"Usia gue sudah nggak muda lagi. Mana mungkin gue sok jual mahal soal jodoh. Tapi, gue juga nggak mau bego asal mau menikah dengan pria yang nggak jelas jati dirinya. Menikah hanya gara-gara status gue berubah dari single menjadi married. Â No way! Gue nggak mau menikah gara-gara desakan orang lain. Gue mau menikah karena gue yakin dan cinta sama pasangan gue." kata Mawar lagi.
Teman saya yang lain juga berkisah soal status lajangnya. Dia mengakui kalau belum menikah gara-gara keasyikan mengejar karir sampai-sampai dia lupa kalau usianya sudah almost expired (alias tidak muda lagi). Selesai meraih sarjana S2 di usia 27 tahun, langsung dapat pekerjaan yang menjanjikan. Kemudian, dua tahun kemudian pindah kerja di perusahaan asing dengan gaji yang lebih menggiurkan lagi. Hingga tahun-tahun berikutnya, sampai akhirnya jabatan yang dia duduki saat ini sangat empuk. Manager di sebuah perusahaan asing dengan gaji mata uang asing juga. Wajah cantik, jabatan oke, duit banyak  namun, jodoh masih belum kelihatan keberadaannya.
"Jujur, gue ambisius dengan karir gue. Menurut gue, ngapain gue sekolah tinggi-tinggi sampai S2 kalau ujung-ujungnya harus menikah dan harus mendekam dirumah stay at home sebagai ibu RT. Apakabar jerih payah gue mengejar S2 selama ini?" cerita Aline (masih nama palsu).
"Tapi, Ketika karir  gue sedang bagus-bagusnya, gue baru tersadar kalau suai gue sudah masuk di angka 43 tahun.Gila, time flies so fast. Gue baru tersadar karena desakan orangtua untuk segera menikah." Lanjutnya. "Sangkin seriusnya dengan pekerjaan, gue sampe lupa pacaran,lho. Padahal dulu ada yang naksir gue tapi gue cuekin aja." lanjutnya.
Ada juga teman gue, sebut saja Bambang (nama palsu), masih menyandang status lanajng meski suianya sudah tembus ke usia emas. Sampai sekarang saya masih nggak tahu alasan dia belum menikah apa. Karir cemerlang, rumah dan mobil punya. Tampang oke, cewek juga punya. Bahkan sering gonta ganti pacar. Tapi, kenapa masih belum mau juga mengikat janji ke tingkat yang lebih serius?
"Ntar aja, Bro. gue masih menikmati kesendirian gue. Lagian, gue single tidak menyusahkan siapa-siapa juga kan? Santai saja." Jawabnya santai seperti dia menikmatyi hidup dengan santainya.
Sementara teman saya, Jono, memilih belum menikah karena status sosialnya yang belum tentu ada cewek yang mau menikah dengannya. USianya memang sudah 40 something, wajahnya pas-pasan, jobless dan juga masih belum memiliki apa-apa. Sangkin menderitanya dengan nasibnya, dia sering menyalahkan Tuhan memberi cobaan hidup yang begitu berat untunya.
"Gimana gue mau menikah, untuk menafkahi diri gue sendiri saja gue harus pontang panting. Apalagi kalau ada istri dan anak. Waduh, gue nggak mau membuat anak orang menderita dengan kehidupan gue. Cukuplah gue saja yang menderita." Tutur Jono.
Keinginan untuk menikah sudah sangat lama di mimpi-mimpikan Jono, tapi, setiap kali mendekati cewek, hal yang pertama sering ditanya,"kerja dimana?" Ketika gue jujur bilang masih kerja serabutan alias jobless, eh, mereka langsung menjauh sejauh-jauhnya. Akses gue menghubungi mereka langsung di putus. Kesannya gue itu nista banget." Kisah Jono lagi.
So, buat kalian yang masih resah dengan status teman atau kerabatmu yang masih single, please, don't judge a book by its cover. Jangan lihat dari luarnya saja kenapa mereka masih betah menjoblo. Tentu mereka punya asalan tersendiri atau juga pergumulan tersendiri dengan status mereka.Â