Memang saat itu, ia gagal menyelesaikan lomba GP Australia. Namun di musim keduanya, masih bersama tim milik perusahaan minuman berenergi, Red Bull, itu, ia berhasil menutup balap, di Sirkuit Albert Park, di urutan ke-10.
Sementara tahun lalu, Verstappen sukses mengunci posisi ke-5 balapan di GP Australia. Dan tahun ini, ancaman nyata untuk mengejar podium satu mulai terlihat. Setidaknya jika berkaca dari hasil FP 1 dan 2.
Siapa sebenarnya Max Verstappen itu?
Kimi Raikkonen pernah menyebutnya sebagai pembalap yang agresif dan tidak jarang gaya balapnya itu membahayakan pengemudi lain. Tapi Valentino Rossi punya pandangan berbeda. Kehadiran Verstappen di ajang F1, bagi The Doctor, adalah sebuah inspirasi.
Ya, jika dilihat dari sisi usia, Verstappen memang masih "bau kencur". Umurnya baru 20 tahun. Tapi kedatangan pertamanya pada 2015 di balapan F1 langsung membetot perhatian penikmat "jet darat" lewat label pembalap termuda dengan usia 17 tahun 166 hari.
Tentu saja itu bukan kejutan bagi Verstappen. Sebab dunia balap merupakan mainannya sejak kecil. Di usianya yang baru menginjak 4,5 tahun, ia sudah berlaga di ajang Gokar. Motivatornya untuk ikut serta di balapan itu tentu saja orang tuanya.
Ayah Verstappen merupakan mantan pembalap F1 periode 1994-2003, Jos Verstappen. Ibunya adalah kampiun kejuaraan Gokar di Belgia, Sophie Kumpen. Kalau perlu menyebutkan pamannya, Anthony Kumpen, ia merupakan salah satu pembapal NASCAR.
Jadi darah balap memang mengalir dalam tubuhnya.
Di musim perdananya tahun 2015, ia menempatkan diri di posisi ke-12 pada akhir kejuaraan F1. Posisinya melesat ke urutan 5, di musim 2016, setelah pindah dari Tim Scuderia Toro Ross ke Red Bull Racing (RBR) yang sama-sama dimiliki Red Bull.
Meskipun tahun lalu ia hanya berhasil mengunci posisi ke-6, namun raihan itu tidak lepas dari banyaknya insiden yang memaksanya gagal menyelesaikan balap.
Tercatat, ada 7 seri balap yang gagal ia selesaikan, termasuk tiga balapan beruntun di GP Kanada, Azerbaijan, dan Austria.