Topik ini diangkat untuk mengingatkan kita tentang isu lingkungan yang sering kita dengar yaitu sampah, terutama sampah plastik. Seperti yang kita ketahui penggunaan sampah plastik sendiri banyak dipakai untuk kebutuhan manusia, mulai dari kebutuhan rumah tangga, bangunan, sampai kebutuhan sehari-hari kita tidak lepas dari plastik. Penggunaan plastik semakin hari semakin tinggi volumenya dan jika tidak ditangani atau hanya dibiarkan begitu saja akan menyebabkan permasalahan bagi lingkungan dan manusia. Mulai dari pertumbuhan penduduk, kebutuhan yang meningkat, gaya hidup, upaya pengurangan sampah plastik yang belum maksimal, serta kurangnya kesadaran dari berbagai pihak, masyarakat maupun kurangnya penanganan dari pemerintah dan pemerintah daerah merupakan sebeb-sebab permasalahan sampah plastik.
Di Indonesia, menurut data statistik persampahan domestik Indonesia, jenis sampah plastik menduduki peringkat kedua sebesar 5.4 juta ton per tahun atau 14 persen dari total produksi sampah. Dengan demikian, plastik telah mampu menggeser sampah jenis kertas yang tadinya di peringkat kedua menjadi peringkat ketiga dengan jumlah 3.6 juta ton per tahun atau 9 persen dari jumlah total produksi sampah.
Menurut laporan Environmental Protection Agency (EPA) US, di Amerika saja, produksi sampah plastik meningkat dari kurang dari satu persen pada tahun 1960 menjadi 12 persen atau sekitar 30 juta ton pada 2008 dari jumlah total produksi sampah domestik negara ini. Kategori sampah plastik yang terbesar berasal dari kemasan dan wadah seperti; botol minuman, tutup botol, botol sampo dan lainnya.
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa bahan organik atau anorganik, dapat terurai secara hayati atau tidak, dianggap tidak berguna dan dibuang ke lingkungan. Sampah plastik merupakan material yang tidak bisa terdekomposisi secara alami (non biodegradable) sehingga pengelolaan sampah plastik dengan landfill maupun opendumping tidak tepat dilakukan. Pengelolaan sampah plastik dengan cara pembakaran dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan berupa terjadinya pencemaran udara khususnya emisi dioxin yang bersifat karsinogen.
Pengelolaan sampah plastik lainnya adalah dengan mendaur ulang sampah plastik menjadi bentuk lain, namun proses daur ulang ini hanya akan merubah sampah plastik menjadi bentuk baru bukan menanggulangi volume sampah plastik sehingga ketika produk daur ulang plastik sudah kehilangan fungsinya maka akan kembali menjadi sampah plastik. Oleh karenanya, diperlukan alternatif lain untuk menangani volume sampah plastik. Salah satu alternatif penanganan sampah plastik adalah dengan melakukan proses daur ulang (recycle).
Adapun tujuan dari proses pengolahan sampah ini, yaitu dapat mengurangi dampak negatif lingkungan, menghasilkan pendapatan tambahan, mendorong inovasi dan lapangan pekerjaan, meningkatkan kualitas produk, dan meningkatkan niai ekonomi sampah.
Solusi inovatif yang dapat diambil dari pembuatan produk ini tidak hanya memberikan metode untuk mendaur ulang limbah plastik tetapi juga menyoroti potensi untuk menciptakan produk yang layak secara ekonomi sambil mengatasi tantangan lingkungan. Dengan itu kita dapat mengatasi permasalahan sampah dengan cara pertama menyadari betapa pentingnya menjaga lingkungan dan mengajak masyarakat berpartisipasi menjaga lingkungan seperti memilah dan mengolah sampah menjadi produk layak pakai.
Contoh hasil produk yang diolah dari sampah plastik bisa meliputi, daur ulang plastik menjadi barang fungsional contoh produknya seperti tas belanja yang terbuat dari plastik kemasan, tutup botol, perabotan rumah tangga, aksesoris.
Daur ulang plastik menjadi barang fungsional juga dapar berupa kerajinan tangan, contoh produknya seperti vas bunga, tempat pensil, bingkai foto, perhiasan, dekorasi rumah seperti hiasan lampu dari sendok plastik bekas.
Dari pengolahan sampah ini dapat menjadi ladang usaha atau pemasukan bagi sebagian masyarakat seperti yang dialami oleh seorang warga dari Balikpapan bernama Herry Wijaya yang sukses meraup omzet Rp 485 juta per bulan dari sampah. Herry bersama sejumlah anak buahnya mencacah dan mengolah sampah plastik seperti botol dan jerigen. Plastik-plastik tersebut ia beli dari pengepul, bank sampah, dan sekolah-sekolah yang mengumpulkan plastik bekas. Harga belinya bisa berkisar Rp 2.000 -- 6.000 per kilogram tergantung tebal-tipisnya plastik, adapun warga yang menyumbangkan secara sukarela kepada herry.