by   :  Sarlin Leo
RASA SAKIT MERINTIH
LUKA MENGANGA MENJERIT
MENERIAKAN KEGETIRANNYA
SUARA HATI MENARIK NYAWA UNTUK PERGI
SUARAKU MATI SUDAH
HANYA KERETAKAN GIGI YANG TERSISA
NYIURKU HILANG BERSAMA JEMARIKU
KINI TINGGAL TUBUH KURUS TAK BERJIWA
DARAHKU YANG DAHULU SUCI
KINI BAK PELACUR YANG TERKUTUK
NAFASKU YANG DAHULU HARUM
KINI BAK RACUN YANG MENUSUKÂ
DAHULU AKU KAU SAYANGI
KAU SIRRAMI DENGAN KASIH SAYANG
TUBUHKU KAU CINTAI SEPERTI BIDADARI
KAU JAGA SEPERTI BAYI YANG DITIMANG
HIJAUKU HILANG SUDAH
KESEJUKAN DARIKU KINI SIRNAH
PASRAHKU KEMBALI PADA SANG PENCIPTA
SAMBIL BERHARAP PADAMU RASA IBA
ITULAH HATIMU MANUSIA
PIKIRAN YANG TANPA KATA PUAS
KESERAKAHAN YANG TIADA TARA
KEINGINAN YANG SELALU HAUS
JANGAN LAGI KAU CARI AKU
JANGAN TANYA DIMANA AKUÂ
KITA BERPISAH ATAS MAUTÂ
SUDAH CUKUP JANGAN KAU BERKELUT
AKU YANG KAU SEBUT POHONÂ
AKU PAMIT DENGAN MEMOHON
MAMPUSLAH KAU DIKOYAK SEPI
MATILAH KAU MENYENDIRI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H