Kita akan merasakan betapa Freddie ingin membuktikan kepada sang ayah bahwa dirinya mampu berpikir, berkata, dan bertindak benar.
Kita pun akan merasakan pesan mendalam tentang tema kekeluargaan yang di dalamnya tidak selalu berjalan baik. Hingga di ujung cerita, kita mendapati perasaan heroik itu.
Di sebuah gelaran konser bertajuk Live Aid di Stadion Wembley pada 1985, Freddie, akhirnya, menunjukkan epos tentang cerita mengenai dirinya.
Kendatipun Bohemian Rhapsody memenuhi standar umum film biopik: tidak menceritakan keseluruhan kisah; menampilkan sisi dramatis; dan berfokus pada satu karakter, film ini masih terasa kurang eksplorasi.Â
Film ini seolah tidak memberikan informasi baru seputar Freddie Mercury apalagi Queen. Jalan ceritanya sesungguhnya bisa kita peroleh informasinya di mesin perambah internet.Â
Alih-alih menyingkap sisi-yang-tak-terceritakan ke khalayak, kita malah disuguhi serangkaian aksi panggung Queen, hal yang bisa kita peroleh di saluran Youtube.
Sebenarnya ada satu sisi yang mau diketahui khalayak. Salah satunya bagian cerita menjelang kematian Freddie karena mengidap AIDS.
Tetapi kehati-hatian Brian May dalam mengeksplorasi sisi Freddie dan keingingannya mengangkat tema kekeluargaan seakan jadi penghalang.
Untuk tujuan ini, kiranya Bohemian Rhapsody berhasil. Seperti tagline-nya: fearless lives forever, Freddie, di film ini, menyampaikan pesan bahwa keberanian sering berujung kemenarangan dan selalu dikenang.
Pelajaran hidup itu tersampaikan dengan apik lewat eksplorasi gaya hidup Freddie "Si Bohemian." Dan puja-puji (rapsodi) untuknya, dan Rami Malek sebagai pemerannya, patut dilayangkan.Â
Terutama untuk keberanian Freddie memilih jalan hidup dan menerima segala konsekuensinya.Â