Mohon tunggu...
Banyu Wijaya
Banyu Wijaya Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

#nusantaraindonesiatrulyuniversa

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Wahai Centeng Penjagal (Cuplikan 'Sufi Ndeso Vs Wahabi Kota')

22 Desember 2012   10:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:12 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya karena kebijakan Neo-Liberal yang mengikuti skenario bikinan George Soros tentang a global open society, masyarakat global yang terbuka di mana masyarakat harus bersaing secara bebas tanpa dibatasi sekat-sekat entnisitas, bahasa, budaya, agama, bahkan teritorial negara. Inila era global. Yang menang menjaid kelompok determinan yang disebut Kapitalis. Yang kalah menjadi kelompok tersubordinasi yang disebut disposable people," kata Sufi Sudrun menjelaskan.

"Ya, ya, aku pernah baca tentang teori Masyarakat Terbuka-nya Soros itu," kata Bambang manggut-manggut, "Tetapi aku tidak sampai berpikir kejadiannya akan bisa seperti ini. Aku hanya berpikir negara, negara yang menerapkan konsep Soros itu akan menjadi pasar bebas dan bukan lagi negara."

"Justru setelah ajdi negara, segala sesuatu mengikuti hukum pasar," kata Sufi Sudrun, "Segala sesuatu mempunyai harga sendiri-sendiri. Maksunya, siapa yang hidup di pasar wajib punya uang untuk membeli sesuatu. Tidak ada yang gratis. Mau pinter bersekolah harus punya duit. Mau jadi kades harus punya duit untuk beli suara. Mau jadi DPRD, DPR, Bupati, Gubernur, bahkan PNS harus punya duit. Orang sakit dan bahkan mati pun harus punya duit. Tidak ada kuburan gratis. Semua harus bayar. Nah, para kapitalis pemilik duit, dialah raja diraja yang dapat membeli apa saja dan siapa saja."

"Jadi kasus pembantaian Lampung itu akhirnya bagaimana?" tanya Bambang.

"Ya, selesai begitu saja karena pengusaha punya uang yang dapat digunakan untuk membeli apa saja. Kalau pun dicari kambing hitam, ya aparat rendahan yang disalahkan dan dimasukkan bui."

"Mbah Kiai," kata Bambang meminta fatwa kepada Guru Sufi, "Bagaimana dengan warga yang tewas disembelih binatang-binatang biadab itu?"

Belum lagi Guru Sufi menjawab, Sufi Jadzab sudah menukas, "Warga yang tewas dijagal mati syahid karena mereka mati membela hak mereka yang dirmapas. Mereka syahid karena diusir semena-mena dari tanah kelahirannya."

"Bagaimana dengan centeng-centeng yang menjagal warga?"

"Mereka itu babi-babi yang sudah kehilangan iman karena pekerjaan mereka adalah membunuh untuk memperoleh upah. Darah mereka halal untuk ditumpahkan dengan alasan qishash," sahut Sufi Jadzabdengan suara tinggi. Lalu dengan isyarat tangan ke atas Sufi Jadzab berdoa dengan suara lantang, "Ya Allah, timpakanlah adzab pedih kepada makhluk-Mu yang mencari nafkah dengan membunuh manusia. Tumpaslah dengan macam-macam bala mereka yang dihidupi dengan nafkah membunuh itu. Berikan umur panjang kepada para pembunuh itu dengan beban penderitaan yang terpedih menurut-Mu."

"Amiin ...," seru warga serentak sambung-menyambung, "Ya Robbal 'alamin."

+++

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun