Homo Homini Lupus artinya manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Istilah ini dikumandangkan pertama kali oleh Plautus dalam karyanya berjudul Asinaria (195 SM)
Adagium Homo Homini Lupus menggambarkan bahwa manusia bisa menjadi kejam dan buas layaknya serigala. Hal ini terkait dengan gen manusia yang didalamnya berisi jiwa kebinatangan/hewani (animal soul)
Jiwa Hewani adalah jiwa dimana karakter pokok jiwanya adalah hidup dan beraktivitas dengan dukungan indra dan insting. Sehingga dengan jiwa hewani manusia bisa sangat kejam dan buas terhadap sesamanya
Akal dan norma tidak berlaku lagi dalam konsep jiwa hewani, sehingga tidak terdapat lagi nilai keberadaban
Dan sepertinya kondisi sekarang menunjukkan kondisi ini, seperti contoh kasus :
- seorang polisi membunuh ibu kandungnya dengan memukul kepala ibunya dengan tabung gas
- seorang istri membakar suaminya atau sebaliknya
- seorang pimpinan pondok pesantren menodai santrinya sendiri
Peristiwa diatas adalah contoh bahwa jiwa hewani manusia telah menguasai seorang manusia sehingga dia bertindak diluar norma dan susila
Perlawanan Terhadap Karakter Homo Homini Lupus
Usaha pencarian manusia terhadap kualitas kualitas unggul dimulai dari era para filosof Yunani kuno, sejak era Socrates, Plato, Aristoteles kemudian dilanjut dengan era Konghucu, Budha, Hindu, Kristen dan Islam, kemudian era era sains seperti William Hunt, Sigmund Freud , BF Skinner,dst.
Apa yang disampaikan semuanya berusaha menguak tabir dari jiwa manusia. Dan memberikan teori dan argumen tentang kepribadian manusia yang kompleks.Â
Dengan tujuan yang sama yaitu meletakkan dasar pengetahuan bahwa manusia adalah makhluk dengan prototipe unggul dan mulia, serta menanamkan kesadaran tentang pentingnya nilai agama, etika, norma dan moral untuk mencegah munculnya jiwa hewani yang tidak terkontrol
Sehingga boleh dikatakan pengetahuan tentang diri dan jiwa manusia akan mengantarkan ke kesadaran yang mampu mengartikulasikan nilai nilai etika dan moral ke dalam kehidupan
Apresiasi dan Simpati terhadap Diri Sendiri
Dalam perjalanan menuju pada nilai nilai kemuliaan jiwa, perlu adanya transformasi jiwa dari rendah menuju mulia, dari rapuh menjadi kuat, mengubah kualitas tembaga menjadi emas.
Beberapa hal terkait edukasi dan pengendalian jiwa, Â agar tertanam nilai nilai keluhuran agar tidak dikuasai kondisi homo homini lupus, yaitu :
- bahwa kemuliaan diri bukan disebabkan oleh orang lain, tapi lebih dikarenakan oleh nilai nilai yang dianut dan diyakini kebenaran serta keluhurannya oleh diri kita sendiri serta memegang teguh nilai nilai tersebut
- pentingnya ketahanan  dan kematangan jiwa, dimana hanya dapat ditumbuhkan dengan membuat seseorang  mengalahkan berbagai kesulitan dan kehilangan yang dialami dalam hidupnya
- ketahanan dan kematangan jiwa tidak dapat dikembangkan melalui training khusus tetapi pada pendidikan dalam realitas kehidupan
- pengetahuan dan kesadaran, linier dengan ketahanan dan kematangan jiwa
Sehingga arogansi sikap homo homini lupus bisa dikendalikan melalui pengetahuan untuk membentuk kesadaran tentang jiwa manusia yang berkualitas unggul dan mulia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H