Kemudian tak jauh dari itu mereka menemukan tulang-tulang manusia yang sudah terkubur tanah. Tak lama dua pemuda itu terkejut dengan kedatangan seorang nenek tua yang memakai kebayan berwarna merah muda.Â
Nenek tua memanggil dua pemuda itu, kemudian menceritakan asal usul kebun bunga yang indah ini. Ia sembari menatap bunga-bunga itu mengatakan bahwa dahulu ada seorang wanita cantik yang baik hati. Ia wanita yang enerjik dan tidak pernah sedih dalam hidupnya.Â
Namanya Lone, ia sangat senang dengan mentari terbit ia selalu berdoa ketika pagi, ia menginginkan kehidupan yang bahagia, tanpa kebencian.Â
Suatu saat ia bermimpi melihat dua pemuda yang berkelahi merebutkan dirinya, setelah bangun ia menangis dan memohon kepada sang pencipta agar dirinya tidak pernah dilihat oleh lawan jenis. Ia takut karena dirinya harapan kehidupan yang bahagia justru melahirkan kebencian-kebencian.Â
Wanita cantik itu tak suka keramaian, ia menyukai kesepian dan kesendirian, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke bukit di mana orang-orang tidak bisa menemukan dirinya. Sejak saat itu mimpinya terwujud tak satu pun ada keberadaan orang-orang yang memungkinkan mengatur hidupnya. Ia kini bebas hidup sendiri bersama tanaman dan pohon yang ia rawat setiap hari.Â
Di ujung hidupnya ia berdoa kepada sang pencipta, "Wahai sang pencipta kelak jika engkau mengambil jiwa ini, hamba memohon untuk separuh jiwa hamba engkau jadikan kebun bunga yang indah yang membuat setiap manusia yang melihatnya mengingatkan atas keindahan engkau.Â
Setengah jiwa lainnya hamba mohon berikan kepada wanita-wanita yang baik, yang selalu menjaga dirinya dan yang menginginkan keturunan sebagai hadiah dari engkau". Setelah bercerita nenek tua misterius itu meninggal, sebelum meninggal ia memberi nasihat kepada dua pemuda agar selalu berdamai jika tidak maka kebun bunga ini akan hancur selamanya.Â
Dua pemuda itu terdiam dan mencoba menarik kesimpulan kisah dari nenek tua misterius. Ia sepakat untuk tetap hidup berdamai sampai suatu saat sang pencipta memanggil jiwanya.Â
Dua pemuda itu menjadi penjaga bukit peony, namun karena ketidaktahuan bahwa bunga-bunga ini hanya mekar setahun sekali, terjadi kesalahpahaman dan mereka mencoba saling menyalahkan mengapa kebun yang indah itu tiba hilang seketika.Â
Dan sejak saat itu bukit keindahan tidak pernah tumbuh kembali. Namun separuh jiwanya kini menjadi jiwa-jiwa wanita kuat yang mandiri.Â
Manusia terkadang melupakan waktu, yang menjadikan dirinya tetap komitmen atau melanggar janjinya. Kita tidak pernah bisa mengejar waktu, kita akan hilang oleh waktu seperti kebahagiaan wanita cantik tersebut. Namun setengah jiwa sucinya kini terwariskan kepada generasi-generasi wanita hebat zaman sekarang.Â