Mohon tunggu...
Bang Bara
Bang Bara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger Ideologis

Hanya Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Islam Menolak Dialog Antar Agama

22 Agustus 2015   04:41 Diperbarui: 22 Agustus 2015   04:41 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benturan peradaban ini udah ada sejak Ketika Rasulullah SAW diperintahkan untuk menyampaikan Islam secara terbuka, mulailah terjadi pertarungan pemikiran antara konsep-konsep Islam dengan konsep-konsep kufur. Pertarungan pemikiran ini terus berlanjut hingga masa sekarang ini. Pertarungan pemikiran ini tidak akan pernah berhenti dan memang tidak boleh berhenti, sekalipun kemudian terjadi berbagai bentuk pertarungan lainnya. Pertarungan pemikiran dilakukan dengan jalan menentang pemikiran pemikiran-pemikiran kufur secara tajam, dengan segala daya upaya dan penuh ketegasan. Rasulullah SAW telah menunjukkan teladan dalam melaksanakan perintah Allah ini, sebagaimana digambarkan dalam Al Qur’an.

Tapi benturan peradaban itu bukanlah dialog antar agama itu sendiri. Karena dialog antar agama itu sendiri memiliki hakekat mensejajarkan agama - jadikan umat Islam meninggalkan agamanya dari kehidupan. Pertanyaannya adakah dialog antar agama yang menghasilakn kemenangan pada umat Islam? Jawabnnya, Karena dialog antar agama adalah bagian dari strategi mereka untuk melemahkan Islam dari umat Islam, maka dialog antar agama pasti di desain memang untuk mengalahkan Islam. Sehingga jika dialog antar agama dimaknai ingin memenangkan umat islam sebenarnya sebuah keinginan yang tak kan mungkin sesuai dengan realitas.

Konsep Menerima Pendapat Lain dalam Islam.

Menerima agama dan peradaban lain, dengan tujuan sekedar untuk mengetahui pendapat mereka – tanpa usaha menghakimi mereka, serta tanpa sanggahan dan penolakan atas pendapatnya – jelas bukan merupakan metode yang Islami. Islam mengajarkan kita untuk memilah mana yang benar dan mana yang salah. Mengetahui kebenaran juga menjelaskan kebenaran pada mereka yang tidak mengetahuinya bukan malah mendiamkan. Itulah sebabnya Allah wajibkan dakwah kepada umat Islam. Dakwah bukan hanya kewajiban tapi jati diri umat Islam itu sendiri. Lihatlah bagaimana Rosulullah SAW tak pernah luput dari dakwah, semua kata - katanya, perbuatannya dan prilakunya adalah dakwah.

Tidak hanya itu, Al Qur’an sepenuhnya menentang cara-cara seperti itu. Bila Al Qur’an menjelaskan pemikiran dan pernyataan yang kufur, ia selalu melanjutkannya dengan pemikiran dan pernyataan yang benar sekaligus membantah kekufuran tersebut. Misal Allah SWT berfirman, “Dan mereka berkata, ‘Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak.’ Sesungguhnya kamu telah mendatangkan suatu perkara yang sangat munkar; hampir-hampir langit pecah karena ucapan tersebut, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh. Karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak.” (QS Maryam: 88-92)

Jadi Konsep menerima pendapat lain dalam Islam tidak tidak dibolehkan. Keimanan umat Islam yang dibangun dari pemikiran yang jernih terhadap alam dan kehidupan menyebabkan umat Islam terpuaskan akan kebenaran Allah sebagai pencipta. Konsekuensi dari itu maka syariah harus dilaksanakan dari setiap individu - individu umat Islam. Oleh karenanya bagaimana mungkin, orang yang disebut beriman akan menerima pendapat dari yang mengingkari Allah? atau dalam bahasa yang lebih sederhana disebutkan bagaimana mungkin orang yang beriman itu bisa menerima konsep persamaan agama sebagai hasil dari dialog antar agama?

Butuh diketahui bahwa konsep persamaan agama itu adalah konsep kufur, karena hal ini merupakan seruan untuk menyamakan yang benar dengan yang salah. Sntara diin yang haqq dengan agama yang menyimpang, antara keimanan dengan kekufuran, antara petunjuk (hidayah) dengan kesesatan (dlalalah), antara yang menghapuskan (nasikh) dengan yang dihapuskan (mansukh), antara konsep peradaban yang berlandaskan wahyu Allah dengan konsep buatan manusia; yaitu antara konsep yang bersandar pada nash-nash syara’ dengan konsep hasil rekayasa akal manusia yang terbatas, antara berhukum sesuai Al Qur’an dan As-Sunnah dengan berhukum kepada thaghut, antara yang kokoh (tsabit) dan bermanfaat bagi ummat manusia dengan buih yang segera lenyap diterbangkan angin. Dalil-dalil yang mendukung pernyataan ini sangat melimpah.

Khatimah
Dalam Islam kita di ajarkan untuk memiliki hakekat kecepatan berpikir dengan kecerdasan kita. Kecepatan dalam memahami ucapan, perbuatan atau perkara yang lain, serta kecepatan dalam menyimpulkan bahwa maksud perkara itu adalah begini. Sehingga kita tidak terbius pada manis dan indahnya forum antar umat beragama yang sejatinya menggadaikan agama untuk kepentingan bersama (red bukan Islam)

Untuk konteks Tolikara, Jika masih ada umat Islam yang memberikan solusi pada kasus tolikara dengan dialog antar agama, maka sesungguhnya mereka terjebak pada konspirasi dunia soal perang antar peradaban. Dimana perang antar peradaban itu substansinya adalah perang antar Islam dan kapitalisme dunia. Dimana orang - orang kapitalis dunia sangat menginginkan Papua merdeka. Dengan itu mereka bisa berkuasa untuk bisa menjajah.

Oleh karena itu tak layaklah kita memberikan solusi papua dengan dialog antar agama. Solusi tepat bagi mereka adalah pemerintah harus tangkap adili aktor intelektualnya dan Kawal papua agar jangan 'merdeka' dengan memberikan perhatian serius pada mereka baik dari sektor ekononomi, pendidikan dan militer. semoga..

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun