Mohon tunggu...
Barnabas Lilik
Barnabas Lilik Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

konselor keluarga dan coach membangun pemimpin remaja,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Mengikut Yesus?

26 Agustus 2019   17:03 Diperbarui: 25 Juni 2021   05:05 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengapa Mengikut Yesus?

Jika salib Anda dibilang ada jin kafir dan Anda dikatai gila karena mengikuti Yesus; lantas Anda tersinggung dan marah mungkin Anda sedang menderita krisis identitas Kristiani. Pertanyaan penting bagi para pengunjung Gereja saat ini; Mengapa mengikut Yesus? Pertanyaan diagnostik tersebut untuk menjawab apakah umat Kristiani menderita krisis identitas.

Pernahkah Anda mempertanyakan identitas kekristenan pada Anda sendiri?  Atau hanya berputar-putar pada pemikiran, "Mengapa Ia mengizinkan saya untuk melalui pencobaan ini?" atau, "Hidup saya mungkin lebih baik jika saya tidak percaya kepada Kristus." Dan menghitung-hitung, "Apa untungnya menjadi seorang pengikut Kristus?" bisa jadi ini pertanyaan serius untuk Anda, "Mengapa saya harus mengikuti Yesus?" 

Jika pertanyaan itu Anda jawab tegas : Karena Yesus adalah gembala yang baik yang memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya (Yoh. 10:11). Bisa jadi Anda akan dibilang kerasukan setan dan gila karena menjadi pengikut-Nya. Seperti halnya Yesus terlebih dulu dikatai demikian (ayat 20). Saat itu Yesus berbicara kepada audiens yang beragam. Orang-orang Farisi ada di sana, dan para murid juga serius mendengar pengajaran Yesus. 

Baca juga: Kenaikan Yesus, antara Harapan dan Jaminan bagi Manusia

Pernyataan Yesus kembali menghasilkan perpecahan di antara orang Yahudi. Pengajaran Yesus tentang  pria yang buta sejak lahir, yang disembuhkan Yesus, pengajaran tentang diri-Nya sebagai gembala yang baik dan apa yang Dia sediakan bagi kawanan domba-Nya. Dan Dia meyakinkan mereka tentang pengorbanan-Nya bagi mereka dan menuju fakta kebangkitan-Nya sebagai tujuan-Nya bersama mereka. Sungguh, pernyataan-Nya membuat mereka marah. Pengajaran Yesus tidak bisa diterima karena Yesus membandingkan diri-Nya dengan para pemimpin agama yang egois ini.

"Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya, sedangkan seorang upahan tidak mempedulikan domba-dombanya." Empat kali dalam ayat-ayat ini Yesus berbicara mengenai nyawa-Nya (Yohanes 10:11, 15, 17, 18). Dua yang pertama Dia mengulangi bahwa Dia menyerahkan nyawa-Nya untuk domba-domba-Nya. Dua kali terakhir, Dia menekankan bahwa Dia berkuasa mengambilnya kembali. Yesus adalah Gembala yang baik, yang menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya, dapat saya habiskan dalam dua pesan penting:

Pertama, Fokus pada orang lain. Dalam Yohanes 10:11, 15 Yesus mengulang dua kali, menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Ini terlihat paradoks, dimana pada saat Ia mengarahkan pandangan-Nya pada sukacita yang ditetapkan di hadapan-Nya, pada saat yang sama juga Ia menghadapi salib (Ibrani 12: 2) memberikan nyawa-Nya bagi kita sebagai orang berdosa. 

Baca juga: Di Kayu Palang, Yesus Bilang: "Inilah Ibumu!"

Ini adalah tindakan terbesar dari kasih dalam sejarah dunia. Rasul Paulus mengatakan, "Sebab seseorang tidak akan mati untuk orang yang benar; meskipun mungkin bagi orang baik seseorang akan berani mati. Tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya sendiri kepada kita, bahwa ketika kita masih berdosa, Kristus mati untuk kita" (Roma 5: 7-8).

Keunggulan Yesus, adalah Ia yang memberikan nyawa-Nya untuk menyelamatkan kita dari penghakiman Allah. Berbeda dengan pemimpin di dunia bahkan pemuka agama fokusnya adalah dirinya sendiri, bukan orang lain. Pemimpin dunia ini, membawa semua kekuasaan, kehormatan, kekayaan dunia kepada dirinya sendiri, inilah pemimpin upahan.  Tidak mengherankan bahkan pemimpin agama, fokus kebenarannya pada dirinya sendiri,  kelompoknya sendiri dan diluar itu tidak ada kebenaran di dalamnya. Jika ada bahaya, pemimpin upahan kabur, meninggalkan domba-dombanya.

Kedua, Prinsip kesatuan-Nya. Dalam Yohanes 10:17, 18 Yesus mengulangi dua kali bahwa Ia tidak hanya akan menyerahkan nyawa-Nya, tetapi juga Ia akan menerimanya kembali (domba-domba-Nya). Bukan hanya domba-dombaNya (Yahudi) melainkan domba-domba yang lain (non Yahudi) juga akan menjadi satu kawanan dan satu gembala.

Ingat, pada zaman Yesus orang-orang Yahudi membenci orang-orang bukan Israel, yang mereka pandang sebagai anjing najis (kafir). Mereka tidak bisa membayangkan mereka berada di posisi yang sama di hadapan Tuhan. Yohanes 10:16 juga menunjukkan kepada kita tentang satu tubuh di mana tidak ada perbedaan. Orang-orang bukan Yahudi, sekarang menjadi ahli waris bersama dengan orang-orang Yahudi tentang janji kesatuan di dalam Kristus (Efesus 3: 6).

Baca juga: Kenaikan Yesus Kristus ke Surga: Sebuah Renungan

Kemuliaan gereja adalah ketika orang-orang dari berbagai ras dan latar belakang sosial bergabung bersama secara harmonis untuk keselamatan-Nya yang besar. Tetapi Tuhan menjadi lebih mulia ketika mereka yang menjadi "musuh" di dunia menjadi satu kawanan yang selaras dalam Kristus. Karena itu, kita harus bekerja keras untuk menyatakan gereja ini dibangun dalam keberagaman dalam Kristus.

Jadi, siapa kita sesungguhnya? dengan pilihan kita sendiri, menjadi kawanan domba-Nya berarti mau mengikuti Yesus. Dengan meneladani pribadi Sang Gembala Agung untuk menyatakan kasih yang berfokus pada orang lain; mengasihi, bahkan menyerahkan nyawa bagi sahabatnya.
Persis seperti yang sudah dilakukan-Nya di kayu salib. Bukankah salib tanda hina? Ya, tanda kehinaan yang menyatukan bagi semua "domba" yang dikasihi-Nya, tanpa terkecuali. Domba-domba dari pelbagai ras, agama mendapat undangan menjadi satu kawanan domba milik kepunyaan-Nya. Benar-benar tanpa terkecuali. Gembala mana lagi yang akan melakukan hal demikian bagi kita?

Editor : Yonna Prastika

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun