Dan benar saja, misi pengancuran menara pengacau radio hanya menyisakan lima prajurit: Kopral Ford (Wyatt Russell), Boyce (Jovan Adepo), Tibbet (John Magaro), Chase (Iain De Caestecker), dan Dawson.Â
Bahkan Dawson gugur kena ranjau bom dan lagi-lagi ditayangkan dengan "sadis" secara sinematografis.Â
Untunglah para penyintas itu bertemu seorang perempuan setempat, Chloe (Mathilde Ollivier). Meski harus terlebih dulu melewati sedikit drama, akhirnya keempat prajurit itu beroleh kepercayaan Chloe dan mendapatkan tempat tinggal sementara darinya.Â
Tetapi kemudian kita sadar, ini bukan film perang dengan "pesta" desingan peluru, "muncratan" anggota tubuh, dan dialog ringan penuh makna yang seringkali bikin kita tersadar: perang makan banyak dan aneka korban.Â
Kendatipun lelehan darah banyak tersaji, tetapi bagian cerita paling penting adalah keberadaan makhluk aneh di tengah isu perang. Jerman Nazi diceritakan tengah menciptakan pasukan militer anti-mati.Â
Sosoknya mirip zombie, atau memang zombie. Namun yang satu ini perawakannya tampak kekar dengan tatapan mata yang kosong tetapi beringas.Â
Dan sosok itu hanya tampak menjelang akhir cerita. Di tengahnya adalah proses penciptaan makhluk tersebut alias masa ujicoba di laboratorium tersembunyi di dalam gereja, tempat menara pengacau radio berada.Â
Prajurit Boyce mengetahui hal tersebut. Dan seketika itu juga misi pun bertambah. Selain penghancuran menara pengacau radio, tentara penyintas itu kudu memusnahkan laboratorium percobaan itu.Â
Belakangan, misi bertambah lagi satu: penyelamatan bocah Paul (Gianny Taufer), adik Chloe, yang kena tawan pemimpin Nazi setempat, Wafner (Pilou Asbaek).Â
Sebenarnya, jalan cerita film ini tampak jelas resolusinya. Apalagi misinya sudah terbaca. Namun yang menarik adalah cara menafsir peristiwa sejarah dengan balutan fiksi, cenderung mencemooh, yang tersaji dalam produk sinematik.Â