Pada suatu waktu yang penuh dengan kesejukan suasana alam sekitarnya, di malam yang tenang mengandung segala rahasia dalam ketenangan hati yang selalu berdzikir mengingat menyatukan diri dengan segala karunia Sang Pemberi. Malam-malam yang penuh dengan arti serta hikmah hidup dan kehidupan ini.Â
Cinta kalimat yang penuh gairah hidup, kalimat yang selalu menyemangati jiwa-jiwa untuk bergerak dan berjuang selalu mengarah pada kebaikan-kebaikan di awal hingga akhirnya. Â Â
Pada saat itu di suatu lembah yang selama ini selalu dalam kedamaian, hidup masyarakat yang penuh kesederhanaan, semua kebutuhan tercukupi dengan swadaya hidup saling membantu adalah budaya yang ditanamkan dalam jiwa setiap generasi oleh para pendahulunya.Â
Terjadilah peristiwa yang membuat semua penghuni perkampungan itu harus meninggalkan tempat tinggal sejak dahulu kala leluhurnya merintis dengan tekun membangun peradaban di lembah ngarai tersebut.Â
Peristiwa yang membuat masing-masing insan manusia menyelamatkan dirinya sendiri. Yang mana menurut sesepuh yang masih hidup dan terselamatkan dari bencana banjir bandang yang belum pernah terjadi sebelumnya.Â
Di perkampungan itu pernah hidup seorang yang punya kelebihan dibanding masyarakat pada umumnya, sehingga sering diminta saran-saran demi kebaikan dari masyarakat sekitarnya untuk hidup yang lebih baik di kehidupan saat ini maupun dimasa mendatang.
Nampaknya sesepuh tersebut yang terselamatkan dari bencana banjir bandang tersebut sedang merenungi kejadian yang baru terjadi beberapa waktu  sambil menikmati kopi sufi. Dalam hatinya selalu mengucapkan syukur tiada henti pada Sang Pencipta segala alam ini, meskipun sebagian penerus masyarakatnya tak terselamatkan dari banjir bandang tersebut.Â
Syukur selalu disampaikan secara lisan maupun perbutan juga hati yang selalu tulus bersyukur setiap saat. Harapan masa depan yang sudah terajut tersusun rapi dan telah terurai berantakan, masih bisa diperbaiki dengan beberapa harapan yang bisa diperoleh dari generasi yang masih ada.
Harapan memperbaiki cita-cita yang sempat terurai keluar dari jalur yang sudah disusun dengan baik dan rapi selama ini. Â Si Daya salah satu keturunan sesepuh itu yang terselamatkan sedang tumbuh subur jiwa raganya, setelah melampaui masa kanak-kanaknya. Jika diperhatikan secara nasab Si Daya termasuk salah satu cicitnya dari jalur anak laki-laki satu satunya.
Juga ada beberapa generasi muda yang terselamatkan dari banjir bandang tersebut karena rumahnya yang kuat menyangkut dibebatuan yang cukup tinggi tak terlampau tingginya air bah yang datang tanpa diundang tersebut.Â
. . .
Kehidupan masyarakat lembah ngarai yang subur makmur itu, memang mempunyai ketrampilan khusus dalam membangun rumah dari kekayuan. Ketrampilan yang diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya sebagai suatu keahlian wajib dimiliki oleh para anak laki-laki selain ilmu bercocok tanam.
Lembah ngarai yang berada tepat diantara bukit-bukit dan pegunungan yang pada saat dimulainya kehidupan bermasyarakat masih mempunyai hutan lebat yang tumbuh pohon-pohon besar sudah puluhan mungkin ratusan tahun hidupnya.Â
Tentu binatang beraneka macam hidup di hutan tersebut, karena ekosistem daur hidup atau kebutuhan bahan makanan tersedia melimpah.Â
Kebun dan persawahan sebagai sumber hidup kehidupan masyarakat tersebut terairi dari sungai yang ada cukup besar yang berhulu dari pegunungan sekitarnya yang tampak kokoh sebagai paku bumi.Â
Air yang cukup bening berkilau mengalir dari hulu ke lembah ngarai tersebut dengan tanpa putus dan juga tanpa hambatan berarti, tidak mengenal musim selalu memberikan kehidupan bagi mahluk hidup sekitarnya. Sungguh penuh kedamaian dan tercukupi semua kebutuhan masyarakat di lembah ngarai tersebut selama ini. Dari alam semesta lingkungannya yang selalu terjaga keseimbangannya.
Di perkebunan maupun persawahan yang tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar tersebut dan juga untuk menjadikan bahan tukar barang dengan bahan kebutuhan yang hanya bisa dipenuhi dari luar lembah ngarai tersebut, semisal garam, juga bahan pakaian yang belum semua dapat dibuat oleh masyarakat dalam lembah ngarai itu.
Kebutuhan akan lauk pauk bagi penghuni lembah ngarai tersebut, juga lebih banyak swadaya peternakan unggas juga kambing. Namun lebih banyak beternak ikan air tawar, karena melimpahnya air bersih dari pegunungan sekitar melalui lembah ngarai menuju laut lepas. Sungguh banyak karunia yang diberikan Sang Pengasih pada masyarakat tersebut.Â
Sebagai wujud terima kasih mereka dengan tetap menjaga keseimbangan alam sekitar, dengan menggunakan secukupnya tak lupa juga menjalankan kewajiban sebagai insan mahluk yanh lemah kepada Sang Pencipta.
...
Sambil menikmati kopi sufi sesepuh lembah ngarai bersama laki cicit satu-satunya, bercampur segala rasa pada dirinya. Sedih campur penyesalan yang dalam namun disadari tak perlu larut tiada henti. Terpercik harapan bahagia sejati karena cinta tulus dari hati yang paling dalam masih ada kesempatan untuk berbahagia kembali bersama masyarakat sekitarnya di masa akan datang.Â
"Daya, bagaimana keadaanmu sekarang?" ... tanya Eyang Sepuh itu. Eyang Sepuh adalah panggilan sebutan terhadap sesepuh lembah ngarai tersebut yang dituakan dan memang diperkirakan sudah berusia seratus tahun lebih. Â
...
"Alhamdulillah baik-baik, Eyang." ... Â Meskipun kesedihan dihati yangf mendalam nampak pada raut muka Si Daya. Anak muda belasan tahun yang nampak perkasa pada otot-otot lengan yang terbiasa bekerja keras demi cita-cita yang akan diraihnya di masa mendatang. Ayahnya saat sebelum terjadi bencana banjir bandang menerjang tanpa ampun ke lembah ngarai tersebut selalu mengajaknya dalam segela kegiatan bercocok tanam, beternak segalanya termasuk kambing, domba, unggas dan ikan tawar. Dari nampak penampilannya yang kokoh saat berdiri dengan kaki yang kuat menhujam dalam bumi pertiwi.Â
Ketegaran jiwani anak muda tersebut telah nampak hasil tempakan alam dan sikap perilaku perihatin yang telah diajarkan para sesepuh lembah ngarai tersebut. Eyang Sepuh sebagai awalan masyarakat lembah ngarai tersebut telah menanamkan jiwa kesatria pada lingkungannya, juga percaya diri terhadap kemampuan daya yang ada pada diri sendiri untuk bergerak berjuang dalam mencukupi kebutuhan pangan sandang dan papan bagi diri dan keluarga juga masyarakat sekitarnya. Tata kehidupan yang sudah mencukupi kebutuhan lahir batin yang aman tenteram dan menjamin bahagia bagi semua unsur masyarakat yang damai lahir batin.Â
Dari bekas-bekas tata bangun yang hampir tidak terlihat akibat dari banjir bandang yang terjadi bebeberapa waktu yang lalu seperti sudah terenca dengan baik. Tata ruang yang menpunyai makna tersendiri dalam keharmonisan bermasyarakat dengan memperhatikan keseimbangan alam sekitarnya dengan baik dan harmoni.
Sebagai peletak batu pertama kehidupan masyarakat di lembah ngarai tersebut sepertinya Eyang Sepuh adalah seorang yang telah mempunyai kepinteran dasar, juga keprigelan dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki dan dipahami dengan utuh lagi benar bagi diri sendiri dan masyarakat sekitarnya. Tiada bosan membimbing orang-orang yang ikut bergabung untuk membangun lembah ngarai tersebut sejak awal kehadiran mereka di lembah ngarai tersebut.Â
suatu tatanan kehidupan yang penuh arti dibina terus dengan baik, bahakan di waktu tertentu semua warga masyarakat mengadakan acara bersih ngarai atau syukuran pada yang telah memberi segala hal tersebut. Tentu saja Sang Maha Pencipta yang penuh Kasih Sayang. Syukuran yang selalu disadari akan penting syukur itu sebagai wujud kewajiban ber terima kasih pada Tuhan juga makhluk yang bekerja sama dengannya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H