Mohon tunggu...
Pasu Sibarani
Pasu Sibarani Mohon Tunggu... Akuntan - Akuntan

NIM: 55522120006 - Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Metode Analisis Wacana Kritis dan Analisis Wacana Deskursif pada Treaty Shopping dan Penghindaran Pajak Berganda

21 Juni 2024   22:15 Diperbarui: 21 Juni 2024   22:32 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Wacana Kritis dan Analisis Wacana Deskursif

Analisis Wacana Kritis (AWK) adalah pendekatan multidisipliner dalam studi wacana yang bertujuan untuk mengkaji bagaimana kekuasaan, dominasi, dan ketidaksetaraan sosial diekspresikan, dihasilkan, dan ditransformasikan melalui bahasa dalam konteks sosial tertentu. Pendekatan ini memadukan linguistik, sosiologi, filsafat, dan ilmu politik untuk mengungkap bagaimana struktur bahasa dapat merefleksikan dan membentuk kekuatan sosial.

AWK fokus pada cara-cara di mana bahasa mencerminkan dan mempertahankan hubungan kekuasaan dan dominasi dalam masyarakat. Misalnya, bagaimana media massa bisa menggambarkan kelompok minoritas dengan cara yang menstereotipkan atau mendiskriminasi.  Analisis ini tidak hanya menggunakan teori linguistik, tetapi juga teori sosial, politik, dan psikologi untuk memahami konteks di mana wacana terjadi. 

AWK sering melibatkan analisis teks-teks konkret seperti artikel berita, pidato politik, dokumen resmi, atau komunikasi sehari-hari untuk mengidentifikasi pola-pola bahasa yang mendukung struktur kekuasaan tertentu. Analisis ini menekankan pentingnya ideologi dalam pembentukan wacana. Ideologi adalah sistem nilai dan keyakinan yang secara tidak sadar mempengaruhi bagaimana kita memandang dunia dan bagaimana kita berkomunikasi. Salah satu tujuan utama AWK adalah mendukung perubahan sosial dengan mengungkap ketidakadilan dan mendorong kesadaran kritis di kalangan masyarakat. 

Metodologi AWK dapat mencakup analisis linguistik detail seperti analisis leksikal, sintaksis, dan semantik, serta analisis konteks sosial yang lebih luas seperti siapa yang memiliki kekuasaan untuk berbicara, siapa yang didengarkan, dan siapa yang diabaikan. 

Contoh Praktis Analisis Wacana Kritis misalnya dalam analisis media yang mengkaji bagaimana berita di media menggambarkan isu-isu seperti imigrasi, dengan menyoroti bagaimana pilihan kata tertentu (misalnya, "pengungsi" vs. "imigran ilegal") dapat membentuk persepsi publik.  Kemudian dalam analisis pidato politik misalnya menganilisis pidato pemimpin politik untuk melihat bagaimana mereka menggunakan bahasa untuk membingkai isu, memobilisasi dukungan, atau menyingkirkan lawan politik. 

Tokoh-tokoh penting dalam AWK termasuk Norman Fairclough, Teun A. van Dijk, dan Ruth Wodak, yang masing-masing telah mengembangkan kerangka kerja teoritis dan metodologis untuk menganalisis wacana dalam konteks sosial dan politik.

Analisis Wacana Deskursif adalah pendekatan dalam studi wacana yang menekankan pada bagaimana makna dan realitas sosial dibentuk dan dinegosiasikan melalui praktik-praktik diskursif, yakni melalui penggunaan bahasa dalam konteks tertentu. Pendekatan ini memandang wacana sebagai bentuk tindakan sosial yang tidak hanya mencerminkan realitas, tetapi juga membentuk dan mempengaruhinya.  Pendekatan ini mempelajari bagaimana individu dan kelompok menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan membangun makna dalam konteks sosial tertentu. 

Analisis Wacana Deskursif menganggap bahwa realitas sosial tidak independen dari bahasa, melainkan dibentuk dan diubah melalui penggunaan bahasa. Analisis ini menyoroti pentingnya konteks interaksi sosial dan budaya dalam membentuk bagaimana wacana diproduksi, dipahami, dan diterima oleh berbagai kelompok sosial. Pendekatan ini juga sering mengkaji bagaimana identitas individu dan kelompok dibentuk melalui wacana, serta bagaimana subjek ditempatkan dalam struktur kekuasaan melalui praktik-praktik diskursif. Metode yang digunakan dalam Analisis Wacana Deskursif biasanya bersifat kualitatif, termasuk analisis teks, percakapan, dan interaksi sosial lainnya untuk mengungkap bagaimana makna dibentuk dan dinegosiasikan. 

Meskipun ada tumpang tindih, Analisis Wacana Deskursif sering kali lebih fokus pada proses interaktif dan kontekstual pembentukan makna, sementara Analisis Wacana Kritis lebih menekankan pada hubungan kekuasaan dan ideologi yang tercermin dalam bahasa.  Tokoh penting dalam Analisis Wacana Deskursif termasuk Michel Foucault, yang karyanya tentang kekuasaan dan pengetahuan sangat mempengaruhi bidang ini, serta para peneliti seperti Jonathan Potter dan Margaret Wetherell yang berkontribusi pada pengembangan metode analisis wacana dalam psikologi sosial. 

Analisis Wacana Deskursif membantu memahami bagaimana melalui bahasa, manusia membentuk dan mengubah realitas sosial mereka, mengarahkan perhatian pada interaksi sehari-hari yang seringkali diabaikan namun sangat penting dalam membentuk pemahaman tentang dunia.

Treaty Shopping dan Penghindaran Pajak Berganda

Treaty shopping adalah praktik di mana individu atau perusahaan mencari untuk mengambil keuntungan dari ketentuan-ketentuan yang menguntungkan dalam perjanjian internasional (biasanya perjanjian perpajakan ganda) dengan cara yang mungkin tidak sesuai dengan tujuan asli dari perjanjian tersebut. Hal ini dilakukan dengan mengatur struktur bisnis atau transaksi melalui negara yang memiliki perjanjian yang lebih menguntungkan, meskipun hubungan bisnis atau ekonomi yang substansial tidak ada di negara tersebut.

Perusahaan atau individu memilih untuk mendirikan entitas atau mengatur transaksi melalui negara yang memiliki perjanjian pajak dengan ketentuan yang lebih menguntungkan (misalnya, tarif pajak yang lebih rendah, keringanan pajak tertentu).  Mereka juga dapat membentuk anak perusahaan atau entitas perantara di negara tersebut untuk memanfaatkan keuntungan pajak yang tersedia di perjanjian tersebut.  Dengan memanfaatkan perjanjian yang lebih menguntungkan, mereka dapat mengurangi beban pajak mereka secara signifikan dibandingkan jika mereka menjalankan bisnis langsung dari negara asal tanpa perantara. 

Misalnya perusahaan di Negara A ingin mengurangi pajak atas dividen yang diterima dari anak perusahaannya di Negara B. Negara C memiliki perjanjian pajak dengan Negara B yang memberikan tarif pajak dividen lebih rendah. Perusahaan di Negara A mendirikan anak perusahaan di Negara C, yang kemudian menerima dividen dari Negara B dengan tarif yang lebih rendah dan meneruskannya ke Negara A.  Kemudian perusahaan di Negara A menerima pembayaran royalti dari Negara B. Negara A memiliki perjanjian pajak yang kurang menguntungkan dengan Negara B dibandingkan dengan Negara C. Perusahaan di Negara A mendirikan entitas di Negara C yang memiliki perjanjian pajak lebih menguntungkan dengan Negara B, sehingga pembayaran royalti dikenai pajak lebih rendah. 

Treaty shopping dapat menciptakan ketidakadilan, di mana perusahaan besar dapat mengurangi pajak mereka secara substansial, sementara perusahaan kecil atau individu mungkin tidak memiliki kapasitas untuk melakukan hal yang sama. Negara-negara yang kehilangan pendapatan pajak karena treaty shopping mungkin mengalami kerugian finansial yang signifikan. Negara tersebut dapat menanggapi treaty shopping dengan memperketat peraturan pajak dan perjanjian internasional, yang dapat meningkatkan kompleksitas hukum pajak internasional. 

Banyak perjanjian pajak sekarang mencakup klausul anti-abuse yang dirancang untuk mencegah penggunaan perjanjian pajak untuk tujuan yang tidak diinginkan. Peraturan yang menuntut adanya substansi ekonomi yang nyata di negara tempat entitas perantara didirikan, bukan hanya entitas cangkang untuk tujuan pajak. Inisiatif seperti Base Erosion and Profit Shifting (BEPS) dari OECD bertujuan untuk mengatasi praktek-praktek perpajakan agresif termasuk treaty shopping.

 Treaty shopping dan penghindaran pajak berganda memiliki hubungan erat, karena keduanya terkait dengan strategi perpajakan internasional yang digunakan oleh perusahaan atau individu untuk mengurangi beban pajak mereka.

Penghindaran pajak berganda mengacu pada upaya untuk menghindari pembayaran pajak di dua yurisdiksi berbeda atas pendapatan yang sama. Negara-negara sering kali menandatangani perjanjian perpajakan ganda untuk menghindari situasi di mana pendapatan yang sama dikenai pajak dua kali oleh dua negara berbeda. Perjanjian ini menetapkan aturan tentang bagaimana pendapatan akan dikenakan pajak dan mengalokasikan hak pemajakan antara negara-negara yang terlibat.

Proyek Base Erosion and Profit Shifting (BEPS) dari OECD telah menghasilkan sejumlah rekomendasi untuk mengatasi penghindaran pajak, termasuk penyalahgunaan perjanjian pajak. Ini mencakup aturan yang lebih ketat tentang substansi ekonomi dan prinsip tujuan utama (Principal Purpose Test, PPT).  Banyak negara telah mengadopsi peraturan domestik untuk mengekang treaty shopping, seperti memperkenalkan aturan tentang entitas cangkang (shell companies) dan memperketat definisi penduduk pajak. 

Diskursus Metode AWD dan AWK pada Treaty Shopping dan Penghindaran Pajak Berganda

Dalam era globalisasi, fenomena treaty shopping dan penghindaran pajak berganda telah menjadi isu yang semakin kompleks dan mendesak dalam konteks perpajakan internasional. Treaty shopping, yang melibatkan eksploitasi perjanjian perpajakan internasional oleh entitas bisnis untuk mendapatkan keuntungan pajak yang tidak sesuai dengan tujuan perjanjian, dan penghindaran pajak berganda, yang bertujuan untuk menghindari dikenakan pajak oleh dua yurisdiksi berbeda, menjadi praktik yang merusak keadilan dan efisiensi sistem perpajakan global. Dalam upaya memahami dan mengatasi masalah ini, dua metode analisis wacana, yakni Analisis Wacana Deskursif (AWD) dan Analisis Wacana Kritis (AWK), dapat digunakan untuk mengkaji bagaimana bahasa dan wacana yang digunakan dalam dokumen hukum dan komunikasi publik mempengaruhi praktik-praktik tersebut.

Analisis Wacana Deskursif berfokus pada bagaimana bahasa digunakan dalam konteks tertentu untuk membentuk realitas sosial. Dalam konteks treaty shopping dan penghindaran pajak berganda, AWD dapat digunakan untuk mengkaji bagaimana bahasa dalam perjanjian perpajakan, laporan perusahaan, dan pernyataan resmi pemerintah digunakan untuk membentuk dan mempertahankan praktik-praktik ini.  

AWD dapat menganalisis bagaimana klausul-klausul dalam perjanjian perpajakan disusun dan bagaimana interpretasi bahasa yang ambigu memungkinkan perusahaan untuk mencari celah hukum (loopholes) untuk mengurangi beban pajak mereka.  Analisis wacana pada laporan keuangan perusahaan dan pernyataan publik dapat mengungkap bagaimana perusahaan menggunakan bahasa untuk melegitimasi praktik treaty shopping dan menunjukkan kepatuhan formal terhadap peraturan pajak internasional, sambil mengaburkan praktik-praktik yang sebenarnya. Analisis diskursif dapat melihat bagaimana perusahaan menjelaskan penggunaan entitas perantara di negara-negara dengan perjanjian pajak yang menguntungkan, dan bagaimana bahasa yang digunakan mencerminkan strategi penghindaran pajak. 

Analisis Wacana Kritis berfokus pada bagaimana wacana mencerminkan dan memperkuat kekuasaan, dominasi, dan ketidaksetaraan dalam masyarakat. Dalam konteks treaty shopping dan penghindaran pajak berganda, AWK dapat digunakan untuk mengkaji bagaimana kekuatan ekonomi dan politik tercermin dalam bahasa yang digunakan oleh pemerintah, organisasi internasional, dan perusahaan multinasional. AWK dapat mengkaji bagaimana perjanjian perpajakan internasional dirancang oleh negara-negara kuat untuk menguntungkan perusahaan multinasional dan bagaimana bahasa dalam perjanjian ini mencerminkan kekuasaan dan ideologi tertentu. Analisis wacana kritis pada liputan media tentang penghindaran pajak dapat mengungkap bagaimana media mempengaruhi persepsi publik tentang praktik treaty shopping dan bagaimana wacana ini dapat digunakan untuk mempertahankan atau menantang kekuasaan korporasi. 

AWK dapat menganalisis bagaimana pernyataan resmi dari pemerintah dan organisasi internasional seperti OECD mencerminkan dan memperkuat posisi mereka dalam perang melawan penghindaran pajak dan bagaimana bahasa ini dapat digunakan untuk mendesak perubahan kebijakan. 

Penggunaan metode Analisis Wacana Deskursif dan Analisis Wacana Kritis dalam mengkaji treaty shopping dan penghindaran pajak berganda menawarkan perspektif yang mendalam tentang bagaimana bahasa dan wacana digunakan untuk membentuk, melegitimasi, dan mengkritik praktik-praktik ini. AWD memberikan wawasan tentang penggunaan bahasa dalam konteks spesifik untuk membentuk realitas hukum dan bisnis, sementara AWK mengungkap bagaimana wacana mencerminkan dan memperkuat hubungan kekuasaan dalam konteks perpajakan global. Dengan memahami dinamika wacana ini, pembuat kebijakan, akademisi, dan praktisi dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk mengatasi penghindaran pajak dan menciptakan sistem perpajakan internasional yang lebih adil dan transparan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun