Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher; Sebuah Paradigma
Schleiermacher adalah seorang teolog, filsuf dan pendeta Kristen Protestan yang berasal dari Jerman dan hidup pada awal abad 18 hingga pada awal abad 19. Dia dikenal sebagai salah satu tokoh utama dalam pemikiran Kristen Protestan Liberal dan merupakan tokoh penting dalam gerakan pembaruan teologis di Jerman pada masanya.
Schleiermacher dikenal karena karyanya dalam teologi, filsafat, hermeneutika dan etika. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah "Reden uber die Religion" (Speeches on Religion, 1874), Â di mana dia membahas esensi agama dalam konteks pengalaman dan perasaan manusia. Dia juga dikenal karena memperkenalkan gagasan bahwa agama adalah ekspresi dari perasaan terhadap yang tak terbatas, sebuah gagasan yang memiliki pengaruh besar dalam pemikiran teologis modern. Schleiermacher juga memainkan peranan penting dalam pendidikan teologis di Jerman, termasuk mendirikan sekolah tinggi teologi di kota Berlin. Karyanya memiliki dampak yang signifikan dalam sejarah teologi Protestan dan pemikiran filsafat.
Paradigma Schleiermacher mencakup berbagai konsep yang sangat mempengaruhi pemikiran teologis dan filsafat yang meliputi:
- Pengalaman religius, salah satu konsep sentral dalam pemikiran Schleiermacher adalah bahwa agama adalah pengalaman langsung manusia terhadap sesuatu yang bersifat Ilahi. Menurutnya, esensi agama terletak dalam perasaan dan pengalaman spiritual individu, bukan dalam doktrin atau ajaran teologis formal.
- Perasaan dan intuisi, Schleiermacher menekankan pentingnya perasaan (gefuhl) dan intuisi (anschauung) dalam pengalama religius. Schleiermacher berpendapat bahwa pengalaman agama terjadi melalui perasaan keagungan, keterkejutan dan keterhubungan dengan Yang Ilahi.
- Keterkaitan dengan alam semesta, Schleiermacher melihat manusia sebagai bagian yang terkait erat dengan alam semesta dan Yang Ilahi. Pengalaman agama dihubungkan dengan kesadaran akan ketergantungan manusia pada kekuatan yang lebih besar dari dirinya sendiri.
- Teologi Kristiani, meskipun Schleiermacher menekankan pengalaman agama yang universal, dia juga berusaha mengintegrasikan gagasan-gasannya dengan tradisi Kristen. Baginya, Kristus adalah gambaran paling sempurna dari hubungan manusia dengan Yang Ilahi, dan Kekristenan menyediakan sarana untuk memperdalam pengalam religius.
- Hermeneutika, Scheleiermacher juga dikenal karena kontribusinya dalam hermeneutika, yakni studi tentang interpretasi teks. Dia mengembangkan pendekatan hermeneutika yang menekankan pemahaman historis dan kontekstual terhadap teks serta pentingnya interpretasi subjektif dalam memahami makna teks.
Kerangka pikir Schleiermacher  mencerminkan perpaduan antara teologi, filsafat dan pendekatan hermeneutika yang mendalam, yang memiliki dampak yang signifikan dalam pengembangan pemikiran teologis dan filsafat modern.
Nacherleben, Kaitannya dengan Audit Pajak
"Nacherleben" adalah istilah dalam bahasa Jerman yang secara harfiah dapat diterjemahkan dalam "mengalami kembali" atau "menghidupkan kembali". Dalam paradigma Friedrich Schleiermacher, konsep nacherleben merujuk pada proses subjektif di mana seseorang mengalami kembali atau menghidupkan kembali pengalaman yang telah dialami oleh seseorang yang lain, seperti dalam pengalaman membaca atau mendengarkan kisah.
Nacherleben berkaitan dengan paradigma berpikir Schleiermacher dalam pendekatan hermeneutikanya. Schleiermacher menekankan pentingnya interpretasi subjektif dalam memahami teks-teks agama, khususnya Alkitab. Baginya pembaca atau pendengar harus dapat mengalami kembali pengalaman yang sama yang dialami oleh penulis asli teks tersebut. Dengan kata lain, untuk memahami teks dengan benar, seseorang harus dapat merasakan kembali makna yang terkandung dalam teks tersebut dengan cara yang serupa dengan penulisnya. Konsep nacherleben ini menyoroti pendtingnya empati dan pengalaman subjektif dalam proses interpretasi teks. Hal ini menunjukkan pendekatan hermeneutikanya yang menekankan pada dimensi subjektivitas dalam memahami dan merespons.
Dalam konteks audit pajak, kita dapat mempertimbangkan konsep nacherleben dalam hal interpretasi dan pemahaman ulang informasi keuangan atau data yang terkait dengan audit pajak. Meskipun istilah ini dalam konteks audit pajak adalah hal yang kurang lazim, kita tetap dapat melihatnya dalam analaogi yang mungkin berguna.
Dalam audit pajak, auditor bertanggung jawab untuk memeriksa catatan keuangan dan informasi lainnya yang relevan untuk memastikan kepatuhan dengan peraturan perpajakan dan standar akuntansi yang berlaku. Konsep nacherleben dapat diterapkan dalam dua aspek, yaitu:
- Interpretasi subjektif, Auditor harus mampu memahami konteks bisnis dan transaksi yang sedang diaudit secara subjektif. Mereka harus dapat mengalami kembali situasi dan kondisi yang mendasari transaksi keuangan untuk memahami dengan tepat bagaimana catatan keuangan terbentuk dan apakah mereka mencerminkan realitas bisnis dengan benar.
- Merasakan kembali pengalaman, Auditor juga harus mampu menghidupkan dan merasakan kembali pengalaman yang mungkin dialami oleh pelaku bisnis atau individu yang terlibat dalam transaksi keuangan. Ini bisa mencakup pemahaman akan keputusan bisnis yang diambil dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pencatatan keuangan.
Dengan menggunakan konsep nacherleben dalam audit pajak, auditor dapat mengadopsi pendekatan yang lebih holistik dan berorientasi pada konteks dalam mengevaluasi kepatuhan perpajakan dan keakuratan pelaporan keuangan. Ini dapat membantu auditor dalam memahami secara lebih baik implikasi dari informasi keuangan yang sedang diperiksa dan memungkinkan mereka untuk membuat penilaian yang lebih akurat.Â
Penggunaan konsep nacherleben dalam audit pajak dapat memberi beberapa keuntungan, yakni:
- Pemahaman yang lebih baik, dengan menerapkan nacherleben dan memahami konteks bisnis dan keputusan yang telah dibuat maka Auditor akan menghargai kompleksitas situasi dan faktor yang mempengaruhi catatan keuangan.
- Klarifikasi pemahaman, nacherleben memungkinkan auditor untuk melakukan klarifikasi lebih lanjut terkait dengan informasi keuangan yang diberikan oleh Wajib Pajak. Dengan cara ini, auditor dapat lebih memahami pemikiran dibalik keputusan dan transaksi yang terjadi, sehingga memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi potensi risiko dan atau kejanggalan.
- Identifikasi potensi kesalahan atau penipuan, dengan merasakan kembali pengalaman yang mendasari transaksi keuangan, auditor dapat lebih peka terhadap tanda-tanda kecurangan atau kesalahan yang mungkin terjadi. Ini memungkinkan mereka untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memverifikasi kepatuhan dan keakuratan pencatatan keuangan.
- Kerja sama yang lebih baik, dengan mengadopsi pendekatan yang lebih berorientasi pada pemahaman dan empati terhadap situasi Wajib Pajak, auditor dapat membangun hubungan yang lebih baik dengan klien merkea. Hal ini dapat memfasilitasi kolaborasi yang lebih efektif selama proses audit dan memungkinkan penyelesaian yang lebih cepat atau lebih lancar.
- Pengidentifikasi solusi atau rekomendasi perbaikan, dengan memahami secara lebih baik konteks dan pemikiran di balik transaksi keuangan, auditor dapat memberikan rekomendasi yang lebih bermanfaat bagi Wajib Pajak atau entitas yang sedang diperiksa. Hal ini dapat berupa saran untuk perbaikan proses bisnis, kebijakan maupun praktik yang dapat meningkatkan kepatuhan efisiensi.
Meskipun konsep nacherleben dapat memberikan beberapa keuntungan, penggunaan teknik ini juga memiliki beberapa kekurangan. Beberapa kritik yang bisa diajukan misalnya terkait faktor subjektivitas, di mana hal ini dapat mengarah pada penilaian yang tidak konsisten antara auditor yang berbeda atau antara audit yang berbeda terhadap entitas yang sama. Subjektivitas ini dapat mengurangi keandalan dan konsistensi proses audit. Hal berikutnya terkait dengan keterbatasan empati, di mana meskipun auditor dapat berusaha memahami konteks dan pemikiran Wajib Pajak, terdapat keterbatasan dalam seberapa jauh mereka dapat mengalami kembali pengalaman tersebut.Â
Beberapa faktor seperti perbedaan budaya, latar belakang bisnis ataupun situasi yang kompleks mungkin sulit dipahami sepenuhnya oleh auditor. Kemudian ada risiko bias yang membuat auditor mungkin cenderung melihat situasi dari perspektif yang sama dengan klien atau terlalu memahami argumen yang diajukan tanpa mempertimbangkan secara kritis informasi yang diberikan. Auditor juga mungkin terlalu fokus pada aspek subjektif dan kurang memperhatikan bukti konkret yang ada. Nacherleben juga menghadirkan tantangan dalam hal verifikasi objektif, karena terlalu bergantung pada pengalaman dan interpretasi yang subjektif, sehingga sulit untuk menguji secara objektif seberapa akurat atau valid interpretasi yang dibuat oleh auditor.
Mempertimbangkan kritik tersebut, penting bagi auditor untuk menggunakan pendekatan nacherleben dengan hati-hati, memperhatikan keseimbangan antara empati dan objektivitas, serta memastikan bahwa penilaian mereka didasarkan pada bukti dan fakta yang solid.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI