Tetapi sudahlah, kita hanya melihat hutan, lahan bersalju dan beberapa situasi dan makhluk modifikasi yang sesungguhnya wujud aslinya tidak jauh berbeda dengan yang ada di bumi.Â
Agaknya, film ini memang hanya mau menceritakan upaya Clara mencari jati dirinya. Dan betul, perubahan karakter terjadi.Â
Clara, yang secara mendadak, suka dengan kesendirian dan tidak memedulikan orang di sekelilingnya, termasuk perasaan ayahnya, setelah kematian ibunya, tetiba punya kepedulian besar kepada sekeliling.Â
Ia peduli akan nasib empat alam fantasi peninggalan mendiang ibunya itu.Â
Dan konflik cerita sebatas perebutan kepemilikan kunci yang merupakan pembuka benda serupa telur pemberian ibunya dan sekaligus pencipta makhluk "hidup".Â
Kita tentu tahu akhir ceritanya akan seperti apa. Apalagi latar waktu adalah malam perayaan natal, malam penuh suka cita.Â
Dan ya, pada kata "natal" ini kita dibikin bingung dengan dialog para pemerannya.Â
Penguasa alam sama sekali tidak mengenal apa itu perayaan natal tetapi mereka menyebut dua atau tiga kali hutan pohon natal (Christmas Tree Forest). Â
Lagi-lagi, tekanan cerita seperti mengarahkan pada pencarian identitas protagonis kita, Clara Stahlbaum.Â
Ditambah lagi, ritme (pace) cerita berjalan pelan sekali. Seperti mau mengeksplorasi dialog, menguatkan nuansa, dan mendramatisasi keadaan.Â
Efeknya, muncul sejumlah celah pada dialog, jalan cerita, dan pengembangan konflik.Â