Mohon tunggu...
ummi baridah
ummi baridah Mohon Tunggu... Guru - guru BK

memasak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Best Practices Konseling Individu

26 Februari 2024   20:55 Diperbarui: 26 Februari 2024   21:08 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam lingkungan pendidikan menengah, proses pembelajaran tidak hanya terbatas pada aspek akademis semata, melainkan juga melibatkan perkembangan pribadi dan kesejahteraan emosional peserta didik. Dalam konteks ini, peran konseling individu di sekolah menengah sangat penting untuk membantu peserta didik mengatasi berbagai tantangan dan mengembangkan potensi mereka secara holistik.

            Analisis situasi konseling individu di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi hal yang esensial untuk memahami dinamika kebutuhan psikologis dan emosional peserta didik. Setiap individu membawa latar belakang, pengalaman, dan tantangan unik yang dapat mempengaruhi kesejahteraan mental mereka. Oleh karena itu, melalui analisis ini, kita dapat mengeksplorasi berbagai faktor yang memengaruhi kebutuhan konseling individu di SMA.

            Berbagai aspek seperti tekanan akademis, masalah interpersonal, pertumbuhan identitas, dan ketidakpastian masa depan menjadi titik fokus dalam analisis ini. Peserta didik di SMA menghadapi beragam tekanan dari lingkungan sekitarnya, dan melibatkan mereka dalam sesi konseling individu dapat menjadi langkah proaktif untuk mendorong pemahaman diri, membangun ketahanan mental, dan mengatasi tantangan dengan lebih efektif.

            Saat ini, dengan perubahan dinamika sosial dan perkembangan teknologi, peserta didik SMA juga menghadapi tekanan yang berkaitan dengan penggunaan media sosial, pilihan karir yang semakin kompleks, dan berbagai isu kehidupan modern lainnya. Analisis situasi konseling individu di SMA perlu mencakup pemahaman mendalam terhadap perubahan ini agar dapat memberikan dukungan yang relevan dan kontekstual.

            Melalui pemahaman lebih lanjut terhadap situasi konseling individu di SMA, diharapkan para konselor dan pendidik dapat merancang program konseling yang lebih adaptif, responsif, dan terfokus pada kebutuhan kesejahteraan peserta didik. Dengan demikian, proses pembelajaran di SMA dapat menjadi lebih holistik, membentuk peserta didik yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga kuat secara emosional  dan siap menghadapi tantangan hidup

            Dari berbagai permasalahan peserta didik terdapat satu permasalahan yang menarik pada konseli dengan kode 23.X4.AS merasa belum bisa beradaptasi dengan kelurga, karena selalu dibandingkan dengan adik sepupu oleh nenek dan kakeknya sendiri, apa karena orangtua dan dirinya masih menumpang dirumah nenek, dan ayahnya belum punya penghasilan yang tidak tetap, karena merasa dibedakan dari adik sepupunya sendiri oleh neneknya itu maka timbul perasaan kurang nyaman dirumah itu, dan merasa nenek dan kakeknya kurang menghargai apa yang sudah dilakukan oleh orangtuanya.

            Hal ini mendorong konselor memberikan layanan pada konseli agar mampu merubah cara pandang pada dirinya dan orang lain, bagaimana memahami permasalahannya dan membantu konseli menemukan solusi yang terbaik untuk dirinya, dan mampu melaksanakan solusi terbesut dengan kesadaran penuh tanpa adanya paksaan dan tekanan dari konselor.

Tujuan Layanan:

Pengenalan    : Agar konseli dapat meningkatkan rasa percaya diri dengan melakukan hal positi (C6)

Akomodasi   : Agar konseli menguabah perilaku minder menjadi rasa percaya diri (A5)

Tindakan       : Membantu konseli beradaptasi dengan keadaan diri dan lingkungan (P4)

Mantaat layanan:

Seberapa efektif teknik yang digunakan dalam layanan dapat mengetahui kondisi lain dari konseli

Pembahasan

            Pembahasan mengenai best practice konseling individu melibatkan sejumlah prinsip dan strategi yang dapat membantu seorang konselor memberikan pelayanan konseling yang efektif. Berikut adalah beberapa best practice yang dapat diaplikasikan dalam konseling individu:

Pemahaman Terhadap Konseli, konselor perlu memiliki pemahaman yang mendalam terhadap latar belakang, nilai-nilai, kepercayaan, dan pengalaman hidup konseli.

Pembentukan Hubungan Konseling yang Positif, membangun hubungan saling percaya antara konselor dan konseli sangat penting. Konselor perlu mendengarkan dengan empati, menghormati, dan menunjukkan kehadiran yang penuh perhatian.

Pendekatan Kolaboratif:

            Konseling individu sebaiknya bersifat kolaboratif, di mana konseli aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan mengenai tujuan dan strategi konseling. Konselor berperan sebagai fasilitator yang membantu konseli mengeksplorasi opsi dan membuat keputusan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Keterbukaan dan kejujuran konselor perlu menciptakan lingkungan yang mendukung keterbukaan dan kejujuran di antara konselor dan konseli. Mendorong konseli untuk berbicara terbuka tentang perasaan, pemikiran, dan pengalaman mereka.

            Penetapan tujuan yang jelas, bersama konseli, konselor perlu menetapkan tujuan yang spesifik, terukur, dan dapat dicapai dalam periode waktu tertentu.

Teknik konseling yang sesuai dengan kebutuhan konseli, seperti mendengarkan reflektif, pertanyaan terbuka, atau  dengan personal centered therapy (terapi dengan berpusat pada konseli) berikut berbagai macam cara menggunakan person centered therapy:

Menerima konseli dengan terbuka, dengan menanyakan kabar saat ini dan siap menerima layanan konseling individu

Menanyakan apakah siap menceritakan permasalahan yang sedang dirasakan

Memberikan pertanyaan pematik dan memberikan empati, dan lain sebagainya

Terdapat beberapa tantangan dalam Konseling Individu yaitu:

Masalah Akademis: Beberapa konseli mungkin mengalami kesulitan belajar atau tekanan akademis yang dapat memengaruhi kesejahteraan mental mereka.

Masalah Pribadi: Konseli juga mungkin menghadapi masalah pribadi seperti stres, kecemasan, atau masalah hubungan interpersonal.

Perasaan konseli dangat sensitif dan mudah menangis, ini salah satu tantangan karena sebagai konselor harus bersabar dan mampu mengerti apa yang dirasakan oleh konseli.

Tidak memiliki jam masuk kelas sesaui dengan alokasi waktu

Langkah-langkah untuk menghadapi tantangan:

Konselor harus mempunyai ruang konseling individu dengan baik dari pencahayaan, sirkulasi udara, dan luas ruang yang pas, misalnya tidak pengap, gelap, dan sempit menyiapkan tisu apabila terdapat konseli yang menangis, dan minuman untuk menetraliasir perasaan konseli

Memberikan apresiasi pada konseli yang mau terbuka dengan suka rela, dan percaya pada konselor

Memberikan motivasi dan menanyakan sesekali waktu pada konseli mengenai permasalahanya

Untuk jam mengajar dapat disampaikan pada waka. Kurikulum agar dapat diberikan jam mengaajar 1 jam dalam seminggu ditiap kelas

Refleksi hasil dan dampak dari aksi dan langkah-langkah yang dilakukan:

            Dampak dari langkah-langkah yang dilakukan efektif untuk menghadapi tantangan tersebut. Kegiatan ini bisa dilaksanakan sesuai jadwal yang telah disepakati antara konselor dan konseli. Konselor berusaha mencipatkan suasana senyaman mungkin mulai dari tempat sampai dengan hubungan dengan konseli sehingga konseli bisa terbuka dengan masalahanya.  konseli merasa sedikit lega karena ada orang yang mau mendengarkan, merasa dihargai, dan diakui dan mampu membagi waktu untuk sekolah dan membatu orangtua dan merasa beruntung karena orangtua masih lengkap dan mendapingi setiap hari sedangkan respon dari guru lain sangat mendukung kegiatan

            Faktor yang mendukung keberhasilan adalah; siswa merasa aman dan tenang selama proses layanan untuk menyampaikan perasaan dan masalah yang dihadapi, dan persiapan konselor sebelum pelaksanaan layanan dilakukan. Ada keinginan menceritakan permaslahan yang sama maupun permaslahan yang berbeda di lain waktu dengan konselor.  Secara berkala, konselor perlu mengevaluasi kemajuan konseli terhadap tujuan yang ditetapkan. Melibatkan konseli dalam proses evaluasi dan mendorong refleksi diri untuk memahami perubahan dan pertumbuhan yang terjadi.

Keberhasilan dan Tantangan: Refleksi melibatkan penilaian terhadap keberhasilan mencapai tujuan konseling dan mengidentifikasi tantangan yang mungkin masih perlu diatasi.

            Peningkatan Hubungan: Evaluasi mengenai perbaikan hubungan antara konseli dan konselor, serta sejauh mana konseli merasa nyaman dalam berbagi pengalaman mereka.

            Pengembangan Diri: Konselor merenung tentang perannya dalam membantu konseli mengembangkan keterampilan dan strategi untuk mengatasi masalah mereka. Penting untuk diingat bahwa setiap konseli adalah individu yang unik, dan pendekatan konseling perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik khusus dari masing-masing konseli.

            Implikasi dari situasi yang dianalisis di pendahuluan mencakup peningkatan pemahaman terhadap kebutuhan konseli, peningkatan keterampilan konseling, dan memastikan bahwa lingkungan sekolah mendukung proses konseling individu. Dengan melibatkan konseli secara aktif dalam proses ini, konseling individu dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan akademis konseli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun