Mohon tunggu...
Baqiyatus Sholikhah
Baqiyatus Sholikhah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Animal Science

Student"s at Diponegoro University

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemeliharaan Burung Jalak Suren

16 Desember 2021   22:00 Diperbarui: 16 Desember 2021   22:04 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Penulis: Ibrahim Suryandana Putra, Mira Ndaru Pertiwi, Wulan Budi Asmoro, Viki Azrhori C, Purbo Anggoro                         

Program Studi S1 Peternakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang, 50275

Sturnus contra atau yang sering dikenal dengan Jalak Suren merupakan salah satu spesies jalak yang banyak ditemukan di Benua India dan Asia Tenggara. Spesies ini hidup dalam kelompok kecil dan sering ditemukan di dataran rendah. Burung jalak suren tergolong menjadi lima subspesies yang memiliki bulu yang bervariasi. Burung jalak suren termasuk dalam LC atau resiko rendah di IUCN. Di Indonesia pada tahun 70-an, burung jalak suren banyak dijumpai secara liar di Pulau Jawa. Namun populasi burung ini berkurang drastis yang disebabkan karena penggunaan pestisida yang berlebihan oleh penduduk Indonesia. Oleh karena itu, untuk mencegah kelangkaan maupun kepunaah spesies burung jalak suren ini, pada saat ini burung jalak suren sudah banyak dilakukan penangkaran dan dikembangbiakkan.

Burung Jalak Suren merupakan salah satu unggas famili Sturnidae dengan nama ilmiah (Sturnus contra) yang memiliki ukuran tubuh dewasa sekitar 24 cm dengan berat tubuh sekitar 75 sampai 100 gram. Burung jalak suren memiliki ciri-ciri yaitu memiliki bulu berwarna hitam dan putih, iris mata berwarna abu-abu, kulit tanpa bulu di sekitar mata berwarna jingga, paruh merah dengan ujung berwarna putih, kaki berwarna kuning, dan bentuk sayap yang agak bulat. 

Burung jalak suren kebanyakan mencari makan di atas tanah seperti cacing dan satwa kecil lainnya. Dari segi fisik, terdapat perbedaan antara burung jalak suren jantan dan jalak suren betina. 

Adapun perbedaan burung jalak suren jantan dengan jarak suren betina berdasarkan fisiknya yaitu urung Jalak Suren jantan memiliki bentuk tubuh lebih besar, panjang dan terlihat lonjong daripada jalak suren betina. Pada bagian bulunya juga terdapat perbedaan, diantaranya yaitu bulu burung jalak suren jantan tampak lebih mengkilap dan cerah dibagian kepala, dada, dan juga punggung. 

Ekor bulung jalak suren jantan pun juga lebih panjang dengan posisi bulu-bulu yang lebih menyatu. Pada bagian perut jalak suren jantan memiliki warna putih dan tampak lebih bersih daripada jalak suren betina. Selain dari bentuk fisik, perbedaan jenis kelamin burung jalak suren dapat dilihat dari suara kicaunya. Burung jalak suren jantan memiliki kicauan yang lebih nyaring, lantang, dan bervariasi daripada burung jalak suren betina.

Oleh karena itu, banyak suara burung jalak suren jantan sering dijadikan masteran burung fighter. Selain itu, burung ini juga mempunyai kecerdasaan yang tinggi sehingga lebih mudah memahami suara masteran dan mudah dijinakkan. Burung jalak suren juga mampu untuk meniru suara manusia, kemampuan ini membuat burung jalak suren populer sebagai burung peliharaan maupun perlombaan. 

Dengan melihat hal tersebut, banyak pecinta burung yang membeli burung jalak suren dengan harga cukup tinggi untuk dipelihara dan mengikuti perlombaan. Burung Jalak suren ini juga dianggap menguntungkan bagi petani sebab burung ini memangsa serangga yang dapat merusak panen di lahan pertanian.

Burung jalak suren merupakan burung omnivora atau pemakan segala baik dari hasil tumbuhan biji dan buah hingga serangga. Oleh karena itu, pemeliharaan burung jalak sangat mudah dalam pemberian pakan. Pakan Burung jalak suren sangat mudah ditemukan yang dapat dijumpai di toko penjual pakan, pakan tersebut berupa voer, pisang kepok, pepaya, kroto, jangkrik serta serangga hidup lainnya. Pemberian pakan jalak suren dibedakan menjadi 2 yaitu pemberian pakan anakan jalak dan jalak dewasa.  

Saat anakan pakan yang diberikan berupa voer yang telah dihaluskan dan diseduh dengan air hangat agar lebih mudah untuk dicerna, pemberian pakan dapat menggunakan spuit sedikit demi sedikit. Pemberian pakan dilakukan setiap 1 jam sekali dan dikurangi secara bertahap sampai Jalak Suren bisa makan sendiri.

Setelah anakan Jalak Suren bisa makan sendiri, maka bisa diberikan jenis pakan tambahan berupa jangkrik sebanyak 5 ekor, frekuensi pemberian 3 kali sehari untuk mempercepat masa pertumbuhan. Pakan utama yang diberikan pada jalak suren dewasa berupa voer dan pakan tambahan berupa jangkrik dan kroto. Juga bisa diberikan buah seperti pisang dan pepaya sebagai sumber vitamin. Pemberian pakan tambahan atau jangkrik dapat diberikan sebanyak 2-5 ekor per hari dan kroto sebanyak 2 kali seminggu.

Dalam budidaya burung jalak suren ini sendiri terdapat 3 jenis kandang yang digunakan: 1) kandang dewasa/ kandang kawin, 2) kandang penjodohan, dan 3) kandang anakan. Kandang kawin/kandang dewasa digunakan untuk proses perkawinan pada burung jalak suren setelah melewati proses penjodohan. 

Kandang perkawinan ini memiliki ukuran 1 m x 2 m dengan tinggi 2 m. Dalam kandang perkawinan burung jalak suren harus dilengkapi dengan tempat bertengger untuk memudahkan perkawinan serta disediakan bahan sarang dan glodok untuk tempat meletakkan telur dan tempat mengerami telurnya. 

Kemudian kandang penjodohan digunakan dalam proses penjodohan pada jalak suren. Kandang penjodohan ini berupa kandang individu bermodel gantung dengan ukuran 30 cm x 30 cm dengan tinggi 40 cm. Dimana burung jalak suren yang akan dijodohkan diletakkan pada kandang tersendiri, kemudian saling didekatkan. Selanjutnya adalah kandang anakan yang digunakan untuk tempat anakan yang telah diambil dari sarang burung jalak suren dewasa. Kandang anakan ini berupa inkubator yang dapat membuat anakan pada jalak suren terasa hangat seperti saat dierami induknya. Besar kandang anakan ini disesuaikan dengan banyaknya anakan yang dihasilkan.

Upaya untuk meningkatkan jumlah populasi dalam budidaya dapat dilakukan dengan proses pengembangbiakan atau perkawinan. Pengembangbiakkan burung Jalak Suren diawali dengan proses penjodohan terlebih dahulu sebelum dilakukan proses perkawinan. Umur yang ideal untuk penjodohan yaitu pada umur 10 -- 12 bulan. Teknik penjodohan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Apabila populasi yang dimiliki cukup banyak maka penjodohan bisa dilakukan secara bebas. 

Artinya, masing-masing burung dibebaskan memilih pasangan. Sepasang burung dikatakan berjodoh apabila saling berdekatan dan saling menyahut saat berkicau. Burung yang sudah jodoh harus dipindahkan dalam kandang penjodohan. Biasanya burung yang sudah jodoh akan menjadi lebih agresif di antara yang lain dan menyerang sesamanya atau sebaliknya jika diganggu oleh yang lain. Hal ini dapat menghambat proses perkawinan dan perkembangbiakan selanjutnya. 

Apabila burung yang dimiliki hanya sepasang maka penjodohan dapat dilakukan dengan mendekatkan betina ke jantan yaitu dengan memasukkan burung betina ke dalam sangkar kecil atau sangkar gantung dan burung jantan dibiarkan dalam kandang penangkaran. Selanjutnya, sangkar kecil berisi burung betina dimasukkan ke dalam kandang penangkaran.

Perkawinan burung Jalak Suren terjadi selama 2 -- 4 minggu setelah penjodohan. Proses perkawinan bila berhasil dilakukan kemudian burung akan membuat sarang untuk bertelur. Dalam kandang peternakan Jalak Suren dapat dirangsang untuk membuat sarang. Hal ini dapat dilakukan dengan meletakkan bahan sarang seperti jerami, akar sulur yang panjang, ranting-ranting, atau daun-daunan di beberapa tempat yang layak untuk bersarang misalnya pada tanaman yang memiliki banyak cabang kuat, terlidung, dan aman dari gangguan diberi tatanan dasar sarang. Pembuatan sarang berlangsung selama 5 -- 10 hari. 

Telur yang dihasilkan dalam sekali perkawinan. Proses perkawinan tersebut akan diperoleh telur jalak suren sejumlah 3 -- 4 butir, berwarna biru, dan berukuran 19,8 x 27,7 mm. Telur tersebut akan menetas setelah 14 hari dierami oleh indukan ataupun menggunakan alat penetas telur.

Untuk meningkatkan nilai jual burung Jalak Suren dapat dilakukan pemasteran saat burung masih anakan, hal ini dikarenakan daya ingat burung yang masih baik sehingga burung akan terbiasa dengan suara yang diberikan yang nantinya akan ditirukan. Kegiatan ini dapat dilakukan di pagi, siang, dan sore hari. Kegiatan pemasteran dapat dilakukan dengan menggunakan audio mp3 ataupun burung asli yang memiliki suara yang diinginkan atau unik. Untuk penjualan atau panen burung Jalak Suren disesuaikan dengan permintaan pasar, biasanya sekitar umur 2 minggu dan anakan jalak suren yang berusia lebih dari 3 bulan.

Pemasaran jalak suren dapat dibilang cukup mudah, terutama penjualan didaerah Klaten yang merupakan pusat budidaya jalak suren, pemasaran jalak suren dapat dilakukan secara online maupun offline. Pemasaran secara online dapat dilakukan dengan cara memposting diberbagai sosial media seperti whatsapp, website, instagram, facebook, gmaps, dan sebagainya. Transaksi jual beli dapat dilakukan secara COD atau calon customer mendatangi lokasi budidaya jalak suren secara langsung. 

Sedangkan pemasaran secara offline dilakukan dengan cara mengikutkan jalak suren lomba kicau mania, jalak suren dengan kicauan yang bagus tentunya akan menjadi incaran bagi pecinta jalak suren, sehingga ini akan mempermudah dalam mencari penawaran tertinggi, dengan mengikutkan lomba kita juga dapat sekaligus memeperkenalkan usaha budidaya jalak suren pada khalayak sehingga usaha inipun akan semakin dikenal oleh banyak kalangan.

Perencanaan biaya pada budidaya jalak suren terbilang cukup mahal yang bisa mencapai kurang lebih Rp 16.000.000, dengan spesifikasi perencanaan yang dibagi atas investasi, biaya tetap dan biaya operasional. Perencanaan Investasi merupakan perencanaan biaya pokok dimana terdiri dari pembelian calon indukan, pembangunan kandang dan peralatan. Jika harga calon indukan diasumsikan mengikuti perkembangan pasar maka biaya yang diperlukan bisa mencapai Rp 12.000.000 untuk 20 ekor jalak suren. Pembangunan kandang diperkirakan dihitung dari beberapa sistem pemeliharaan yang meliputi kandang penjodohan, kandang koloni, kandang tetas, dan kandang pembesaran, yang dapat mencapai angka Rp 2.000.000 untuk 10 kandang. Disusul dengan biaya peralatan yang dapat digunakan secara permanen dengan total biaya Rp 663.358.

Perencanaan biaya tetap bisa diasumsikan dalam penggunaan air dan listrik yang bisa diperkirakan mencapai Rp 120.000, disusul dengan perencanaan biaya operasional yang meliputi pakan dan obat obatan yang sudah lebih dari cukup dan biaya mencapai kurang lebih Rp 700.000, yang terdiri dari pakan buah, pakan hewan hidup, dan pakan jadi pabrikan (voer). 

Usaha perencanaan pengembangan Burung Jalak suren akan tetap hidup jika ada pemasukan dari penjualan yang dilakukan, proses perencanaan ini bisa kita lihat dari perkembangan pasar dengan asumsi penjualan anakan burung jalak suren, dengan kata lain usaha ini tidak memerlukan waktu yang cukup lama untuk segera balik modal. 

Jika diasumsikan dari 10 pasang burung jalak suren ini menghasilkan 2 anakan dan tetap hidup, dapat dikatakan mampu menghasilkan 40 ekor burung jalak suren, dengan harga Rp 480.000/ekor, maka pemasukan bisa mencapai Rp 19.200.000, dikatakan pemasukan tersebut bisa menutup seluruh perencanaan biaya awal yang dilakukan untuk membangun perencanaan budidaya burung jalak suren.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun