Mohon tunggu...
Asep Wijaya
Asep Wijaya Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengajar bahasa

Penikmat buku, film, dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Roger Ebert, Kritikus Film Pertama Peraih Pulitzer

8 Desember 2017   11:58 Diperbarui: 8 Desember 2017   23:30 1652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia larut dalam lamunan: seperti ada yang salah pada profesinya. Orang lain tampak hidup normal. Bangun pagi, mulai kerja saat hari terang, bercengkerama dengan kolega, bersiap pulang kala senja, tidur di waktu langit gelap.

Pria ini cuma punya satu kesamaan dengan "orang normal" itu. Sama-sama bangun pagi. Sisanya, jauh dari gaya hidup orang kebanyakan.

Dua jam setelah bangun, ia bergumul lagi dalam "gelap". Ya, di ruang yang hanya menyisakan cahaya sangat redup itu, ia habiskan harinya menonton film, mencatat hal penting, "memelototi" lebih lanjut potongan adegan tertentu dan menuliskannya menjadi sebuah ulasan film.

Seperti itu ia menghabiskan hari. Seringkali dua hingga tiga film ia tonton per hari. Kebanyakan film ia saksikan di ruang khusus putar film di bioskop dekat rumahnya.

Terbiasa dalam gelap, tidak jarang ia terpeleset saat turun tangga hendak membeli roti isi usai nonton. Matanya kerap silau kena "sambar" cahaya matahari.

Dan ini yang bikin rungsing: akibat "melahap" banyak film, otaknya penuh adegan kejar-kejaran, tembak-tembakan, ciuman, obrolan, bahkan pembunuhan. Tapi ia tetap bisa mengendalikan aneka "gambaran" di kepalanya itu.

Pria ini bernama Roger Joseph Ebert. Ia curahkan isi hatinya itu pada sebuah artikel berjudul Reflections after 25 Years at The Movies yang ditulis pada 1992. Ia curahkan rentetan poin renungan di kepalanya dalam artikel itu. Salah satu poin lain berkaitan dengan keinginannya menjadi penulis artikel fiksi di media massa.

Ebert memang tidak pernah berniat menjadi kritikus film. Tapi takdir "menenggelamkannya" dalam dunia ulas sinema dan menjadikannya salah satu maestro kritik film dunia.

Ebert adalah kritikus film pertama yang mendapatkan penghargaan Pulitzer pada 1975. Ia juga menjadi kritikus film pertama yang dianugerahi bintang di Hollywood Boulevard Walk of Fame pada 2005.

Selain menulis ribuan ulasan film, Ebert juga "membidani" lebih dari 20 buku mengenai sinema. Bersama dengan rekannya sesama kritikus film, Gene Siskel, Ebert memperkenalkan, untuk pertama kalinya, ungkapan populer two thumbs up ke khalayak.

Kehidupan Mula Ebert

Ebert lahir pada 18 Juni 1942 di Urbana, negara bagian Illinois, Amerika Serikat. Ia anak semata wayang dari pasangan seorang montir listrik, Walter Harry Ebert dan penata buku, Annabel.

Sejak kecil, bakat menulisnya sudah terlihat. Di balik rubanah rumahnya, ia terbitkan The Washington Street News dan membagikan cetakannya kepada penghuni rumah di sekitar kediamannya.

Semasa SMA, ia aktif menulis berita seputar kegiatan olahraga sekolah untuk The News-Gazette di Champaign-Urbana.

Pada 1964, Ebert lulus kuliah di bidang jurnalistik dari University of Illinois di Urbana-Champaign. Semasa kuliah, Ebert tidak meninggalkan dunia tulas-tulis.

Dia menjadi salah satu redaktur media kampus, The Daily Illini. Ia juga menjabat sebagai Presiden Asosiasi Pers Mahasiswa Amerika Serikat.

Dari bidang jurnalistik, ia melanjutkan kuliah magister di bidang Bahasa Inggris di University of Cape Town. Ebert kemudian melanjutkan studi S3 Bahasa Inggris di University of Chicago.

Tetapi pada tingkat pendidikan ini, ia memilih mundur lantaran kesibukannya menulis ulasan film di Chicago Sun-Times.

Karier Ebert

Sejak 1967, Ebert menjadi jurnalis Sun-Times (sebutan populer Chicago Sun-Times) dan diberi tugas menulis ulasan film. Chicago Sun-Times merupakan surat kabar harian tertua di Chicago yang berdiri sejak 1844.

Di perusahaan media cetak itu, meskipun pengetahuan sinema yang dimiliki sangat terbatas, Ebert mengamini permintaan redakturnya untuk menjadi juru kritik film.

Pada 1975, Ebert dianugerahi penghargaan Pulitzer atas aneka ulasan filmnya yang tayang sepanjang 1974. Penghargaan itu merupakan yang pertama bagi seorang kritikus film.

Selama 28 tahun setelah Ebert, kritikus film The Washington Post, Stephen Hunter, mendapatkan Pulitzer pada 2003. 

Dedikasi Ebert akan film memang tidak usah diragukan. Bersama Gene Siskel, seorang kritikus film di surat kabar saingan tempat kerja Ebert, Chicago Tribune, Ebert memperkenalkan metode ulas film melalui program Sneak Previews di jejaring televisi Public Broadcasting Service (PBS).

Istilah Sneak Preview dikenal pada 1930-an untuk merujuk pada sebuah penayangan khusus film yang belum resmi tayang di bioskop.

Penayangan ini diharapkan menuai aneka tanggapan dari penonton untuk menakar laris-tidaknya sebuah film. Seringkali tanggapan penonton menjadi pertimbangan produser untuk membesut lagi kekurangan yang ada pada film.

Tapi kini, istilah itu tidak lagi dipraktikkan sekaku awal mulanya. Sneak Preview, di era sekarang, digunakan sebagai salah satu medium publikasi film pra-rilis. Mengambil semangat istilah itu, Sneak Previews yang memiliki kelekatan dengan Ebert-Siskel menawarkan cara ulas film yang berbeda pada saat itu.

Berangkat dari latar perusahaan media massa Ebert-Siskel yang saling bersaing, program televisi ini juga mengedepankan nuansa persaingan itu. Program ini dimulai dengan tayangan singkat sebuah film yang kemudian ditanggapi oleh salah satu dari Ebert atau Siskel.

Salah satu dari mereka, bisa dipastikan, punya pandangan berbeda dari pendapat awal. Adu bantah seringkali tidak terhindarkan dan penilaian yang berbeda sudah pasti terjadi.

Sebermula, program ini tayang sebulan sekali di televisi lokal dengan nama Opening Soon at a Theater Near You.

Kemudian siaran ini tayang dua pekan sekali dan akhirnya menjadi sepekan sekali dan ditayangkan di tingkat nasional dengan nama program Sneak Previews.

Siaran ini tayang pada rentang waktu 1975-1996. Ungkapan two thumbs up pertama kali meluncur dari mulut Ebert-Siskel untuk film yang diapresiasi positif.

Pernihakan dan Akhir Hayat Ebert

Ebert menikahi seorang jaksa pengadilan, Chaz Hammelsmith pada Juli 1992. Sejak 1999, Ebert menjadi tuan rumah penyelenggaraan festival film di Champaign, Illinois. Belakangan festival itu terkenal dengan sebutan Ebertfest. 

Pada 2005, Ebert menjadi kritikus film pertama yang dianugerahi bintang di Hollywood Boulevard Walk of Fame.

Di tengah popularitasnya yang kian menanjak, Ebert divonis menderita kanker pada 2002. Ia memutuskan untuk menjalani operasi kanker-tiroid pada 2006 yang mengharuskannya "merelakan" rahang bawahnya diangkat.

Kondisi ini membuat Ebert sulit makan, minum dan bicara normal. Tapi minatnya di jagat ulas film tidak terbendung. Ia mulai beraktivitas lewat internet dan mendapatkan banyak pengikut dari tiap tulisan mengenai film di blognya.

Ebert meninggal dunia pada 4 April 2013 setelah berjuang selama 11 tahun melawan kanker. Para sineas film dan tokoh di Amerika Serikat menyampaikan duka mendalam termasuk Presiden Obama.

Ebert meninggalkan warisan berupa ulasan film dan tulisan lain mengenai sinema yang melimpah. Di antara lebih dari 20 bukunya, adalah Great Movies,Life Itself, dan I Hated, Hated, Hated This Movie.

Dengan serangkaian capaiannya di bidang kritik film, rasanya, Ebert ikhlas menjalani hari-harinya yang tidak seperti orang kebanyakan.

Tidak terlalu banyak menikmati hari bersama terik matahari, tidak terlalu sering saling obrol dengan kolega. Waktunya banyak dihabiskan untuk "memelototi" aneka film dan mengulasnya.

Seperti curahan hatinya di artikel Reflections after 25 Years at The Movies,ibunda Ebert pernah bingung menjawab pertanyaan temannya yang menanyakan kabar Ebert yang kerjanya cuma keluar-masuk bioskop dan nonton terus.

Apa yang dikerjakan Ebert seperti bukan sebuah pekerjaan.

Tapi, kini, para pemerhati film patut berterima kasih atas kritik dan ulasan Ebert yang tidak hanya tenggelam pada unsur naratif film tetapi juga unsur sinematik yang saat ini sering ditinggalkan oleh para juru ulas film.

Inilah hasil "kerja yang tidak biasa" dari Ebert. Four Thumbs Up,Ebert!!!

sumber: rogerebert.com; nytimes.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun