Inilah salah satu wujud totalitas tanpa batas. Suatu bentuk apresiasi setinggi langit atas aneka lukisan karya Vincent van Gogh. Sebuah persembahan seni yang memadukan produk seni rupa dan karya sinematik.
Ya, Loving Vincent,memang bukan film animasi yang biasa kita saksikan sehari-hari. Loving Vincent merupakan animasi lukisan cat minyak pertama di dunia. Untuk memrpoduksinya, diperlukan puluhan ribu bingkai gambar (frames).
Dorota Kobiela, salah satu sutradaranya, seperti dikutip dari BBC, menyebut Loving Vincent bermula dari sebuah film pendek berdurasi tujuh menit yang diciptakannya pada 2008. Ia melahirkan produk animasi itu dari ratusan lukisan cat minyak di atas kanvas yang berperan sebagai frame.
Ia seperti menyimpan ambisi untuk menciptakan karya animasi bernuansa lukisan cat minyak setelah mempelajari teknik lukis Vincent van Gogh dan membaca riwayat hidup pelukis ternama itu.
Dari sana, muncul ide untuk memanjangkan durasi filmnya. Tentu saja ia tidak bisa melakukannya, membuat frame dengan cara melukis di atas kanvas, seorang diri. Waktu yang diperlukan untuk itu bisa mencapai 80 tahun.
Namun tantangan itu ia selesaikan dengan cara merekrut 125 seniman lukis dari 20 negara untuk mencetak 65 ribu frame yang semuanya terdiri atas lukisan cat minyak pada kanvas.
Bukan itu saja, 100 lebih seniman lukis ini harus mempraktikkan teknik yang digunakan Vincent van Gogh saat menciptakan karyanya. Hasilnya, rentang waktu produksi bisa dipangkas menjadi enam tahun.
Tantangan lain muncul: aspek hidup mana yang harus dimasukkan ke dalam alur cerita tentang sosok Vinvent van Gogh mengingat ada sejumlah film mengenainya yang telah tayang? Kita tahu ada film Vincent (1987), Lust for Life (1956), Vincent & Theo (1990),dan Van Gogh (1991).
Tapi duo sutradara, Dorota Kobiela dan Hugh Welchman, tidak kehabisan akal. Buku biografi karangan Steven Naifeh dan Gregory White berjudul Van Gogh: The Life (2011) rupanya menjadi sumber cerita. Penggalan cerita mengenai kontroversi sebab kematian Vincent van Gogh jadi tema kisah.
Ya, Naifeh dan White, dalam bukunya, memunculkan teori lain atas kematian pelukis kelahiran Belanda itu. Vincen van Gogh disebut-sebut tidak meninggal karena bunuh diri melainkan dibunuh.
Kecurigaan inilah yang terus-menerus menghantui seorang tukang pos bernama Joseph Roulin (Chris O'Dowd). Sebagai seorang sahabat Vincent yang senantiasa membantunya mengirimkan surat-surat untuk adiknya Theo, Joseph merasa ada yang aneh di balik kematian Vincent.
Keanehan yang juga dirasakan oleh anak Joseph, Armand Roulin (Douglas Booth), sesaat setelah ia bertemu  dengan orang-orang yang mengenal Vincent semasa hidupnya.
Armand berkesempatan menggali informasi dari kenalan Vincent itu setelah ia dimintai tolong oleh ayahnya untuk memgantarkan surat terakhir Vincent untuk Theo. Surat itu kembali ke kantor pos sebab alamat tujuannya dianggap salah.
Jadilah Armand harus mencari alamat Theo di sebuah dusun dekat Kota Paris, Auvers-sur-Oise. Berbekal satu nama untuk ditemui, yakni Pere Tanguy (John Sessions), pemasok cat minyak bagi pelukis terkenal di Perancis termasuk Vincent, ia menyusuri aneka pecahan informasi mengenai Vincent dan kematiannya sekaligus mengantarkan surat untuk Theo.
Rupanya Theo dikabarkan telah wafat enam bulan setelah kematian Vincent. Pere menyebut kedua kakak-adik itu sebagai two hearts one mind. Theo merasa terpukul atas kematian Vincent dengan cara bunuh diri. Fakta itu seolah mengantarkan Theo pada sebuah penyakit yang berujung pada kematiannya.
Armand sadar jawaban lengkap akan ia peroleh dari dr. Paul Gachet (Jerome Flynn) yang namanya disebut Pere sebagai teman dekat Vincent selama berada di kampung Auvers itu. Namun karena dokter itu sedang berada di luar kota, Armand harus mencari sendiri informasi mengenai Vincent.Â
Apa gunanya informasi itu buat Armand? Pertama, ia ingin menyerahkan surat terakhir Vincent pada orang yang tepat setelah kematian penerimanya, Theo. Kedua, ia ingin membantu melegakan keresahan ayahnya atas kematian Vincent.
Di dusun itu, Armand bertemu beberapa orang yang pernah berhubungan dengan Vincent. Ada Marguerite Gachet (Saoirse Ronan), anak dr. Gachet, yang hidup menyendiri dan pernah mencintai Vincent.Â
Ada juga Adeline Ravoux (Eleanor Tomlinson), pemilik penginapan tempat Vincent menghabiskan malam. Dan ada juga Penjaga Perahu (Aidan Turner) yang mencurigai seorang pemuda bernama Rene Secretan sebagai pembunuh Vincent. Dan dr. Mazery yang membenarkan tuduhan itu.Â
Tentu saja Armand akan memperoleh jawaban pasti kematian Vincent dari dr. Gachet. Jawaban yang melegakan sekaligus memilukan.Â
Inilah plot yang dipilih duo suami-istri sutradara Loving Vincent agar berbeda dengan cerita mengenai Vincent yang pernah ada. Dengan begitu, kita akan kehilangan cerita mengenai sosok utuh Vincent dan bagaimana ia memproduksi karyanya kecuali fakta bahwa ia seorang penyendiri dan memulai karier lukisnya di usia 28 tahun.Â
Tapi kita akan dimanjakan dengan nuansa lukisan karya Vincent di sepanjang film. Sebab setiap fragmen yang tergambar dalam lanskap, potret, dan cuplikan kehidupan terinspirasi dari karya Vincent.
Kita akan melihat potongan karya Sunflowers, Wheatfield with Crows, The Starry Nights, dan Irises dalam film ini. Tentu saja dalam balutan visual effect yang menarik, meskipun sedikit pusing melihatnya di awal cerita.
Efek visual dari lukisan cat minyak yang terlihat nyata. Lihat saja mimik wajah para tokohnya yang representatif, sesuai dengan emosinya masing-masing. Lihat juga perubahan warna langit dari cerah, mendung kemudian hujan. Atau gerak laju kereta lokomotif dan kuda serta luapan asap rokok.
Inilah lukisan cat minyak yang bergerak nyata. Aneka karya Vincent van Gogh yang bercampur dengan puluhan ribu lukisan dari 125 seniman dunia yang menggunakan teknik lukis ala Vincent.
Inilah film yang menggambarkan suasana desa Auvers di tahun 1891 atau satu tahun setelah kematian Vincent pada 29 Juli 1890 di usianya yang ke 37 tahun. Film yang mengingatkan kita akan arti dedikasi dan perjuangan hidup. Perjuangan seorang penyendiri yang mengingini karyanya dikenal dan menyentuh hati penikmatnya.
What am I in the eyes of most people - a nonentity, an eccentric, or an unpleasant person - somebody who has no position in society and will never have; in short, the lowest of the low. All right, then - even if that were absolutely true, then I should one day like to show by my work what such an eccentric, such a nobody, has in his heart -- Vincent van Gogh
-----
Loving Vincent (2017)
Sutradara: Dorota Kobiela, Hugh Welchman; Penulis Skenario:Dorota Kobiela, Hugh Welchman, Jacek Dehnel; Produser:Hugh Welchman, Ivan Mactaggart, Sean M Bobbit; Genre: Animasi, Biografi, Drama, Misteri; KodeRating: +13; Durasi:95 Menit; Perusahaan Produksi:BreakThru Productions, Trademark Films;Bujet Film:US$ 5 Juta
Pemeran:Vincent van Gogh (Robert Gulaczyk), Armand Roulin (Douglas Booth), dr. Paul Gachet (Jerome Flynn), Marguerite Gachet (Saoirse Ronan), Louise Chevalier (Helen McCrory), Tukang Pos Joseph Roulin (Chris O'Dowd), Pere Tanguy (John Sessions), Adeline Ravoux (Eleanor Tomlinson), Penjaga Perahu (Aidan Turner)
sumber data film: IMDB
sumber gambar: narrativemuse.co
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H