Mohon tunggu...
Bannu Subekti
Bannu Subekti Mohon Tunggu... -

Biasakan tersenyum

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Takdir Cerita

26 November 2011   18:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:09 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

langit kau tatap

matahari kau lihat silau mu tak kau rasa

air liur mu menetes tak satu orangpun mau membersihkanya

kau kuat dengan teriakan orang, kau tahan dengan semua cambukan yang kau simpan didalam sakumu

kau tidak pernah menagis akan sebuah rasa kehilangan

kau selalu tenang duduk di sela sela kursi goyang almarhum ayahmu

sadarlah kawan, sadarlah beribu orang mulai mencemoohmu

tapi hanya kau tutupi ddengan kain tipis didepan wajahmu.

aku salutt kawan, aku salut

bangunlah kawan, bangunlah beribu orang mulai memukulimu dari belakang

tapi hanya kau ucapkan ampunilah dosanya mereka tuhan, ketika namamu mulai di absen oleh Tuhan.

tidurlah kawan. itulah takdir ceritamu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun