Mohon tunggu...
Pasu Sibarani
Pasu Sibarani Mohon Tunggu... Akuntan - Akuntan

NIM: 55522120006 - Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Genealogi Transfer Pricing

8 Juni 2024   12:25 Diperbarui: 8 Juni 2024   13:00 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perusahaan multinasional, sering terjadi konflik antara keinginan untuk memaksimalkan keuntungan (Id) dan kebutuhan untuk mematuhi regulasi dan norma sosial (Superego). Transfer pricing menjadi arena di mana konflik ini dimainkan. Keputusan untuk menetapkan harga transfer yang agresif demi penghindaran pajak mungkin berasal dari dorongan Id, sementara tekanan untuk mematuhi regulasi dan mempertahankan reputasi perusahaan mencerminkan fungsi Superego. 

Pendekatan genealogis terhadap transfer pricing akan menelusuri asal-usul dan perkembangan praktik ini sebagai hasil dari dorongan-dorongan ekonomi yang tidak disadari yang kemudian menjadi kesadaran melalui regulasi dan strategi manajerial. Dalam sejarahnya, keinginan perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan mungkin tidak selalu disadari sepenuhnya oleh para pengambil keputusan, tetapi melalui proses regulasi dan pengalaman, praktik ini menjadi lebih disadari dan diatur dengan lebih baik.

Prinsip-prinsip dari teori ketidaksadarannya dapat digunakan untuk memahami dinamika di balik keputusan ekonomi dan praktik seperti transfer pricing. Dorongan tidak disadari untuk memaksimalkan keuntungan, upaya rasional untuk menyeimbangkan kepentingan ini dengan realitas regulasi, dan norma etika perusahaan semuanya berperan dalam membentuk praktik transfer pricing. Melalui pendekatan genealogis, kita dapat melihat bagaimana praktik ini berkembang dari dorongan dasar yang tidak disadari menjadi strategi manajerial yang terstruktur dan diatur.  

 Kesadaran dan Rasionalitas: Carl Jung

 Carl Jung, seorang murid Freud yang kemudian mengembangkan teorinya sendiri, menekankan pentingnya kesadaran dan rasionalitas dalam tindakan manusia. Dalam konteks transfer pricing, praktik ini bisa dilihat sebagai upaya sadar dan rasional oleh perusahaan untuk mengelola keuangan mereka dengan cara yang paling efisien. Transfer pricing bukan sekadar manipulasi harga, tetapi juga melibatkan analisis dan perencanaan yang matang untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi sambil memaksimalkan keuntungan.

Teori kesadaran dan rasionalitas Carl Jung menawarkan perspektif yang berbeda dari Sigmund Freud mengenai struktur dan fungsi pikiran manusia. Carl Jung, seorang psikolog dan psikiater Swiss, dikenal sebagai pendiri psikologi analitis. Dalam teorinya, Jung tidak hanya membedakan antara kesadaran dan ketidaksadaran, tetapi juga memperkenalkan konsep-konsep seperti ketidaksadaran kolektif dan arketipe yang sangat relevan dalam analisis perilaku manusia, termasuk dalam konteks ekonomi dan bisnis. 


Kesadaran (Consciousness) menurut Jung adalah bagian dari pikiran yang kita sadari dan yang mengendalikan fungsi-fungsi rasional dan intelektual kita. Ini mencakup pikiran, perasaan, persepsi, dan ingatan yang kita sadari dalam kehidupan sehari-hari.  Sementara Ketidaksadaran Pribadi (Personal Unconscious) itu sendiri adalah bagian dari pikiran yang berisi ingatan dan pengalaman yang telah dilupakan atau ditekan tetapi masih mempengaruhi perilaku individu. Ini serupa dengan konsep ketidaksadaran Freud. 

Kemudian ada Ketidaksadaran Kolektif (Collective Unconscious ) yang merupakan lapisan terdalam dari ketidaksadaran yang berisi pengalaman manusia universal dan arketipe, yang merupakan pola perilaku dan simbol yang diwariskan dari generasi ke generasi. Arketipe ini mempengaruhi cara kita berpikir dan bertindak meskipun kita tidak menyadarinya. Yang dimaksud Arketipe itu sendiri adalah model atau pola dasar yang ada dalam ketidaksadaran kolektif. Contoh arketipe termasuk "pahlawan", "ibu", "bayangan", dan "anima/animus". Arketipe ini muncul dalam mitos, cerita, seni, dan juga dalam perilaku individu dan kolektif. 

Dalam konteks ekonomi dan bisnis, teori kesadaran dan rasionalitas Jung dapat membantu kita memahami bagaimana keputusan dibuat dan bagaimana faktor-faktor yang tidak disadari mempengaruhi perilaku organisasi. 

Dalam pengambilan keputusan ekonomi, bagian yang sadar dari pikiran memainkan peran penting. Perusahaan menggunakan data, analisis, dan perencanaan strategis untuk membuat keputusan yang rasional. Transfer pricing, misalnya, memerlukan analisis pasar, penilaian risiko, dan penetapan harga yang berdasarkan pada informasi yang tersedia dan prinsip "arm's length".

Pengalaman dan ingatan yang tersimpan dalam ketidaksadaran pribadi individu dalam perusahaan juga mempengaruhi keputusan mereka. Misalnya, seorang manajer yang memiliki pengalaman buruk dengan otoritas pajak mungkin lebih konservatif dalam penetapan harga transfer untuk menghindari masalah di masa depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun