Tak terasa Ramadhan akan segera hadir menghiasi rentetan sejarah hidup kita di dunia. Bulan agung bak mutiara besar yang didalamnya terdapat berlimpah ruah keutamaan serta kebaikan. Yang tentu akan kita dapatkan jika kita mengisinya dengan kebaikan dengan ketaatan. Namun, jika diisi dengan keburukan, Ramadhan akan menjadi batu hitam yang juga terlihat kontras dibanding yang lain disekitarnya; besar, hitam dan berdebu.
Selain diisi dengan amal ketaatan, rancangan agenda Ramadhan juga harus mewaspadai dari melakukan kemaksiatan. Utamanya amal-amal buruk yang terasa kecil dan ringan, tapi dosanya besar.Â
Dan tanpa disadari, amal buruk tersebut amat sering dilakukan. Maksiat akan menjadi hama diantara rimbunnya ibadah yang kita lakukan, sehingga tanpa disadari amal buruk tersebut dapat memusnahkan pahala yang bisa menyebabkan manusia mengalami gagal panen pahala yang seharusnya berlimpah dan sangat mudah didapatkan.
Salah satu hama pahala yang layak diwaspadai yaitu dosa lisan. Ringan, sering dilakukan secara tidak sadar yang ternyata menyimpan bahaya yang sangat besar. Rasulullah bersabda yang artinya : "sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang tak begitu ia pedulikan, padahal perkataan itumenyebabkannya terperosok kedalam api neraka, yang lebih jauh dari jarak antara timur dan barat." (HR. Bukhori dan  Muslim).
Saat membicarakan dosa lisan, biasanya tema yang popular adalah ghibah, membicarakan keburukan orang. Semua orang mempunyai potensi yang sama besar untuk melakukan dosa ini, yang bahkan ketika kita mengaji pun kadangkala lisan masih terpeleset  melakukannya. Oleh karenanya, pastikan Ramadhan kali ini ghibah dijadikan daftar pantangan utama saat berbicara.
Selain ghibah, ada satu lagi bahaya lisan yang sangat patut diwaspadai, yaitu debat kusir. Memperdebatkan atau saling sanggah menyanggah dalam masalah-masalah yang tidak bermanfaat.
Atau mungkin tentang persoalan yang bermanfaat tapi sebenarnya tidak perlu di perdebatkan. Ada misalnya memperdebatkan cara memakai kosmetik yang benar, cara memasak yang paling pas, tempat liburan paling bagus, dan masih banyak lagi.Â
Selagi masih dalam taraf ngobrol bias aitu tidak masalah, hanya saja kadang obrolan ini kadangkala bias berubah menjadi perdebatan masiing-masing yang ingin mempertahankan pendapatnya, lawan bicara yang tak sengaja menyinggung, ataupun nada bicara yang sedikit kasar dan ketus.
Terutama untuk para Muslimah, ada beberapa hal yang perlu diwasapdai :
Pertama, saling sanggah dalam masalah yangn tidak bermanfaat dicela oleh syariat dan para ulama. Sabda Rosulullah SAW : "Aku menjamin dengan rumah dipinggir surga bagi orang yang meninggalkan pertengkaran walaupun ia dipihak yang benar". (HR. Abu Daud).
Kedua, Muslimah harus menyadari bahwa salah satu kelemahan mereka adalah lemah dalam berdebat dan perseteruan.