Setiap tahun output pendidikan melimpah. Tidak semua output pendidikan melanjutkan atau diterima di perguruann tinggi. Ada sebagian yang langsung bekerja, namun tidak sedikit yang menganggur karena miskin pilihan hidup. Kondisi ini tentu bukan harapan semua pihak.
Salah satu pekerjaan rumah pendidikan nasional adalah membekali peserta didik dengan pola fikir/mindset yang baik. Indikatornya adalah lulusan sekolah memiliki daya adaptasi yang kuat sehingga eksistensinya (dimanapun ia berada)memberi kontribusi dan inspirasi bagi kehidupan yang lebih baik. Daya adaptasi merupakan kata kunci seseorang berada di permukaan sebagaimana pernyataan Darwin ; It is not the strongest of the species that survives, nor the most intelligent. It is the one that is the most adaptable to change”.
Untuk mengembangkan mindset peserta didik yang baik perlu didesain pembelajaran yang menggugah daya nalar siswa dan keluar dari tradisi pembelajaran yang sekedar teaching to test sebagaimana rutinitas yang sejauh ini banyak dipraktikkan. Pembelajaran juga tidak sebatas siklus perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk memenuhi standar kompetensi minimal yang ditetapkan namun juga harus menanamkan daya berfikir kritis agar internalisasi pengetahuan tidak sekedar sebagai pisau bedah menyelesaikan soal ujian namun juga menyelesaikan persoalan kehidupan.
Jesse Ray Momuat (2013) mengutip buku “The secret Of Mindset”, karya Adi W Gunawan menyebutkan mind-set terdiri dari dua kata : Mind dan set. Kata “mind” berarti “sumber pikiran dan memori; pusat kesadaran yang menghasilkan pikiran, perasaan , ide, dan persepsi, dan menyimpan pengetahuan dan memory”. Kata “Set” berarti ” mendahulukan peningkatan kemampuan dalam suatu kegiatan, keadaan utuh/solid”.Dari etimologi di atas kemudian dijabarkan bahwa; mindset :
1.Kepercayaan-kepercayaan yang mempengaruhi sikap seseorang; sekumpulan kepercayaan atau suatu cara berpikir yang menentukan perilaku dan pandangan, sikap, dan masa depan.
2.Sikap mental tertentu atau watak yang menentukan respons dan pemaknaan seseorang terhadap situasi.
Terminologi di atas menegaskan bahwamindset merupakankepercayaan (belief), atau sekumpulan kepercayaan (set of beliefs), atau cara berfikir yang mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang.
Mindset terdiri atas dua jenis yakni fixed mindset (mindset tetap)dan growth mindset (mindset berkembang). Fixed mindset merupakan pola fikir yang tidak dapat ditingkatkan, merupakan pola fikir negatif dengan karakteristik pesimis, tidak percaya diri, dan puas dengan keadaan yang sekarang. Growth mindset merupakan pola fikir yang dikembangkan melalui praktik dan pelatihan dengan metode yang tepat sehingga terbentuk pola fikir positif seperti optimis, percaya diri, dan keyakinan untuk lebih maju dari pada saat ini.
Dari dua jenis mindset di atas yang diharapkan tentunya growth mindsetdi mana mindset ini terbentuk melalui praktik dan pelatihan yang tepat. Yang menjadi pertanyaan adalah praktik dan pelatihan (pembelajaran) yang seperti apa yang dikatakantepat?. Rahmat Hidayat Nasution (2012) mengilustrasikan sebagai berikut:
“Suatu ketikaada lima professor dari lima benua mengunjungi seorang guru yang bijak, mereka ingin belajar tentang kebajikan dan rahasia hikmat hidup. Ketika bertemu dengan sang guru, kelima Profesor tersebut duduk berhadapan dengan sang guru di sebuah ruang tamu dan para Profesor menyampaikan maksud hati mereka kepada sang guru, dan sang guru mendengarkannya sambil manggut-manggut seiringmenjamu mereka minum teh. Tanpa sepatah katapun yang terucap dari mulutnya sang guru terus saja menuangkan teh itu ke cangkir para professor yang telah penuh, tentu saja air teh itu tumpah dan mengalir kemana-mana. Akhirnya ke lima profesor itu terheran-heran dan berupaya mengingatkan serta mencegah sang guru untuk tidak melakukan pekerjaan yang sia-sia, mubajir dan dianggap bodoh itu. Untuk menanggapi sikap dan tindakan para Profesor itu, akhirnya sang guru berkata : “ Sama seperti Cangkir yang telah penuh dengan air tadi, demikian juga kita tidak dapat menerima sesuatu yang baru jika telah dipenuhi dengan semua yang lama “.
Dari ilustrasi di atas dapat disimpulkan bahwa mengembangkan mindset seseorang dapat ditempuh melalui siklus learn-unlearn-relearn. Belajar dan belajar merupakan sebuah keniscayaan yang harus berlangsung secara kontinyu. Belajar pada fase ke fase berikutnya tentu bukan sekedar mengumpulkan teori hingga berjibun konsep di kepala namun juga ada proses unlearn yakni menghapus konsep lama yang salah dan atau tidak lagi relevan dengan kekinian. Bahkan konsep bentukan baru pun harus dipelajari ulang (relearn) karena mindset membutuhkan dialektika secara kontinyu. Sebagai ilustrasi seseorang yang menguasai dan mahir badminton kemudian akan belajar tenis meja tidak akan sukses jika yang digunakanmindset badminton.