"Daya, bagaimana keadaanmu sekarang?" ... tanya Eyang Sepuh itu. Eyang Sepuh adalah panggilan sebutan terhadap sesepuh lembah ngarai tersebut yang dituakan dan memang diperkirakan sudah berusia seratus tahun lebih. Â
...
"Alhamdulillah baik-baik, Eyang." ... Â Meskipun kesedihan dihati yangf mendalam nampak pada raut muka Si Daya. Anak muda belasan tahun yang nampak perkasa pada otot-otot lengan yang terbiasa bekerja keras demi cita-cita yang akan diraihnya di masa mendatang. Ayahnya saat sebelum terjadi bencana banjir bandang menerjang tanpa ampun ke lembah ngarai tersebut selalu mengajaknya dalam segela kegiatan bercocok tanam, beternak segalanya termasuk kambing, domba, unggas dan ikan tawar. Dari nampak penampilannya yang kokoh saat berdiri dengan kaki yang kuat menhujam dalam bumi pertiwi.Â
Ketegaran jiwani anak muda tersebut telah nampak hasil tempakan alam dan sikap perilaku perihatin yang telah diajarkan para sesepuh lembah ngarai tersebut. Eyang Sepuh sebagai awalan masyarakat lembah ngarai tersebut telah menanamkan jiwa kesatria pada lingkungannya, juga percaya diri terhadap kemampuan daya yang ada pada diri sendiri untuk bergerak berjuang dalam mencukupi kebutuhan pangan sandang dan papan bagi diri dan keluarga juga masyarakat sekitarnya. Tata kehidupan yang sudah mencukupi kebutuhan lahir batin yang aman tenteram dan menjamin bahagia bagi semua unsur masyarakat yang damai lahir batin.Â
Dari bekas-bekas tata bangun yang hampir tidak terlihat akibat dari banjir bandang yang terjadi bebeberapa waktu yang lalu seperti sudah terenca dengan baik. Tata ruang yang menpunyai makna tersendiri dalam keharmonisan bermasyarakat dengan memperhatikan keseimbangan alam sekitarnya dengan baik dan harmoni.
Sebagai peletak batu pertama kehidupan masyarakat di lembah ngarai tersebut sepertinya Eyang Sepuh adalah seorang yang telah mempunyai kepinteran dasar, juga keprigelan dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki dan dipahami dengan utuh lagi benar bagi diri sendiri dan masyarakat sekitarnya. Tiada bosan membimbing orang-orang yang ikut bergabung untuk membangun lembah ngarai tersebut sejak awal kehadiran mereka di lembah ngarai tersebut.Â
suatu tatanan kehidupan yang penuh arti dibina terus dengan baik, bahakan di waktu tertentu semua warga masyarakat mengadakan acara bersih ngarai atau syukuran pada yang telah memberi segala hal tersebut. Tentu saja Sang Maha Pencipta yang penuh Kasih Sayang. Syukuran yang selalu disadari akan penting syukur itu sebagai wujud kewajiban ber terima kasih pada Tuhan juga makhluk yang bekerja sama dengannya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H