesendiriannya, sampai akhirnya desakan orangtua untuk menikah pun mulai mengganggu hidupnya. Dengan menikah, mereka beranggapan pertanyaan-pertanyaan itu akan selesai.
3. Dijodohkan
Ada juga yang menikah bukan karena usia, pekerjaan dan juga desakan melainkan karena sudah dijodohkan. Meski bukan era Siti Nurbaya lagi, namun, perjodohan masih menjadi salah satu alternatif menentukan pasangan anda. Tidak ingin mengecewakan orangtua, akhirnya perjodohan diterima meski hati belum sepenuhnya menyukai calon pasangannya. Pernikahan pasangan yang dijodohkan juga tentu memiliki plus minus dalam menjalani biduk rumah tangga. Kadang bisa berjalan dengan harmonis, kadang bisa juga terjadi "peperangan" kata-kata akibat kurangnya saling mengenal pasangan.
4. Menutupi Aib
Ada juga orang mau menikah demi menutupi aib. Bisa karena aib "kecelakaan" alias MBA, aib keluarga atau aib diri sendiri. Misalkan Anda sebenarnya tidak kepingin menikah karena tidak tertarik dengan pasangan hidup anda. Tapi, untuk menutupi aib tersebut, Anda rela menikah agar terhindar dari praduga-praduga miring yang akan menghantui hari-hari anda. Menikah dengan cara ini sih sah-sah saja, asal anda juga bertanggung jawab dengan keputusan anda. Karena sesungguhnya, pernikahan bukan menjadi jaminan hidup anda Bahagia. Banyak di kasus ini, rela menikah meski tidak Bahagia. Alias fake happiness.
Apa pun tujuan dan caranya anda memasuki jenjang pernikahan, tidak menjamin hidup anda akan berubah menjadi Bahagia. Karena, sesungguhnya warna-warni kehidupan Anda akan semakin penuh warna setelah memasuki pintu gerbang pernikahan. Mungkin bagi yang sudah menikah tahu lah apa itu warna warninya pernikahan. Bayangi saja, dua sifat dan karakter yang berbeda tinggal di satu rumah setiap hari. Tentu harus ada toleransi dan mengurangi ego masing-masing. Saya saja yang sudah menikah lebih dari 10 tahun masih saja menemukan kerikil-kerikil yang bikin tensi naik. Tapi, sekali lagi, menikah itu bukan menyatukan dua sifat yang berbeda melainkan beradaptasi dengan sifat dan karakter pasangan yang berbeda dengan kita.
Trus, setelah menikah, pertanyaan yang akan muncul adalah," Kapan punya anak?"
Nah, lo... ada lagi kan pertanyaannya?
Oke lah, bagian ketiga, dari trilogy kisah ini akan membahas soal perceraian alias Divorced. Banyak kisah menarik tentang perceraian yang pernah dialami teman-teman dekat saya. Tunggu ya, next part of this story.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H