Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Runner, Photo/Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. sejak 2021 menyukai dunia lari di usia setengah abad. target bisa Full Marathon. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Single, Married & Divorced (Part 1)

22 Februari 2021   11:20 Diperbarui: 22 Februari 2021   12:56 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tulisan ini, saya akan berbagi kisah tentang ketiga status di atas, Single, Married & Divorced. Mungkin saya akan buat menjadi tiga bagian (3 part) agar kisahnya tidak terlalu tipis-tipis mengupasnya. Pada bagian pertama (part 1), saya akan mengupas tentang status single alias melajang alias belum menikah. 

Selamat membaca...

Status hidup seseorang yang masih single, Menikah atau bercerai tentu ada disekitar kita bahkan pada orang-orang terdekat kita. Saya yakin, anda atau mereka memiliki teman, kerabat atau kolega yang menyandang salah satu dari tiga status di atas. Sama halnya seperti saya. Saya memiliki sahabat-sahabat dekat yang memiliki status seperti di atas.  Masih single alias belum menikah meski usia mereka sudah bukan di angka "warning" lagi melainkan sudah memasuki angka menjelang expired untuk ditanyai kapan menikah.

Mungkin orangtua atau kerabat mereka sudah jenuh menanyakan "Kapan menikah?" bahkan mereka juga sudah mau muntah mendapat pertanyaan-pertanyaan yang itu dan itu lagi setiap tahunnya. Sama halnya seperti menonton film Warkop DKI di TV yang setiap Lebaran selalu diputar ulang dari tahun ke tahun. Bosan, kan?

Seperti saya, meski saya tahu mereka belum menikah diusia yang sudah memasuki pertengahan angka 30 hingga pertengahan usia 40 bahkan ada juga yang sudah bertengger di usia emas alias 50 tahun, tapi, status mereka masih tetap single. Bagi saya, tentu ada alasan tersendiri atau juga ada pergumulan yang teramat berat yang mereka alami, rasakan hingga perjuangan di status single mereka. Bahkan mereka pasti pernah memohon pada Sang Pemberi Jodoh agar dimudahkan jodoh mereka. 

Tapi, penantian dan pencarian mereka masih belum membuahkan hasil, hingga akhirnya mereka masih belum juga memiliki pasangan hidup. Kita tidak perlu menambah beban mereka dengan pertanyaan-pertanyaan basi yang semakin membuat mereka tidak nyaman.

Sebagai sahabat, status menikah,sudah menikah atau bahkan bercerai itu tidak menjadi prioritas. Sejauh dia, sebagai sahabat sangat baik, bermanfaat juga menjadi part of your best friends, kenapa harus dipusingkan dengan status legalitas?  Apakah dengan tidak menikah membuat anda resah dan gelisah? Apakah kehidupannya menjadi bagian dari tanggung jawab anda? Tentu tidak, bukan?

Terkadang, tanpa kita tanya, biasanya mereka juga akan curhat akan keresahan akan status mereka yang masih single. Kebanyakan sih mereka lebih memikirkan orang-orang sekitarnya. Misal orangtua dan saudara yang sering diserbu pertanyaan dari tetangga atau kerabat orangtua. Misal,"eh, anak lu, si Anu sudah menikah belum? Usianya kan sudah matang? Hati-hati jangan sampai nggak laku lho."

Orangtua mana yang hatinya tidak teriris-iris yang setiap kali menghadiri acara kumpul-kumoul dengan kerabat mereka selalu mendapat serangan fajar pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Oleh sebab itu, kenapa orangtuanya juga bertanya Kembali kepadanya soal status kesendiriannya.

"Sebenarnya gue tidak terlalu merisaukan status gue yang masih single. Emang lu pikir gue nggak capek minta dicomblangi? Buktinya, sampe sekarang tetap saja jodoh gue belum ketemu," ujar Mawar (nama palsu) tentang statusnya  yang masih single meski usianya sudah memasuki angka 40 something. "Yang gue pikirin bokap nyokap gue. Mereka sering dinyinyirin teman-teman mereka gara-gara status gue belum menikah. Padahal, gue single atau merit mereka nggak gue rugikan, lho." Tambahnya.

"Usia gue sudah nggak muda lagi. Mana mungkin gue sok jual mahal soal jodoh. Tapi, gue juga nggak mau bego asal mau menikah dengan pria yang nggak jelas jati dirinya. Menikah hanya gara-gara status gue berubah dari single menjadi married.  No way! Gue nggak mau menikah gara-gara desakan orang lain. Gue mau menikah karena gue yakin dan cinta sama pasangan gue." kata Mawar lagi.

foto:dokpri
foto:dokpri

Teman saya yang lain juga berkisah soal status lajangnya. Dia mengakui kalau belum menikah gara-gara keasyikan mengejar karir sampai-sampai dia lupa kalau usianya sudah almost expired (alias tidak muda lagi). Selesai meraih sarjana S2 di usia 27 tahun, langsung dapat pekerjaan yang menjanjikan. Kemudian, dua tahun kemudian pindah kerja di perusahaan asing dengan gaji yang lebih menggiurkan lagi. Hingga tahun-tahun berikutnya, sampai akhirnya jabatan yang dia duduki saat ini sangat empuk. Manager di sebuah perusahaan asing dengan gaji mata uang asing juga. Wajah cantik, jabatan oke, duit banyak  namun, jodoh masih belum kelihatan keberadaannya.

"Jujur, gue ambisius dengan karir gue. Menurut gue, ngapain gue sekolah tinggi-tinggi sampai S2 kalau ujung-ujungnya harus menikah dan harus mendekam dirumah stay at home sebagai ibu RT. Apakabar jerih payah gue mengejar S2 selama ini?" cerita Aline (masih nama palsu).

"Tapi, Ketika karir  gue sedang bagus-bagusnya, gue baru tersadar kalau suai gue sudah masuk di angka 43 tahun.Gila, time flies so fast. Gue baru tersadar karena desakan orangtua untuk segera menikah." Lanjutnya. "Sangkin seriusnya dengan pekerjaan, gue sampe lupa pacaran,lho. Padahal dulu ada yang naksir gue tapi gue cuekin aja." lanjutnya.

Ada juga teman gue, sebut saja Bambang (nama palsu), masih menyandang status lanajng meski suianya sudah tembus ke usia emas. Sampai sekarang saya masih nggak tahu alasan dia belum menikah apa. Karir cemerlang, rumah dan mobil punya. Tampang oke, cewek juga punya. Bahkan sering gonta ganti pacar. Tapi, kenapa masih belum mau juga mengikat janji ke tingkat yang lebih serius?

"Ntar aja, Bro. gue masih menikmati kesendirian gue. Lagian, gue single tidak menyusahkan siapa-siapa juga kan? Santai saja." Jawabnya santai seperti dia menikmatyi hidup dengan santainya.

Sementara teman saya, Jono, memilih belum menikah karena status sosialnya yang belum tentu ada cewek yang mau menikah dengannya. USianya memang sudah 40 something, wajahnya pas-pasan, jobless dan juga masih belum memiliki apa-apa. Sangkin menderitanya dengan nasibnya, dia sering menyalahkan Tuhan memberi cobaan hidup yang begitu berat untunya.

"Gimana gue mau menikah, untuk menafkahi diri gue sendiri saja gue harus pontang panting. Apalagi kalau ada istri dan anak. Waduh, gue nggak mau membuat anak orang menderita dengan kehidupan gue. Cukuplah gue saja yang menderita." Tutur Jono.

Keinginan untuk menikah sudah sangat lama di mimpi-mimpikan Jono, tapi, setiap kali mendekati cewek, hal yang pertama sering ditanya,"kerja dimana?" Ketika gue jujur bilang masih kerja serabutan alias jobless, eh, mereka langsung menjauh sejauh-jauhnya. Akses gue menghubungi mereka langsung di putus. Kesannya gue itu nista banget." Kisah Jono lagi.

So, buat kalian yang masih resah dengan status teman atau kerabatmu yang masih single, please, don't judge a book by its cover. Jangan lihat dari luarnya saja kenapa mereka masih betah menjoblo. Tentu mereka punya asalan tersendiri atau juga pergumulan tersendiri dengan status mereka. 

Sejauh kehadiran mereka sebagai sahabat atau kerabat bermanfaat bagi anda, kenapa anda harus risau dengan status mereka? Kecuali, dengan status single mereka bisa meresahkan warga sekampung. Ya, takut kalau suami anda melirik teman anda yang masih single itu. Nah, itu baru boleh anda resah.

Sampai akhirnya, teman saya yang masih single bersabda," Gue sudah nggak memikirkan soal pernikahan yang penting hidup gue happy dan tidak menyusahkan orang lain. Emang, kalau gue menikah, ada sertifikatnya kalau hidup gue bakal happy?"

Bagaimana dengan cerita Married? Apakah setelah menyandang status menikah pertanyaan itu usai? 

Tungguh cerita selanjutnya ya....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun