Perlawanan Terhadap Karakter Homo Homini Lupus
Usaha pencarian manusia terhadap kualitas kualitas unggul dimulai dari era para filosof Yunani kuno, sejak era Socrates, Plato, Aristoteles kemudian dilanjut dengan era Konghucu, Budha, Hindu, Kristen dan Islam, kemudian era era sains seperti William Hunt, Sigmund Freud , BF Skinner,dst.
Apa yang disampaikan semuanya berusaha menguak tabir dari jiwa manusia. Dan memberikan teori dan argumen tentang kepribadian manusia yang kompleks.Â
Dengan tujuan yang sama yaitu meletakkan dasar pengetahuan bahwa manusia adalah makhluk dengan prototipe unggul dan mulia, serta menanamkan kesadaran tentang pentingnya nilai agama, etika, norma dan moral untuk mencegah munculnya jiwa hewani yang tidak terkontrol
Sehingga boleh dikatakan pengetahuan tentang diri dan jiwa manusia akan mengantarkan ke kesadaran yang mampu mengartikulasikan nilai nilai etika dan moral ke dalam kehidupan
Apresiasi dan Simpati terhadap Diri Sendiri
Dalam perjalanan menuju pada nilai nilai kemuliaan jiwa, perlu adanya transformasi jiwa dari rendah menuju mulia, dari rapuh menjadi kuat, mengubah kualitas tembaga menjadi emas.
Beberapa hal terkait edukasi dan pengendalian jiwa, Â agar tertanam nilai nilai keluhuran agar tidak dikuasai kondisi homo homini lupus, yaitu :
- bahwa kemuliaan diri bukan disebabkan oleh orang lain, tapi lebih dikarenakan oleh nilai nilai yang dianut dan diyakini kebenaran serta keluhurannya oleh diri kita sendiri serta memegang teguh nilai nilai tersebut
- pentingnya ketahanan  dan kematangan jiwa, dimana hanya dapat ditumbuhkan dengan membuat seseorang  mengalahkan berbagai kesulitan dan kehilangan yang dialami dalam hidupnya