Mohon tunggu...
Asep Wijaya
Asep Wijaya Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengajar bahasa

Penikmat buku, film, dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

The Great Wall: Tabir Danawa Penghalau Mala

21 Januari 2017   12:31 Diperbarui: 21 Januari 2017   21:20 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di luar tembok, kelimun monster serupa kadal raksasa merapat menuju tembok raksasa. Jenderal Shao memperingatkan, serangan tiap 60 tahun ini akhirnya tiba, pasukan pemanah, pelontar batu api, dan pelompat disiagakan. Perang melawan monster Taotie itu pun pecah.

Kuda-kuda itu lari lintang pukang. Penunggangnya jeri, napasnya pun tersengal-sengal. Mereka lari dari kejaran puluhan bandit padang belantara. Lima orang utusan Eropa itu baru lepas dari cemas usai menemukan gua sebagai petirahan. Bermalam di sana, mereka saling lempar cakap soal bubuk hitam (mesiu). Rupanya kelima orang ini tengah mencari bubuk hitam yang konon berada tidak jauh dari petirahan mereka. Bubuk hitam ini yang bakal membuat mereka kaya raya sekembali ke Eropa.

Tapi, belum juga tuntas mimpi itu, William (Matt Damon) dan Tovar (Pedro Pascal) mendapati tiga rekannya raib. Ada serangan dari yang tak terlihat. Di tengah kengerian itu, William mengayunkan pedangnya dan berhasil menetak salah satu anggota tubuh penyerang. Sepotong kaki serupa monster tergeletak dan dipungut William. Engah kondisi sekitar tak aman, William dan Tovar bergerak melanjutkan pencarian bubuk hitam. Tapi para bandit tak sudi melepas kejaran. William dan Tovar kembali dalam bidikan bandit.

Tembok Raksasa

Di tengah kejaran, William dan Tovar terperangah. Di mukanya berdiri tembok raksasa yang panjangnya mencapai 5500 mil. Tepat di sekitar kaki kuda mereka, tertancap puluhan panah yang memaksa kuda mereka berhenti. Dalam impase, William memilih berhadapan dengan orang-orang di balik tembok raksasa dengan cara menyerahkan diri. Tibalah William dan Tovar di bagian dalam tembok raksasa. Diperlakukan seperti tahanan, keduanya diinterogasi Komandan Lin Mei (Jing Tian).

Diserbu aneka tanya, salah satu jawaban William sontak mengentak perhatian pendengarnya. Sepotong kaki monster yang ada bersama William diperoleh dari hantaman pedangnya sendiri. Komandan Lin dan Jenderal Shao (Zhang Hanyu) terkesiap tak percaya. Tapi Ahli Strategi Wang (Andy Lau) membuat kalis pemahaman. Wang menemukan lendir hijau pada pedang William. Dua bukti: pedang berlendir hijau dan kaki monster cukup membenarkan pengakuan William.

Tetiba, asap hitam membubung dari pipa tembok raksasa, tanda ada serangan. Semua pasukan dikerahkan sementara William dan Tovar dibawa serta ke atas tembok raksasa dalam pengawalan ketat. Di luar tembok, kelimun monster serupa kadal raksasa merapat menuju tembok raksasa. Jenderal Shao memperingatkan, serangan tiap 60 tahun ini akhirnya tiba, pasukan pemanah, pelontar batu api, dan pelompat disiagakan. Perang melawan monster Taotie itu pun pecah.

Dalam baku kekuatan itu, William dan Tovar terperenyak, tembok raksasa yang pembangunannya berlangsung selama 1700 tahun ini ternyata didirikan untuk menghalau monster. Dinasti Song Utara menyiapkan tabir danawa ini untuk menahan para monster masuk ke wilayah ibu kota yang berpenghuni jutaan orang. Belum juga paripurna pengertiannya, William dan Tovar yang tangannya terikat dihadapkan pada dua monster yang berhasil mencapai puncak tembok. Keduanya terlibat pertarungan usai Ballard (Willem Dafoe) melepaskan ikatan mereka.

Pahlawan Baru dan Kematian Jenderal Shao

Pertarungan sengit itu berakhir dengan penarikan mundur para monster. Ahli Strategi Wang yang mengamati perang mencatat, para monster bergerak atas arahan sang ratu, yakni monster besar yang dikelilingi lima hingga tujuh monster pelindung. Sang ratu kemudian mendapat asupan makanan dari para monster yang berperang berupa jasad anggota pasukan tembok raksasa. Dari kesejahteraan sang ratu monster itu, jumlah pasukan Taotie terus bertambah. Kondisi ini yang membuat Dinasti Song Utara melanjutkan pembangunan tembok raksasa sebagai pelindung rakyatnya di ibu kota.

Keyakinan ahli strategi Wang akan kemungkinan musnahnya monster Taotie bila sang ratu tewas sedikit menambah harapan Jenderal Shao pada kemenangan sejati. Tapi belum juga genap kemenangan itu, serangan dua monster ke tembok raksasa pada malam hari menewaskan Jenderal Shao. Komandan Lin Mei yang juga bersamanya saat penyergapan monster dikukuhkan menjadi jenderal penerus Nameless Order. Komando perang kini ada di tangan Jenderal Lin Mei.

Harapan akan kemenangan rupanya kian meningkat usai kombinasi William dan Tovar berhasil menaklukkan beberapa monster Taotie. Di tengah harapan yang makin membubung itu, Ballard yang menjadi tawanan tembok raksasa selama 25 tahun dan bertugas mengajari Jenderal Lin Mei Bahasa Inggris dan Latin mengajak Tovar dan William kabur. Dia menjanjikan bubuk hitam (mesiu) dan kekayaan di Eropa. Tovar mengamini rencana Ballard tapi William di antara dua pilihan. Dia terus teringat perkataan Jenderal Lin Mei.

William Sang Pencuri, Pembunuh dan Pembohong

Tovar terus mengingatkan alasan kedatangannya dan William ke sini: untuk bubuk hitam (mesiu) dan kekayaan di Eropa. Tapi William ogah menanggapinya. William terpengaruh kata-kata Jenderal Lin Mei yang bertarung demi sebuah xin ren (kepercayaan). William pernah berkata, dirinya terlibat dalam peperangan sejak masih kecil. Dia berperang untuk pelbagai negara demi mendapatkan uang. Semata-mata demi kekayaan. Jenderal Lin Mei membantahnya. Lin berperang tidak semata karena uang tetapi karena sikap saling percaya dan kecintaannya pada negara.

Lin mengisahkan keserakahan salah seorang kaisar Cina pada masa lalu yang mengakibatkan turunnya batu meteor dari langit ke bumi. Dari batu itu kemudian muncul monster Taotie. Monster ini menjadi penjelmaan sikap serakah dengan memangsa manusia setiap 60 tahun. Lin tidak mau memiliki sifat serakah seperti monster Taotie. Cerita ini terus menghantui pikiran William yang perlahan mengaliskan niatnya untuk mencuri bubuk hitam (mesiu).

Menjangkau Ajal Monster Taotie

Satu per satu tanda kelemahan monster Taotie mulai diketahui. Pembantu kaisar dari ibu kota turut andil dalam penemuan tanda kelemahan itu. Batu magnet diduga membuat monster Taotie seperti hilang kontak dengan sang ratu. Dampaknya, si monster mendadak diam. Untuk mengujinya, William melempar saran untuk menangkap satu monster hidup-hidup seperti menangkan ikan paus di lautan. Cara Willian dilakukan dan dengan susah payah, satu monster berhasil didapat hidup-hidup. Tangkapan ini dibawa ke ibukota untuk diperlihatkan kepada kaisar.

Tapi di tembok raksasa, lubang besar yang menembus tabir itu sontak membuat terperenyak Jenderal Lin dan Ahli Strategi Wang. Para monster berhasil menembus tembok dengan cara cerdik. Kecerdasan si monster terus berevolusi tiap waktu. Untuk menghambat serangan monster ke ibukota, seluruh pasukan tembok raksasa harus bergegas menuju ibukota dengan mengendarai balon raksasa. Namun beberapa balon terbakar di udara dan hanya sedikit yang berhasil tidak terkecuali Jenderal Lin, Ahli Strategi Wang dan William.

Sementara itu, Ballard dan Tovar berhasil kabur. Mereka membawa serta bubuk hitam. Tapi di tengah jalan, Ballard mengelabui Tovar dan mencuri bubuk hitam untuk dirinya sendiri. Tapi nahas, Ballard ditangkap sekelompok bandit padang belantara dan tewas kena ledakan bubuk hitam yang tengah dimainkan para bandit di sekitar perapian. Tovar yang mendengar ledakan langsung menuju lokasi suara dan mendapati kembali bubuk hitam. Tapi kembali, pasukan tembok raksasa menangkap Tovar dan membawa kembali Tovar dan bubuk hitam ke tempat asalnya.

Kematian Ratu Monster Taotie

Ahli Strategi Wang menemukan cara jitu menjemput ajal sang ratu monster. Tangkapan monster yang telah terikat bom harus dilepas kembali dengan membawa serta daging yang akan diasup kepada sang ratu. Dengan membawa serta batu magnet, Wang Jenderal Lin dan William terhalau dari serangan monster dan berhasil menjalankan rencana. Tapi langkah pamungkas melepas panah bermesiu gagal dua kali. Hingga akhirnya pada tahap ketiga, sambal bergelantungan bersama Jenderal Lin, William melepas panah bermesiu dan melempar batu magnet kea rah sang ratu yang sedang diasup makanan oleh monster pembawa bom. DUAAAR sang ratu tewas dan seluruh monster pun binasa.

Keberhasilan ini ternyata juga dirasakan William yang akhirnya bisa membebaskan Tovar dan membawa pulang ke Eropa. Meski pulang tanpa bubuk hitam, William semringah. Ada kepuasan telah turut serta menyelamatkan umat manusia dari keganasan sang monster Taotie. Tovar pun legowo bisa pulang kembali bersama William, meski hati William jelas tertinggal di balik tembok raksasa itu, di hati Jenderal Lin.(asw)

-----

Sutradara: Zhang Yimou

Produser: Thomas Tull, Charles Roven, dkk

Penulis Cerita: Max Brooks, Edward Zwick, dkk

Penulis Naskah: Tony Gilroy, Carlo Bernard, dkk

Genre: Aksi, Petualangan, Fantasi

Durasi: 104 menit

Bujet: $ 135 juta

Pemain: William Garin (Matt Damon), Komandan Lin Mei (Jing Tian), Pero Tovar (Pedro Pascal), Ballard (Willem Dafoe), Ahli Strategi Wang (Andy Lau), Peng Yong (Lu Han), Jenderal Shao (Zhang Hanyu)

sumber foto di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun